PENDAHULUAN DAN PERSEMBAHAN
Halaman-halaman ini bukannya baru ditulis sekarang.
Gagasan-gagasan yang dikandungnya bukan pula barang baru.
Tetapi telah ada sejak lebih dari seperempat abad yang lalu.
Hampir saja ia diterbitkan kala itu. Namun
peristiwa-peristiwa dan musibah-musibah yang terjadi telah
menghambat penerbitannya, dan memaksanya untuk tersimpan
sekian lamanya. Dan akhirnya, ketika kesempatan baik tiba,
ia pun menampakkan diri setelah persiapan yang lebih
sempurna dan penambahan di sana-sini agar lebih menarik dan
lebih memuaskan.
Memang pada kenyataannya, peristiwa-peristiwa yang
tadinya merupakan penghalang itu, kini justru menjadi
penyebab perbaikan dan penyempurnaannya.
Adapun ide-ide yang terkandung dalam buku ini, sebetulnya
telah ada pada masa yang jauh sekali sebelum berlangsungnya
dialog-dialog yang tercatat di sini. Seringkali terlintas
dalam hati semenjak awal masa mudaku. Bergejolak dalam
dadaku mencari-cari jalan keluar, untuk menemukan cara yang
paling tepat guna menghentikan segala permusuhan dan
pertikaian di antara kaum Muslimin yang selama ini telah
menutup mata hati mereka. Kemudian mengajak mereka semua
agar memandang hidup ini dari segi-seginya yang serius.
Sambil kembali kepada pokok-pokok ajaran agama yang
difardhukan atas mereka. Kemudian berjalan bersama sambil
berpegang pada tali Allah seerat-eratnya. Dibawah naungan
panji-panji kebenaran menuju ilmu dan amal. Sebagai
sesama saudara yang saling mencintai, saling mendukung dan
saling bertolongan.
Tapi sungguh menyedihkan, kenyataan yang selalu tampak
dari sesama saudara ini, yang dipersatukan oleh pendirian
dan aqidah yang sama; namun selalu terlibat dalam
pertikaian yang sengit dan perdebatan yang berlarut-larut
yang melampaui batas, dengan cara yang hanya patut dilakukan
oleh orang orang jahil! Sedemikian rupa sehingga timbul
anggapan bahwa berkelahi dan bercakaran adalah perilaku yang
wajar dalam bertukar-fikiran membahas soal-soal yang ilmiah
sifatnya! Bahkan hal-hal seperti itu termasuk cara
berargumentasi untuk dapat mematikan lawan!
Itulah yang menimbulkan rasa sedih yang mendalam. Rasa
kesal, sumpek dan kecewa. Kemudian mengundang diriku untuk
berfikir dan bertanya. Bagaimana jalan keluarnya? Apa yang
harus dikerjakan?
Keadaan seperti ini telah berjalan terus, beratus-ratus
tahun lamanya! Inilah malapetaka yang mengurung kita, dari
depan, belakang, kiri, dan dari kanan! Bencana-bencana yang
ditimbulkan oleh pena para penulis yang telah mandul, yang
hanya menulis dengan dorongan ambisi pribadi, fanatisme
kepartaian ataupun emosi yang tak terkendalikan lagi! Di
antara itu semua, kita menjadi bingung dan bimbang. Apa dan
bagaimana kita harus bertindak
?!?
Dunia ini menjadi sempit dalam pandanganku. Dadaku serasa
terhimpit oleh rasa sedih dan kesal. Maka kuputuskan segera
mengunjungi Mesir (di akhir tahun 1329H). Dengan harapan
semoga di sana aku akan berhasil memperoleh apa yang
kucita-citakan.
Sejak semula memang aku mendapat firasat bahwa di sanalah
apa yang kuinginkan selama ini mungkin akan kucapai. Dengan
menghubungi kawan yang dapat kuajak berbincang-bincang, juga
bertukar fikiran dengan tulus ikhlas. Yang mudah-mudahan
akan menghasilkan kesimpulan yang berguna, sebagai obat
mujarab penyembuh penyakit yang amat parah yang telah
memecah-belah bahkan memporakporandakan persatuan dan
kesatuan kaum Muslimin selama ini!
Alhamdulillah! Akhirnya aku merasa puas dengan perjumpaan
itu. Dan ini tidak sangat mengherankan, sebab Mesir adalah
tanah yang subur bagi pertumbuhan ilmu, yang membuahkan
keikhlasan dan kepatuhan pada, kebenaran yang bertumpu atas
dalil-dalil yang kuat. Dan itu pula salah satu sifat Mesir
yang istimewa di antara keistimewaan-keistimewaan lain yang
hanya khusus dimilikinya!
Dan di sanalah, dalam suasana yang penuh kebahagiaan dan
ketenangan, kedamaian dan kesegaran jiwa, nasib mujur telah
mempertemukan aku dengan seorang tokoh ulama besar di antara
tokoh-tokoh yang terkenal di Mesir. Seorang yang jauh
pandangannya. Lemah lembut perangainya. Terbuka jiwanya.
Luas pengetahuannya. Tinggi kedudukannya.
Dan memang dialah orangnya yang pantas menduduki jabatan
keagamaan yang tertinggi di negeri itu, dengan segala
keahlian dan kemampuan yang dimilikinya!
Dan itulah sifat-sifat mulia yang patut menghiasi diri
para ulama. Jiwa yang suci bersih. Ucapan-ucapan yang
mendatangkan kepuasan para pendengarnya. Serta tingkah laku
yang sesuai sebagaimana yang diajarkan para Nabi! Sekiranya
setiap Ulama menyandang sifat-sifat seperti itu, niscaya ia
benar-benar dalam keadaan yang penuh kebaikan dan
kenikmatan. Orang-orang sekitarnya pun akan hidup penuh
kedamaian dan kasih sayang. Kepadanya mereka tidak akan
segan mengungkapkan rahasia hidup serta keluhan hati mereka
masing-masing!
Demikian itulah tokoh pemuka Mesir dan
Imam-nya!*
Demikian pula telah berlangsung antara kita berdua
pertemuan-pertemuan yang telah memberikan kepuasan kepada
kami sepuas-puasnya dan untuk selama-lamanya
!
Aku berkeluh kesah padanya. Ia pun mengungkapkan
kesedihan dan kekesalan hatinya!. Dan ternyata itu adalah
saat-saat yang penuh berkah dan taufiq, yang mengilharni
kami agar berbuat. sesuatu demi persatuan dan kesatuan ummat
ini.
Di antara kesimpulan-kesimpulan yang kami capai bersama.
ialah bahwa kedua kelompok --Syiah dan Sunnah--,
adalah sama-sama Muslim yang berpegang teguh pada
ajaran-ajaran Islam, yang lurus. Sama-sama mempercayai apa
yang dibawa oleh Rasulullah saw. Tiada perbedaan antara
mereka dalam suatu dasar agama yang prinsipil dan berakibat
merusak kepercayaan mereka pada dasar-dasar agama Islam yang
mulia. Tiada pula perbedaan faham di antara mereka kecuali
apa yang biasa terjadi di antara para mujtahidin dalam
beberapa hukum agama, sebagai akibat dari perbedaan
istimbath (penyimpulan hukum) yang berasal dari (pemahaman)
al-Quran, atau sunnah Nabi, atau ijma para
ulama, ataupun dari sumber dalil yang keempat. Hal seperti
itu tidak selayaknya menyebabkan timbulnya jurang pemisah
yang demikian curamnya, apalagi menimbulkan
pertikaian-pertikaian yang sengit di antara mereka!
Jadi, sebab apakah yang telah mengobarkan api permusuhan
yang menyala-nyala tiada hentinya; dan membakar kedua
kelompok ini --Sunnah dan Syiah-- sepanjang masa?
Bila kita meneliti sejarah Islam dan menelusuri
kepercayaan, faham-faham serta aliran-aliran yang berkembang
di dalamnya, kita akin mengetahui bahwa sebab utama dari
adanya perpecahan dan pertikaian ini, tidak lain adalah
sebagai akibat timbulnya pergolakan demi suatu keyakinan,
pembelaan terhadap suatu pendirian, ataupun pengelompokan
sekitar suatu pendapat.
Dan tiada suatu penyebab perpecahan di antara ummat ini
yang lebih hebat daripada perbedaan pendapat yang
berhubungan dengan soal kepemimpman umum atau imamah. Tiada
bentrokan dalam Islam demi suatu prinsip agama, yang lebih
parah daripada yang telah terjadi sekitar persoalan ini.
Dengan lain perkataan, soal imamah ini adalah penyebab utama
yang secara langsung telah menimbulkan perpecahan selama
ini. Generasi demi generasi yang mempertengkarkan soal
imamah ini telah menjadi demikian gandrung dan terbiasa
dengan sikap fanatik dalam kelompoknya masing-masing, tanpa
mau mengkaji dengan kepala yang dingin.
Dan sekiranya masing-masing anggota kedua kelompok ini
mau meneliti dan mempelajari dalil-dalil kelompok lainnya
dengan cara yang dilakukan orang yang benar-benar ingin
tahu, --dan bukan dengan cara seorang pembenci yang hanya
ingin bertengkar-- niscaya fajar kebenaran akan segera
menyingsing dan menyinari jiwa mereka semuanya!
Dalam hal ini, kami telah mewajibkan atas kedua diri
kami, agar dengan sungguh-sungguh berdaya upaya mempelajari
dalil, masing-masing kelompok, dan mendalaminya dengan cara
yang tulus, dengan melepaskan perasaan kami dari segala
ikatan lingkungan, adat dan kebiasaan, dan menjauhkannya
dari segala sentimen dan ashabiyyah yang melekat pada
diri kami. Kami akan langsung menuju kebenaran yang hakiki
melalui jalan dan cara yang telah disepakati bersama oleh
kedua kelompok, kemudian membahasnya dengan seksama,
sehingga mudah-mudahan akan berhasil mengundang perhatian
kaum Muslimin pada umumnya, dan menimbulkan rasa tenteram
dan damai dalam hati mereka, dengan adanya kepastian akan
kebenaran yang kami capai dan kami sampaikan, insya
Allah!.
Untuk itu, kami putuskan agar beliau mengajukan --secara
tertulis-- soal-soal yang ingin ditanyakannya; kemudian aku
akan menjawabnya secara tertulis pula; sesuai dengan
persyaratan yang berlaku yang dikuatkan oleh pandangan
secara akal maupun dengan menukilkan dalil-dalil agama yang
diakui kebenarannya oleh kedua kelompok.
Demikianlah, dengan petunjuk dan taufiq Allah SWT,
surat-menyurat yang berisi dialog-dialog antara kami telah
berlangsung dengan lancar sekali. Tadinya kami bermaksud
segera mencetaknya sebagai buku, agar kami bisa menikmatinya
sebagai hasil karya yang didasari keikhlasan demi Allah SWT
semata-mata. Tapi hari-hari yang kejam, dan taqdir yang
memaksa, telah menghalau niat kami itu meskipun penundaan
penerbitannya waktu itu, pada akhirnya justru telah membawa
kebaikan yang lebih besar!
Harus diakui bahwa apa yang tercantum dalam keseluruhan
buku ini bukanlah semata-mata apa yang telah tersusun secara
lengkap di antara kami berdua pada waktu itu. Namun dengan
tegas harus kunyatakan pula bahwa semua dialog-dialog ini
telah kucatat dengan penaku. Pokok-pokok persoalan yang
telah dibicarakan antara kami berdua, secara lengkap
tercantum dalam halaman-halaman buku ini, dengan beberapa
tambahan yang sesuai dengan keadaan dan kebutuhan, dan
didorong oleh rasa keikhlasan dan tanggung jawab. Semuanya
itu tanpa melanggar apa-apa yang telah kami sepakati
bersama.
Dan kini aku berharap, seperti apa yang kuharapkan di
masa lampau; yaitu agar buku ini mampu mencetuskan perbaikan
dan kebaikan di kalangan ummat. Jika ia berhasil merangsang
perhatian mereka, dan mendorong mereka untuk menerima
isinya, maka itu adalah karunia Allah SWT semata-mata. Dan
hanya itu pula yang kuinginkan dari karyaku ini.
Sesungguhnya tiada aku menginginkan sesuatu kecuali
perbaikan, sepanjang apa yang aku mampu mengerjakannya. Dan,
tiada petunjuk ke arah itu kecuali yang datang dari Allah;
kepada-Nya jua aku bertawakal, dan kepada-Nya pula aku
kembali (dalam segala urusanku)**
Kupersembahkan buku ini kepada mereka yang mau
menggunakan akal sehatnya; baik ia seorang sarjana yang ahli
di bidang penelitian, dan berkecimpung dalam kehidupan
ilmiah, serta gemar menguji kebenaran di dalamnya. Ataukah
ia seorang ulama yang ahli dan dipercaya di bidang ilmu-ilmu
agama. Ataukah ia seorang pemikir yang mahir dan menguasai
ilmu kalam. Ataukah ia seorang di antara kaum muda kita,
harapan masa depan nan cerah, yang dinamis jiwanya, luas
pengetahuannya, bebas pikirannya dari berbagai macam ikatan
dan belenggu.
Bila mereka semua itu bisa menerimanya dan bisa merasakan
kegunaannya dalam diri mereka sendiri, maka itulah kebaikan
dan kebahagiaan yang tiada taranya bagiku!
Sungguh aku telah bersusah-payah dalam menyusun buku ini.
Dengan mengusahakan jawaban-jawaban dengan cara yang
sesempurna mungkin dalam segala-galanya. Dengan itu aku
bertujuan menyampaikan pikiran dan cita-rasa yang
dikandungnya, kepada mereka yang mau berpikir secara jujur
dan sportif. Jawaban jawaban itu diperkuat pula dengan
dalil-dalil yang tiada keraguan padanya. Dan bukti-bukti
yang tiada kebimbangan di dalamnya Dengan bersungguh-sungguh
aku kumpulkan hadits-hadits yang shahih serta nash-nash yang
jelas, sehingga menjadikan buku ini menyamai sebuah
perpustakaan, yang lengkap dan sarat dengan buku-buku yang
amat berharga di berbagai bidang ilmu kalam, hadits, sejarah
dan lain-lainnya, yang semuanya berhubungan erat dengan
pokok pembahasan yang amat penting ini. Dengan pemikiran
yang moderat dan tulus setulusnya, serta dengan cara yang
mengajak siapa saja --di antara orang-orang yang jujur dan
sportif-- yang membacanya, untuk menyetujui isinya dan
mengikutinya, mulai dari bagiannya yang pertama sampai
dengan yang paling akhir.
Bila buku ini berhasil mendapatkan pembaca-pembaca
seperti itu, maka itulah cita-cita yang amat kudambakan; dan
--tentunya-- segala puji bagi Allah selalu kuucapkan.
Alhamdulillah! aku sungguh-sungguh puas dengan bukuku
ini, puas akan hidupku setelah ini. Sebab ia adalah suatu
karya yang pasti berhasil membantuku melupakan rasa muakku
pada beban-beban hidup yang amat meletihkan;
kesedihan-kesedihan yang menyesakkan, dan juga
penderitaan-penderitaan yang ditimbulkan oleh
rencana-rencana jahat musuh-musuhku, yang selama ini tidak
kuadukan kecuali pada Allah SWT! Dan sudah barang tentu
Allah SWT telah cukup bagiku sebagai hakim yang akan
mengadili mereka. Demikian pula Muhammad saw. sebagai lawan
mereka dalam peradilan itu.
Belum lagi cobaan-cobaan lainnya yang kualami secara
beruntun, bagaikan banjir besar yang mengepungku dari segala
penjuru, membawa serta berbagai macam kesedihan dan
kekesalan yang menghimpit, menyebabkan hidup ini terasa
begitu gelap dan menyusahkan.
Tapi di atas segalanya, hidupku yang diabadikan oleh buku
ini adalah hidup yang penuh rahmat di dunia maupun di
akhirat. Hatiku merasa puas karenanya. Jiwaku menjadi tenang
dibuatnya. Oleh karena itu, aku berharap semoga Allah SWT
berkenan menerima amalku ini; mengampuni segala
kesalahan dan kelalaianku, dan melimpahkan ganjaranNya
bagiku, dalam bentuk manfaat dan petunjuk yang lurus yang
bisa dirasakan oleh segenap kaum Muminin.
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal-amal shalih, mereka diberi petunjuk oleh
Tuhan mereka disebabkan keimanannya. Di bawah mereka
mengalir sungai-sungai di dalam surga yang penuh
kenikmatan. Doa mereka didalamnya ialah
Subhanakallahumma (maha suci Engkau, wahai
Tuhan kami) dan salam penghonnatan mereka ialah
Salam (sejahtera dan damai). Dan penutup
doa mereka adalah: alhamdulillahi rabbil
alamin. (al-Quran, 10:10)
(Abdul Husain Syarafuddin al-Musawi)
Catatan kaki:
* Yang dimaksud dengan
tokoh ini ialah: Asy-Syaikh Salim al-Bisyri, Rektor
al-Azhar, Kairo, pada masa itu. (pent.)
** Al-Quran, 11 :
88
|