97. Yahya ibn Jazar al-Arani
al-Kufi1
Abu Zara'ah memandang Yahya sebagai orang yang tsiqat.
Demikian, pula an-Nasa'i dan Abu Hatim. Ibn Hibban menyebut
dia dalam ats-Tsiqat. Adz-Dzahabi berkata: "Ia jujur dan
tsiqat." Menurut al-Ajli, ia orang Kufah yang tsiqat dan
cenderung pada Syi'ah, tasyayyu'. Hakim Ibn 'Utaybah
berkata: "Ia berlebih-lebihan dalam tasyayyu'. Ibn Sa'ad
berkata: "Ia berlebih-lebihan dalam tasyayyu' dan dia
tsiqat."
Adanya kesepakatan ulama mengenai tsiqatnya Yahya ibn
Jazar --walaupun ada sebagian orang yang memandang
tasyayyu'nya berlebih-lebihan-- menunjukkan bahwa
kecenderungan Syi'ah Yahya belum sampai ke tingkat yang
dapat merusak ketsiqatan dan kehujjahan haditsnya. Dengan
kata lain, kesepakatan Ulama mengenai tsiqatnya Yahya
menunjukkan bahwa ia bukan pelaku bid'ah yang mengkafirkan,
juga bukan orang yang mempromosikan menghalalkan dusta untuk
bid'ahnya. Ia juga bukan orang yang menguatkan
mazhabnya.
Barangsiapa yang kondisinya seperti itu, maka dapat
diterima riwayatnya, dan tidak ada halangan untuk berhujjah
dengan haditsnya. Karena itu, beberapa orang Ashabus-Sittah
meriwayatkan hadits Yahya ibn Jazar. Ini menunjukkan akan
kejujuran ulama Sunni, dan kesungguhan mereka dalam mencari
dan memakai Sunnah Rasul secara optimal. Juga menunjukkan
kesungguhan mereka dalam berpegang pada metoda ilmiah
sebagai dasar dalam menerima dan menolak riwayat.
Perhatikanlah!
Karena itu, tasyayyu' dan ekstrimisme yang didakwakan
kepada Yahya itu tidak lebih dari sikap condong dan berpihak
kepada Ahlul Bayt dan 'Ali dalam perselisihannya dengan
Mu'awiyah. Dan sikap seperti itu tidaklah merusak sifat
keadilan dan kehujjahan haditsnya.
Catatan kaki:
1 Tahdzib at-Tahdzib,
11/191; Mizan al-I'tidal, 4/367.
|