|
95. Hasyim ibn Basyir ibn Qasirh ibn Dinar
as-Sulami al-Washithi1
Dalam kitab Hadi as-Sari, Ibn Hajar berkata: "Ulama
sepakat mengenai ketsiqatan Hasyim. Hanya saja ia dikenal
melakukan tadlis, dan riwayatnya, terutama yang bersumber
dari az-Zuhri, dinilai lemah oleh ulama hadits. Mengenai
tadlis yang dilakukannya, sekelompok penghafal menyatakan
bahwa Bukhari tidak meriwayatkan hadits Hasyim kecuali
setelah dilakukan tashrih dan tahdits. Aku perhatikan
haditsnya, dan ternyata memang demikian adanya. Adakalanya
tashrih Bukhari pada isnad, dan terkadang pada aspek lain.
Adapun riwayat Hasyim dari az-Zuhri, maka itu terlihat dalam
kedua kitab Sahih (Bukhari-Muslim, peny.). Semua imam
berhujjah dengan haditsnya. Wallahu alam bis-shawab.
Ibn Hajar telah mengemukakan dalam kitabnya Tahdzib,
berbagai pendapat ulama yang memandang tsiqat pada Hasyim
dan menyatakan kehujjahan haditsnya tanpa ada perselisihan.
Karena itu, para tokoh hadits menjadikan hadits Hasyim
sebagai hujjah.
Mengenai Ibn Quthaibah yang menganggap Hasyim sebagai
salah seorang perawi Syi'ah, maka kita sudah mengerti
kriteria Ibn Quthaibah menilai seseorang sebagai Syi'ah.
Setiap orang yang cenderung kepada Ahl Bayt dan mendukung
'Ali dalam pertikaiannya melawan Mu'awiyah, dinilai oleh Ibn
Quthaibah sebagai Syi'ah. Sesungguhnya hal tersebut bukanlah
sesuatu yang ditentang oleh orang Sunni, dengan catatan ia
tidak meremehkan sahabat-sahabat Nabi yang lain, seperti Abu
Bakar dan 'Umar.
Kalau al-Musawi, penulis Dialog Sunnah-Syi'ah itu jujur,
tentu ia akan menyatakan bahwa Hasyim itu termasuk ulama
Sunni dan ahli hadits. Akan tetapi, ia biasa dusta,
mencampuraduk yang benar dan yang batil, memanipulasi
kebenaran, dan memberi embel-embel para ulama Sunni dengan
tasyayyu' hanya karena adanya riwayat yang lemah. Atau ia
menyatakan terhadap sebagian ulama sebagai orang, yang
dipercaya. Hal ini hanyalah suatu taktik saja untuk
menyatakan seseorang sebagai ahli hadits dan berasal dari
golongan mereka, Rafidhah, dan perawi mereka. Demikianlah
keadaan yang terjadi pada diri Hasyim ibn Basyir. Cobalah
anda perhatikan.
Catatan kaki:
1 Hadi as-Sari, 2/219;
Tahdzib at-Tahdzid, 11/59; Mizan al-I'tidal, 4/306
|