|
Bab. III KARAKTERISTIK WANITA DALAM KITAB SHAHIH
BUKHARI DAN MUSLIM
Pasal 1. Beberapa Karakteristik Wanita Muslimah
Rasulullah saw. bersabda: "Sebenarnya wanita itu
adalah saudara Kandung laki-laki." (HR Abu
Daud)1
Umar ibnul Khattab berkata: "Demi Allah, pada zaman
jahiliah kami menganggap wanita itu tidak ada artinya
sampai turun ayat Allah mengenai wanita dan memberinya
bagian tertentu." (HR Bukhari dan
Muslim)2
Dalam riwayat lain Umar berkata: "Pada zaman jahiliah
kami tidak menghargai wanita sedikit pun. Tetapi tatkala
Islam datang dan Allah menyebut-nyebut tentang mereka,
barulah kami sadar bahwa mereka mempunyai hak pada kami."
(HR Bukhari)3
A. KEMANDIRIAN KARAKTER WANITA
1. Bersama Laki-laki Wanita Menerima
Seruan Allah Sejak Hari Pertama
Abu Hurairah berkata: "Ketika Allah menurunkan
ayat Wa andzir 'asyiaratakatul aqrabin (peringatkanlah
kerabat-kerabatmu yang terdekat), Rasulullah saw. berdiri
lalu berkata: 'Hai orang-orang Quraisy, belilah diri
kalian, aku tidak bisa membantu kalian dari siksa Allah
sedikit pun. Hai Bani Abdi Manaf, aku tidak bisa membantu
kalian dari siksa Allah sedikit pun. Wahai Abbas bin
Abdul Muttalib, aku tidak bisa membantumu dari siksa
Allah sedikit pun. Wahai Shafiyyah, bibi Rasulullah, aku
tidak bisa membantumu dari siksa Allah sedikit pun. Wahai
Fatimah binti Muhammad, mintalah sesukamu uang/hartaku,
tetapi aku tidak bisa membantumu dari siksa Allah sedikit
pun.'" (HR Bukhari dan Muslim)4
2. Wanita yang Lebih Dahulu Beriman
daripada Suaminya
Abdullah bin Abbas berkata: "Aku dan ibuku
termasuk golongan orang lemah/tertindas. Aku dari
kalangan anak-anak dan ibuku dari kalangan wanita." (HR
Bukhari)5
Dalam menguraikan bab ini Bukhari berkata: "Ibnu Abbas
r.a. bersama ibunya termasuk di antara orang-orang yang
lemah/tertindas. Dia tidak ikut bersama ayahnya dalam
menganut agama kaumnya." Sementara Al-Hafizh Ibnu Hajar
menjelaskan hadits tersebut sebagai berikut: "Nama ibunya
Lubabah binti al-Harits al-Hilaliah (diberi gelar Ummul
Fadhal, karena al-Fadhal adalah anak tertua dari keluarga
Abbas). Kata-kata: 'Dia tidak ikut bersama ayahnya dalam
menganut agama kaumnya,' adalah perkataan pengarang
berdasarkan pengamatannya sebab Abbas masuk Islam setelah
terjadinya Perang Badar. Namun pendapat ini masih
dipertikaikan oleh para ulama. Yang benar adalah bahwa
Abbas berhijrah pada awal tahun penaklukan Kota Mekah.
Dia datang bersama Nabi saw., lalu ikut serta dalam
penaklukkan tersebut." Wallahu
a'lam.6
3. Wanita yang Mengajak Kaumnya
Beriman
Imran bin Hushain berkata bahwa mereka pernah
bersama Nabi saw. dalam suatu perjalanan. Mereka terus
melanjutkan perjalanan sampai malam hari. Setelah
mendekati subuh mereka kelelahan dan istirahat. Mereka
tertidur lelap sampai matahari sudah naik. Orang yang
pertama kali bangun dari tidurnya adalah Abu Bakar.
Biasanya tidak ada yang berani membangunkan Rasulullah
saw. dari tidurnya sampai beliau bangun sendiri. Kemudian
Umar terbangun dan Abu Bakar duduk di dekat kepala
Rasulullah saw. Dia mengucapkan takbir dengan suara yang
agak keras sehingga Rasulullah saw. terbangun. Rasulullah
saw. segera turun, kemudian melakukan shalat subuh
bersama kami. Salah seorang dari kaum/jamaah
menghindarkan diri dan tidak ikut shalat bersama kami.
Selesai shalat, Rasulullah saw. bertanya: "Hai fulan, apa
yang menghalangimu sehingga tidak ikut shalat bersama
kami?" Laki-laki itu menjawab: "Aku dalam keadaan junub."
Lantas Rasulullah saw. menyuruhnya melakukan tayamum
dengan tanah/debu yang suci. Kemudian laki-laki itu
mengerjakan shalat. Setelah itu Rasulullah saw.
menyuruhku menaiki tunggangan di hadapan beliau. Ketika
itu kami sudah merasa haus sekali. Tiba-tiba di tengah
perjalanan kami bertemu dengan seorang wanita yang kedua
kakinya terjuntai di antara dua girbah (gentong dari
kulit) air besar (di atas tunggangannya). Kami bertanya
kepadanya: "Dimana ada air?" Dia menjawab: "Aduh, tidak
ada air." Kami bertanya lagi: "Berapa jauh jarak antara
keluargamu dengan air?" Dia menjawab: "Satu hari satu
malam (perjalanan)." Kami berkata: "Kalau begitu,
pergilah temui Rasulullah saw.!" Wanita itu bertanya:
"Apa itu Rasulullah?" Karena susah untuk menjelaskannya,
akhirnya wanita itu kami bawa menghadap Rasulullah saw.
Ketika ditanya oleh Nabi saw. jawabannya sama seperti apa
yang dia katakan kepada kami sebelumnya. Cuma saja dia
menambahkan bahwa dia menanggung beberapa anak yatim yang
masih kecil-kecil. Lalu Nabi saw. memerintahkan untuk
mengambil kedua girbah airnya yang masih kosong, kemudian
mengusap mulut kedua girbah air tersebut. Akhirnya kami
yang kehausan berjumlah empat puluh orang bisa minum
sepuas-puasaya. Bahkan semua girbah dan bejana yang ada
kami isi penuh dengan air. Hanya unta yang tidak kami
beri minum. Sedangkan girbah-girbah air tersebut seakan
mau meledak karena kepenuhan. Kemudian Rasulullah saw.
berkata: "Kemarikanlah apa yang ada pada kalian."
Akhirnya terkumpullah untuk wanita itu beberapa potong
roti dan kurma hingga bisa dia bawa kepada keluarganya.
Wanita itu bercerita (kepada kaumnya): "Aku bertemu
dengan orang yang paling hebat sihirnya, atau dia itu
adalah seorang nabi sebagaimana yang mereka katakan."
Lalu Allah memberi petunjuk (hidayah) kepada kaum itu
dengan (perantara) wanita tersebut. Akhirnya wanita itu
dan kaumnya masuk Islam." Dalam satu
riwayat7
disebutkan: "Adalah kaum muslimin, setelah peristiwa itu,
menyerang orang-orang musyrik yang ada di sekitarnya,
tetapi mereka tidak mengenai/menyerang kaum dari mana
wanita itu berasal. Pada suatu hari, wanita itu berkata
kepada kaumnya: "Saya tidak melihat kaum itu meninggalkan
kalian dengan sengaja. Maka apakah kalian mau masuk
Islam?" Lalu mereka mentaatinya, kemudian mereka masuk
Islam." (HR Bukhari dan Muslim)8
B. HAK WANITA MENDAPATKAN PENDIDIKAN DAN
PENGAJARAN (SAMPAI KE TINGKAT YANG BISA MEMBANTUNYA
MENUNAIKAN TANGGUNG JAWAB)
Aisyah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda:
"Barang siapa yang diuji dalam urusan anak-anak
perempuan ini, lalu dia berbuat ihsan (baik) kepada
mereka, maka mereka akan menjadi tirai baginya dari
neraka." (HR Bukhari dan Muslim)9
Perbuatan ihsan yang mana yang lebih besar nilainya untuk
anak-anak wanita dibandingkan dengan ihsan mengajar dan
mendidik mereka?
Abu Burdah, dari ayahnya, berkata bahwa Rasulullah saw.
bersabda:
"Barangsiapa yang mempunyai budak perempuan,
lalu dia mengajarnya dengan baik dan mendidiknya dengan
baik kemudian memerdekakannya dan mengawininya, maka
baginya dua ganjaran ..." (HR
Bukhari)10
Jika seorang muslim dihimbau untuk mengajar dan mendidik
budak perempuannya dengan baik, maka mengajar dan mendidik
putrinya sendiri dengan baik tentu lebih wajib dan lebih
utama. Sebaik-baik hal yang dijadikan bekal hidup adalah
akhlak yang baik dan ilmu yang bermanfaat. Dari waktu ke
waktu, jika akhlak yang baik sudah merupakan sesuatu yang
tetap dan baku, dikatakan bahwa ilmu yang bermanfaat akan
mengalami perbedaan jenis dan kadarnya.
Ibnu Juraij, dari Atha dan dari Jabir bin
Abdullah, berkata: "Nabi saw. berdiri pada hari raya
Fitri, lalu shalat. Dimulai dengan shalat, setelah itu
baru khotbah. Selesai berkhotbah beliau turun, kemudian
mendatangi jamaah wanita. Sambil bersandar pada tangan
Bilal, beliau menyampaikan nasihat kepada kaum wanita.
Sementara Bilal menggelar/membentangkan kainnya, lantas
kaum wanita menjatuhkan sedekah mereka ke atas kain
tersebut. Menurut satu riwayat11
dari Ibnu Abbas, beliau (Nabi saw.) merasa belum
memperdengarkan kepada kaum wanita (nasihat yang beliau
sampaikan), maka beliau pergi kepada kaum wanita untuk
memberi mereka nasihat dan menyuruh mereka bersedekah.
Ibnu Juraij berkata: "Apakah seorang imam (pada masa
sekarang ini) berhak melakukan yang demikian itu dalam
memberikan peringatan kepada kaum wanita?" Atha berkata:
"Hal itu adalah hak mereka. Jadi mengapa mereka tidak
boleh melakukannya?" (HR Bukhari)12
Ketika Rasulullah saw. merasa bahwa dirinya belum
memperdengarkan (nasihat yang beliau sampaikan) kepada kaum
wanita --mengingat banyaknya jamaah yang hadir, sementara
shaf kaum wanita berada di belakang shaf kaum laki-laki--
lalu beliau mendatangi kaum wanita untuk memberikan nasihat
kepada mereka guna menunaikan hak mereka dalam bidang
pendidikan dan pengajaran. Semoga Allah mencurahkan
rahmat-Nya kepada Atha yang berpendapat mengenai wajibnya
memberi peringatan dan mengajar kaum wanita serta menentang
kelalaian tokoh-tokoh pada zamannya dalam menunaikan
kewajiban ini.
Di samping nash-nash ini, yang menegaskan hak-hak wanita
mengenai pendidikan dan pengajaran agar wanita mampu
melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik, masih ada kaidah
ushul fiqih yang mengatakan yang artinya: "Suatu kewajiban
yang tidak akan sempurna kecuali dengan sesuatu perkara,
maka perkara itu wajib kecuali dengannya, maka perkara
tersebut (hukumnya juga) wajib." Dalam hal tanggung jawab
ini, jika pelaksanaannya tidak wajib, tentu hukumnya
sunnah/mandub.
C. KEIKUTSERTAAN WANITA DALAM
MERIWAYATKAN SUNNAH DAN MENGAJARKANNYA
Al-Hafizh adz-Dzahabi berkata: "Belum ditemukan pada
wanita bahwa dia berdusta dalam (meriwayatkan) suatu
hadits."13
Berkata pula asy-Syaukani: "Tidak pernah diriwayatkan dari
salah seorang ulama bahwa dia menolak riwayat seorang wanita
karena dia wanita. Betapa banyak sunnah yang sampai kepada
umat ini diterima dari salah seorang istri sahabat. Dalam
hal ini, belum seorang pun yang menyangkal, betapapun rendah
pengetahuannya tentang sunnah."14
Aisyah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda:
"Barangsiapa yang mengada-adakan sesuatu yang
baru dalam urusan (agama) kita ini, yang tidak kami
perintahkan, maka hal itu ditolak." (HR Bukhari dan
Muslim)15
Aisyah juga berkata bahwa Nabi saw. senang mendahulukan
yang kanan ketika ingin memakai sandal, menata rambut,
bersuci, dan dalam semua urusannya. (HR Bukhari dan
Muslim)16
Aisyah berkata:
"Rasulullah saw. pernah mendengar suara orang
bertengkar di pintu, suara mereka keras sekali. Tiba-tiba
salah seorang dari mereka meminta kepada yang lain agar
membebaskan sebagian utangnya dan bersikap lunak. Yang
lain itu berkata: 'Demi Allah, aku tidak mau melakukan
hal itu.' Maka Rasulullah saw. keluar, lalu berkata:
'Mana orang yang bersumpah berlebihan dengan nama Allah
bahwa dia tidak akan berbuat baik?' Orang itu berkata:
'Saya, wahai Rasulullah!' Tetapi sekarang dia boleh
memilih mana yang lebih disukainya (antara pembebasan
sebagian utangnya atau sikap lunak dalam berperkara)."
(HR Bukhari dan Muslim)17
Hafshah berkata: "Aku tidak pernah melihat Rasulullah
saw. melakukan shalat sunnat dalam keadaan duduk sampai
satu tahun sebelum beliau wafat. Setelah itu beliau jadi
biasa melakukannya dalam posisi duduk. Beliau selalu
membaca surat secara tartil, dan terkadang sampai lama
sekali." (HR Muslim)18
Ummu Salamah berkata bahwa Rasulull ah saw. mendengar
pertengkaran di depan pintu kamar beliau. Lalu beliau
keluar menemui mereka, dan berkata: "Aku hanyalah seorang
manusia. Terkadang datang kepadaku orang-orang yang
bersengketa. Boleh jadi sebagian dari kalian lebih pintar
dari sebagian yang lain (dalam berhujjah) sehingga aku
mengira dialah yang benar, lalu aku mengeluarkan
keputusan yang menguntungkannya. Karena itu, barangsiapa
yang aku putuskan mendapat hak orang lain, maka hal itu
sebenarnya tidak lain adalah sepotong api neraka. Jadi
terserah dia, mau mengambilnya atau membiarkannya." (HR
Bukhari dan Muslim)19
Zainab binti Jahasy bercerita bahwa Nabi saw. suatu
ketika datang menemuinya dalam keadaan ketakutan, lalu
berkata: "La Ilaaha Illallah! Celakalah bangsa Arab dari
petaka yang telah dekat. Hari ini dinding Ya'juj dan
Ma'juj terbuka sekian." Beliau membuat lingkaran dengan
jari jempol dan telunjuknya. Zainab berkata: "Aku
bertanya: 'Wahai Rasulullah, apakah kami akan binasa,
sementara di tengah-tengah kami ada orang-orang yang
saleh?' Nabi saw. menjawab: "Ya jika kemaksiatan dan
kejahatan sudah banyak." (HR Bukhari dan
Muslim)20
Ummu Habibah berkata: "Ya Allah, bahagiakanlah aku
dengan panjangnya usia suamiku, Rasulullah saw., bapakku
Abu Sufyan, dan saudaraku Mu'awiyah." Mendengar itu Nabi
saw. berkata: "Itu artinya kamu memohon kepada Allah
tentang ajal-ajal yang sudah ditentukan, hari-hari yang
sudah dihitung, dan rezeki-rezeki yang sudah dibagi.
Sedikit pun tidak akan dimajukan dari waktunya dan juga
tidak ditangguhkan dari waktunya. Seandainya kamu mau
bermohon kepada Allah supaya Dia berkenan melindungimu
dari siksa neraka, atau dari siksa kubur, niscaya hal itu
lebih baik dan lebih utama." Dia berkata: "Dan aku
menyebut tentang kera di hadapan Rasulullah saw." Mis'ar
(salah seorang perawi) berkata: "Kelihatannya dia
berkata: 'Dan babi termasuk jelmaan.' Lantas Rasulullah
saw. bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak menjadikan
keturunan bagi jelmaan. Kera dan babi sudah ada sebelum
itu." (HR Muslim)21
Juwairiyyah berkata: "Bahwa Nabi saw. pagi-pagi sekali
selesai shalat subuh keluar dari tempatnya, ketika itu
dia berada di tempat shalatnya. Memasuki waktu dhuha,
Nabi saw. kembali, sementara dia masih tetap duduk di
tempat shalatnya. Nabi saw. bertanya: 'Kamu belum juga
beranjak dari tempatmu itu sejak tadi?' Juwairiyyah
menjawab: 'Benar.' Nabi saw. berkata: 'Tadi aku membaca
empat kalimat sebanyak tiga kali. Dan seandainya ia
ditimbang dan dibandingkan dengan apa yang telah kamu
katakan sejak hari ini, maka akan lebih berat
timbangannya apa yang aku baca itu: yaitu Maha Suci
Allah, dan dengan puji-Nya yang sebanyak jumlah
makhlukNya, ridha diri-Nya, keagungan Arasy-Nya, dan
sebanyak kalimat-kalimat-Nya.'" (HR
Muslim)22
Shafiyyah binti Huyay berkata: "Bahwa dia datang
mengunjungi Rasulullah saw. yang sedang melakukan i'tikaf
di masjid pada sepuluh hari yang terakhir dari bulan
Ramadan. Setelah berbicara secukupnya dengan Rasulullah
saw., dia berdiri untuk pulang. Lalu Nabi saw. berdiri
pula bersamanya untuk me-ngantarkannya, hingga ketika
sampai di masjid di dekat pintu Ummu Salamah, tiba-tiba
lewat dua orang laki-laki Anshar. Keduanya mengucapkan
salam kepada Rasulullah saw. Lalu Nabi saw. berkata
kepada keduanya: "Perlahan-lahanlah kalian. Dia ini
adalah Shafiyyah binti Huyay." Mereka berkata: "Maha suci
Allah, ya Rasulullah!" Dan hal itu dirasakan berat oleh
mereka berdua karena mungkin dianggap curiga. Lalu Nabi
saw. berkata: "Sesungguhnya setan itu mencapai diri
manusia sejauh yang bisa dicapai oleh darah, dan aku
khawatir bahwa setan itu melemparkan sesuatu ke dalam
hatimu berdua." (HR Bukhari dan
Muslim)23
Maimunah berkata: "Apabila Rasulullah saw. sedang
melakukan sujud, beliau merenggangkan kedua lengan beliau
sampai putihnya ketiak beliau bisa dilihat dari belakang;
dan apabila duduk, beliau duduk dengan penekanan di atas
paha beliau yang kiri." (HR
Muslim)24
Asma binti Abu Bakar r.a. berkata bahwa Nabi saw.
bersabda:
"Aku berada di atas telaga sehingga aku dapat
melihat siapa diantara kalian yang datang kepadaku. Dan
orang-orang yang dibawahku akan dihukum, lalu aku
berkata: 'Wahai Tuhanhu, mereka bagian dariku dan
termasuk umatku?, Lalu dijawab: 'Apakah engkau tahu apa
yang mereka perbuat sesudahmu? Demi Allah, mereka kembali
pada kekafiran sepeninggalmu.'" (HR Bukhari dan
Muslim)25
Juga dari Asma dikatakan: "Ketika terjadi gerhana
bulan Kami diperintahkan memerdekakan budak." Dan menurut
satu riwayat: "Nabi saw. memerintahkan orang supaya
memerdekakan budak ketika terjadi gerhana matahari." (HR
Bukhari)26
Ummu Sulaim berkata: "Sesungguhnya Nabi saw. pernah
mendatangi rumahnya, lalu tidur siang (istirahat) di
rumahnya. Ummu Sulaim lalu menggelarkan selembar hamparan
dari kulit, lalu Nabi saw. tidur (siang) di atasnya. Ketika
itu beliau banyak sekali mengucurkan keringat. Lalu Ummu
Sulaim mengumpulkannya dan mencampurnya dengan minyak wangi,
kemudian memasukkannya ke dalam botol-botol kecil. Kemudian
Nabi saw. bertanya: 'Ummu Sulaim, apa ini?' Ummu Sulaim
menjawab: 'Keringatmu, aku campur dengan minyak wangiku.'"
(HR Muslim)27
Ummu Athiyyah berkata: "Aku ikut berperang bersama
Rasulullah saw. sebanyak tujuh kali peperangan. Aku selalu
ditempatkan di bagian belakang pasukan. Akulah yang membuat
makanan untuk mereka, mengobati yang luka-luka, dan menolong
yang sakit." (HR Muslim)28
Zainab, istri Abdullah bin Mas'ud, berkata: "Rasulullah
saw. berkata kepada kami: 'Apabila ada salah seorang dari
kalian yang ingin pergi ke masjid, janganlah dia menyentuh
(memakai) wewangian.'" (HR Muslim)29
Ummu Syarik berkata: "Bahwa Nabi saw. memerintahkannya
membunuh cecak." (HR Bukhari dan
Muslim)30
Khaulah binti Hakim berkata: "Aku mendengar Rasulullah
saw. bersabda: 'Barangsiapa singgah di suatu rumah kemudian
membaca doa: "Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah
yang sempurna dari kejahatan makhluk-Nya, maka tidak ada
sesuatu apa pun yang akan mengganggunya, sampai dia pergi
dari rumah tersebut.'" (HR Muslim)31
Ummu Hushain berkata: "Aku ikut bersama Rasulullah saw.
sewaktu melakukan haji wada'." Ummu Hushain berkata bahwa
Rasulullah berbicara (berkhotbah) panjang sekali, lalu
beliau bersabda: 'Sekalipun dijadikan pemimpin atas kalian
seorang budak yang cacat hidungnya --rasanya dia juga
mengatakan hitam-- lalu dia menuntun kalian dengan
Kitabullah, maka kalian harus mendengarkan katanya dan
menaati perintahnya.' (HR Muslim)32
Ummu Kaltsum binti Uqbah berkata: "Aku mendengar
Rasulullah saw. bersabda: 'Bukanlah termasuk pendusta orang
yang mendamaikan di antara manusia, lalu dia mengembangkan
kebaikan atau mengatakan yang baik.'" (HR Bukhari dan
Muslim)33
Dari Ummu Hani, dia berkata: "Aku pergi menemui Rasulullah
saw. pada tahun penaklukan kota Mekah. Aku dapati beliau
sedang mandi, sementara Fathimah, putri beliau, berusaha
menutupi beliau dengan kain. Aku mengucapkan salam kepada
beliau. Beliau bertanya: 'Siapa itu?'Aku menjawab: 'Aku Ummu
Hani binti Abi Thalib.' Beliau berkata: 'Selamat datang Ummu
Hani.' Setelah selesai mandi beliau berdiri, lalu melakukan
shalat sebanyak delapan rakaat dengan hanya memakai sehelai
kain." (HR Bukhari dan Muslim)34
Fathimah binti Qais berkata: "Aku menikah dengan putranya
Mughirah, seorang pemuda Quraisy terbaik. Namun dia gugur
pada jihad yang pertama bersama Rasulullah saw. Ketika aku
hidup menjanda, aku dilamar oleh Abdurrahman bin Auf di
hadapan sekelompok sahabat Rasulullah saw. Rasulullah saw.
sendiri yang melamarku untuk budaknya (cucu angkat beliau),
Usamah bin Zaid, sedangkan aku pernah mendengar hadits bahwa
Rasulullah saw. bersabda: 'Barangsiapa yang mencintai aku,
hendaklah dia pula mencintai Usamah.' Ketika Rasulullah saw.
membicarakan masalah itu padaku, aku berkata: 'Perkaraku ada
di tangan engkau, maka nikahkanlah aku dengan siapa yang
engkau inginkan ...'" (HR Muslim)35
Ummu Hisyam binti Haritsah bin Nu'man berkata: "Aku tidak
hafal surat Qaaf kecuali dari mulut Rasulullah saw. yang
selalu berkhotbah dengan membacanya pada setiap hari Jum'at.
Ummu Hisyam berkata lagi: 'Dapur kami dan dapur Rasulullah
saw. adalah satu.'" (HR Muslim)36
Ar-Rubai' binti Mu'awwidz berkata bahwa Rasulullah saw.
mengutus orang-orang pada pagi hari Asyura untuk memberi
tahu penduduk perkampungan kaum Anshar: "Barangsiapa yang
pada pagi hari ini berbuka, maka hendaklah dia
menyempurnakan (berpuasa) pada sisa harinya, dan barangsiapa
yang pada pagi harinya sudah berpuasa, maka hendaklah dia
meneruskan puasanya." Kami berpuasa pada hari tersebut,
bahkan kami menyuruh anak-anak kami berpuasa. Kami
membuatkan untuk mereka mainan yang terbuat dari bulu
biri-biri yang sudah dicat. Jika ada di antara mereka yang
menangis minta makan, maka kami berikan kepadanya mainan
tersebut sampai tiba waktu berbuka. (HR Bukhari dan
Muslim)37
D. KEIKUTSERTAAN WANITA DALAM KEGIATAN
IBADAH YANG DILAKUKAN SECARA BERJAMAAH
1. Shalat Fardu
Aisyah r.a. berkata: "Perempuan-perempuan mukmin
ikut hadir bersama Rasulullah saw. untuk melaksanakan
shalat subuh dengan menyelimutkan pakaian-pakaian mereka.
Kemudian mereka kembali ke rumahnya setelah mengerjakan
shalat, sementara tidak seorang pun yang bisa mengenali
mereka karena gelapnya suasana." (HR Bukhari dan
Muslim)38
2. Shalat Gerhana
Asma binti Abu Bakar r.a. berkata: "Aku datang
menemui Aisyah, istri Nabi saw., pada saat terjadi
gerhana matahari, sedangkan orang-orang sedang melakukan
shalat, dan Aisyah juga sedang melakukan shalat. Aku
bertanya: 'Mengapa orang-orang (melakukan shalat)?'
Aisyah memberi isyarat dengan tangannya ke arah langit
dan berkata: 'Subhanallah (Maha Suci Allah).' Aku
bertanya: 'Apakah itu tanda kebesaran (ayat) Allah?' Dia
memberi isyarat: 'ya.'Aku pun kemudian ikut shalat
sehingga hampir saja aku pingsan (karena lamanya shalat
itu). Lalu aku kucurkan air ke atas kepalaku. Setelah
selesai shalat Rasulullah saw. mengucapkan puja-puji
kepada Allah SWT, kemudian berkata ..." (HR Bukhari dan
Muslim)39
3. Shalat Jenazah
Aisyah r.a. berkata bahwa dia berkata: "Tatkala
Sa'ad bin Abi Waqqash meninggal dunia, para istri Nabi
saw. menyuruh agar jenazahnya dilewatkan di dalam masjid
agar mereka juga bisa menyalatinya. Lalu orang-orang
melaksanakannya. Jenazah Sa'ad dihentikan pada
kamar-kamar para istri Nabi saw. sehingga mereka bisa
menyalatinya ..." (HR Muslim))40
Demikian pula, kaum wanita ikut menyalati jenazah
Rasulullah saw. Al-Imam an-Nawawi berkata: "Pendapat yang
sahih menurut jumhur (mayoritas) ulama adalah bahwa
mereka menyalati Rasulullah saw. secara sendiri-sendiri.
Artinya, masuk satu rombongan, lalu mereka shalat
sendiri-sendiri. Kemudian keluar. Setelah itu masuk pula
rombongan yang lain, lalu shalat seperti tadi. Sementara
wanita masuk setelah kaum laki-laki selesai. Selanjutnya
anak-anak."41
4. I'tikaf
Aisyah r.a., istri Nabi saw., berkata bahwa Nabi
saw. melakukan i'tikaf pada sepuluh hari yang terakhir
dari bulan Ramadhan sampai beliau dipanggil oleh Allah
SWT. Kemudian para istri beliau tetap melakukan i'tikaf
sepeninggal beliau. (HR Bukhari)42
5. Haji
Ummu Salamah r.a. berkata: "Aku mengeluh karena
sakit kepada Rasulullah saw. Dan beliau bersabda:
'Lakukanlah thawaf di belakang orang-orang dengan menaiki
kendaraan.' Kemudian aku thawaf dan pada saat itu
Rasulullah saw. tengah shalat di samping Baitullah dengan
membaca surat ath-Thuur wa Kitaabin Masthur." (HR Bukhari
dan Muslim)43
Ummul Fadhal binti al-Harits r.a. berkata bahwa
sesungguhnya ada beberapa orang yang berselisih pendapat
di dekatnya pada hari Arafah mengenai apakah Nabi saw.
berpuasa pada hari itu. Sebagian mereka mengatakan bahwa
beliau berpuasa, sementara yang sebagian lagi mengatakan
bahwa beliau tidak berpuasa. Akhirnya aku kirimkan
semangkuk susu kepada Nabi saw. yang sedang melakukan
wukuf di atas untanya, dan beliau meminumnya. (HR Bukhari
dan Muslim)44
Yahya bin Hushain, dari neneknya, Ummu al-Hushain
r.a., berkata: "Aku pernah mendengar nenekku mengatakan:
'Aku ikut bersama Rasulullah saw. sewaktu melakukan haji
wada. Aku melihat beliau ketika melontar jumrah Aqabah
lalu beliau pergi ...'" (HR
Muslim)45
E. KEIKUTSERTAAN WANITA DALAM PERAYAAN
UMUM
1. Pesta Perkawinan
Anas r.a. berkata: "Nabi saw. melihat beberapa
orang perempuan dan anak-anak datang dari suatu pesta
perkawinan, lalu beliau memaksakan diri berdiri dan
berkata: 'Ya Allah, kalian termasuk orang-orang yang
paling aku senangi.' Ucapan tersebut beliau ucapkan
sebanyak tiga kali." (HR Bukhari dan
Muslim)46
Sahal r.a. berkata: "Ketika Abu Usaid as-Sa'idiy
menjadi pengantin, dia mengundang Nabi saw. beserta
sahabat-sahabat beliau. Tidak ada yang membuat makanan
dan menghidangkannya kepada mereka selain istrinya, Ummu
Usaid. Dia telah merendam beberapa biji kurma dalam satu
bejana yang terbuat dan batu pada malam harinya. Setelah
Nabi saw. selesai makan, Ummu Usaid mengaduk kurma
tersebut hingga hancur, lalu menuangkannya khusus untuk
Nabi saw. sebagai penghormatan bagi beliau." (HR Bukhari
dan Muslim)47
2. Pesta Hari Raya
Athiyyah r.a. berkata: "... kami diperintahkan
supaya keluar pada hari raya, sehingga kami mengeluarkan
gadis-gadis perawan dari pingitannya dan mengeluarkan
wanita-wanita haid. Mereka berada di belakang orang
banyak, ikut bertakbir dan berdoa bersama yang lainnya
karena mengharapkan berkah dan kesucian han tersebut."
Menurut satu nwayat48:
"Supaya mereka bisa ikut menyaksikan kebaikan dan
mendengarkan seruan (dakwah) orang-orang mukmin." (HR
Bukhari dan Muslim)49
Aisyah r.a. berkata: "... Pada hari raya orang-orang
berkulit hitam bermain perisai dan tombak. Entah aku yang
meminta atau barangkali Nabi sendiri yang berkata padaku:
'Apakah engkau ingin melihatnya?' Aku jawab: 'Ya.' Lalu
beliau menyuruhku berdiri di belakangnya, dan pipiku
menempel pada pipi beliau. Beliau berkata, "Minggirlah,
wahai Bani Arfidah!' Akhirnya aku bosan menonton. Nabi
saw. berkata: 'Bagaimana, sudah cukup?'Aku jawab: 'Ya.'
Nabi saw. berkata: 'Kalau begitu, pergilah!'" (HR Bukhari
dan Muslim)50
3. Pesta Penyambutan
Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. berkata: "Kami tiba
di Madinah pada malam hari hijrah ... lalu kaum laki-laki
dan wanita naik ke atas rumah-rumah mereka, sedangkan
anak-anak dan para pelayan bertebaran di jalan-jalan
sambil berseru: 'Wahai Muhammad Rasulullah, wahai
Muhammad Rasulullah.'" (HR
Muslim)51
|