101 Tanya-Jawab Tentang Kitab Suci

oleh Raymond E. Brown, S.S.

Indeks Kristiani | Indeks Artikel | Tentang Penulis
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

 

70. Saya mempunyai pokok khusus. Saya ingin tahu, apa
    yang dipikirkan Yesus tentang diri-Nya. Tahukah Ia bahwa
    diri-Nya Allah?
 
JAWABAN RAYMOND E. BROWN, S.S.: Ini  suatu  pertanyaan  yang
langka.  Saya  tidak  suka  bersilat  lidah.  Namun  sebelum
menjawabnya, satu hal ingin saya  mintakan  penjelasan,  apa
yang  dimaksudkan dengan kata "Allah" di sini? Pertanyaan di
atas mengenai Yesus, seorang Yahudi Galilea, yang hidup pada
pertigaan  pertama  abad  ke-1. Kepada Yesus  ini  dikenakan
sebutan "Allah," tetapi Allah yang  mempunyai  arti  khusus,
berkaitan dengan latar belakang dan bahasa teologi saat itu.
Dengan sederhana dapat dikatakan, bahwa  bagi  orang  Yahudi
waktu  itu  "Allah"  berarti  Tokoh  yang  tinggal di surga.
Sebutan "Allah" merupakan salah  satu  dari  banyak  sebutan
yang  lain.  Maka,  kalau  kepada  Yesus yang hidup di dunia
diajukan pertanyaan, "Apakah engkau mengira dirimu  Allah?,"
sebenarnya berarti apakah Ia mengira diri-Nya seseorang yang
tinggal di surga? Jelas pertanyaan semacam itu tidak  tepat,
karena Yesus dapat dilihat di dunia. Dan nyatanya pertanyaan
seperti itu tidak pernah diajukan kepadaYesus. Paling-paling
Ia   ditanya  mengenai  hubunganNya  dengan  Allah.  Suasana
persoalan seperti itu dapat kita lihat dalam  Mrk  10:17-18.
Seseorang menyebut Yesus sebagai 'guru yang baik,' dan Yesus
menjawab, "Mengapa kamu katakan  Aku  baik?  Tak  seorangpun
yang  baik  selain Allah saja." Nyata bahwa ada jarak antara
Yesus dan sebutan "Allah."
 
Namun benar juga, anda dapat menunjuk dalam Injil  lain,  di
mana  Thomas  dipuji  karena  menyebut  Yesus  "Tuhanku  dan
Allahku" (Yoh 20:28). Hal itu bisa terjadi karena ucapan itu
terdapat  dalam  Injil keempat (Yohanes). Injil yang ditulis
pada tahun-tahun terakhir abad pertama. Pada waktu  itu,  di
bawah  pengaruh  tuntutan  mereka untuk mengerti Yesus, umat
Kristen sampai pada batas tertentu memperluas jangkauan arti
kata  "Allah."  Kata  itu  tidak hanya mencakup Bapa yang di
surga, melainkan juga Putera yang di  dunia.  Mereka  sampai
pada  kesadaran  bahwa  Yesus  begitu  erat  berelasi dengan
Allah,  begitu  penuh  dengan  kehadiran  Allah.   Akibatnya
sebutan  "Allah"  pantas  diterapkan  pada-Nya,  sebagaimana
sebutan itu diterapkan kepada Bapa yang di surga. Perlu saya
tekankan,  hal  ini  tidak  menyangkut adanya perubahan pada
Yesus. Yang berubah dan  berkembang  adalah  pandangan  umat
Kristen tentang diri-Nya. Perkembangan ini terus berlangsung
hingga pada Konsili  Nicea,  pada  awal  abad  ke  4.  Orang
Kristen  menyebut  Putera  Allah  sebagai  "Allah benar dari
Allah benar." Pengaruh dari Yesus dan refleksi atas diri-Nya
mengubah  seluruh  bahasa  teologi  bagi mereka yang percaya
kepada-Nya. Perubahan itu mencakup istilah "Allah."
 
Setelah menjelaskan kesulitan bahasa,  saya  ingin  menyusun
kembali  pertanyaan  anda,  yang  saya  yakin  sesuai dengan
maksud anda sebenarnya, dan kemudian  menjawabnya.  Berdasar
kenyataan   bahwa   istilah  "Allah"  berkembang  sedemikian
sehingga mengungkapkan wawasan  mengenai  jati  diri  Yesus,
kiranya pertanyaan anda dapat dirubah menjadi: "Apakah Yesus
tahu  bahwa  Ia  mempunyai  jati   diri   yang   oleh   para
pengikut-Nya  di  kemudian  hari  dimengerti  sebagai Allah?
Kalau Ia adalah Allah (pada umumnya kebanyakan orang Kristen
akan  sependapat  tentang  hal  itu),  apakah  Ia tahu siapa
diri-Nya?
 
Menurut saya, jawaban yang  paling  sederhana  adalah  "ya."
Tentu  saja  tidak  ada cara untuk membuktikan suatu jawaban
afirmatif karena kita tidak mempunyai bahan yang  melukiskan
seluruh  kehidupan-Nya.  Namun  menurut  apa  yang ada dalam
Injil, Yesus  senantiasa  ditampilkan  sadar  akan  hubungan
khusus-Nya dengan Allah, yang menyebabkan Ia mampu berbicara
dengan kewibawaan yang mengagumkan. Tidak ada satu peristiwa
dalam  Injil yang menggambarkan Ia menemukan sesuatu tentang
diri-Nya, yang tidak diketahui sebelumnya.  Saya  tahu  yang
saya  katakan  ini  bertentangan  dengan  beberapa pandangan
populer. Menurut pandangan populer itu, Yesus menemukan jati
diri-Nya  pada saat dibaptis, atau pada satu saat yang lain.
Menurut saya pandangan semacam itu  tidak  mempunyai  alasan
yang  kuat.  Peristiwa pembaptisan disusun untuk memberitahu
pembaca siapa Yesus itu dan bukan memberi tahu  Yesus  siapa
diri-Nya.
 
----------------------------------
101 Tanya-Jawab Tentang Kitab Suci
Raymond E. Brown, S.S.
Cetakan kedua: 1995
Penerbit Kanisius
Jln. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281
Telp.(0274) 588783, 565996, Fax.(0274) 563349
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011
 
ISBN 979-497-261-4

Indeks Kristiani | Indeks Artikel | Tentang Penulis
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team