|
93. Hisyam ibn Ziyad Abul Miqdam
al-Bashri1
Imam Ahmad memandangnya dha'if, demikian pula Abu Zara'ah
dan lainnya. Menurut ibn Mu'in, ia tidak tsiqat. Dalam
kesempatan lain, Ibn Mu'in berkata: "Ia dha'if dan bukan
apa-apa". Bukhari berkata: "Ulama hadits banyak
mempersoalkan Hisyam." Menurut Abu Dawud, ia tidak tsiqat.
Turmudzi memandang dia dha'if. An-Nasa'i juga memandang dia
dha'if, haditsnya matruk (ditinggalkan orang) dan tak ada
nilainya. Menurut Abu Hatim, haditsnya lemah, tidak
kuat.
Para ulama sepakat mengenai kedha'ifan Hisyam. Juga
mengenai gugurnya kehujjahan hadits Hisyam dan perlunya
menjauhi haditsnya. Berbeda dari ijma' ulama di atas,
al-Musawi, penulis Dialog Sunnah-Syi'ah, memandang Hisyam
sebagai tsiqat, dan menganggap dia sebagai perawi Syi'ah
yang adil. Penilaian ini jelas berlawanan dengan kesepakatan
ulama. Hal ini tidak lain hanya karena Hisyam orang Bashrah.
Perhatikan, betapa fanatik dan subjektifnya pandangan
al-Musawi, penulis Dialog Sunnah-Syi'ah itu! Semoga kita
dijauhkan oleh Allah dari sifat buruk itu.
Mengenai periwayatan yang dilakukan at-Turmudzi atas
hadits Hisyam, tidaklah berarti ia berhujjah dengan hadits
itu. juga tidak secara otomatis berarti bahwa Hisyam itu
tsiqat. Sebab terkadang ashabus-Sunan meriwayatkan hadits
dari seorang perawi, tanpa berhujjah dengannya.
Catatan kaki:
1 Tahdzib at-Tahdzib,
11/38; Mizan al-I'tidal, 4/298.
|