90. Harun ibn Sald al-Ajli al-Kufi, juga
dipanggil al-Ju'fi al-A'war1
Berkata Ahmad, "Dia itu orang yang saleh, dan orang
banyak meriwayatkan hadits dari dia". 'Utsman ad-Darimi
mengatakan dari Ibnu Ma'in bahwa tak ada persoalan dengan
dia. Kata Ibnu Abi Hatim: "Aku bertanya kepada ayahku
tentang Harun. Maka dia mengatakan bahwa tak ada masalah
dengan Harun." Ibnu Hibban memasukkannya dalam kelompok
perawi yang tsiqat. Tapi beliau juga memasukkannya dalam
kelompok perawi yang dha'if. Kata beliau: "Dia itu Rafidhah
ekstrim. Tidak boleh meriwayatkan hadits darinya". Ad-Dauri
mengatakan dari Ibnu Ma'in: "Dia itu Syi'ah ekstrim".
As-Saji berkata: "Dia Rafidhah ekstrim".
Demikianlah perselisihan pendapat para ulama, antara yang
berhujjah dengan haditsnya dan menganggap tak ada sesuatu
yang mencegah hal itu, dengan mereka yang tidak berhujjah
dengan haditsnya karena keadaannya yang Rafidhah ekstrim.
Dari perselisihan pendapat ini dapat disimpulkan bahwa
kelompok yang berhujjah dengan hadits Harun tidak mengetahui
sebab yang membuat kelompok lain tidak mau berhujjah
dengannya, dan bahwa kelompok yang disebut belakangan ini
lebih tahu dari kelompok yang disebut lebih dulu. Dalam hal
ini pendapat yang lebih kuat adalah pendapat kelompok yang
lebih tahu, kecuali jika perawi yang bersangkutan telah
berubah keadaannya dan menjadi baik. Jika begitu, sifat
adilnya kembali lagi kepadanya dan dia dapat dijadikan
hujjah. Karena soal inilah terjadi perselisihan pendapat di
atas.
Abu al-'Arab as-Shaqh mengisahkan dari Ibnu Qutaibah
bahwa dia (Harun) menyanyikan kepadanya sebuah puisi yang
menunjukkan bahwa dia telah melepaskan paham rafadhnya.
Dari sini kita tahu mengapa para ulama berselisih
pendapat dalam menilai Harun ibn Sa'd al-Ajli. Mereka yang
mendha'ifkannya tidak mengetahui bahwa dia telah melepaskan
paham rafadhnya, dan mereka yang berhujjah dengannya
mengetahui hal itu. Karena itu ada ahli hadits yang
mengeluarkan hadits yang diriwayatkan olehnya.
Catatan kaki:
1 Tahdzib at-Takhzib,
11/6; Mizan al-I'tidal, 4/784
|