88. Nafi' ibn al-Harits Abu Dawud al-A'ma
al-Hamdani ad-Darimi, juga bernama as-Sabi'i al-Kufi
al-Qash1
Berkata 'Uqaily: "Dia itu Rafidhah ekstrim". Menurut
Bukhari, orang-orang berkata mengenai hal itu. Kata Yahya
bin Ma'in: "Dia ini tidak masuk hitungan". Berkata
an-Nasa'i: "Dia matruk". Berkata Daruquthni dan lainnya:
"Haditsnya matruk." Abu Zara'ah berkata:. "Dia itu tidak
masuk hitungan". Berkata Ibnu Hibban: "Tidak boleh
meriwayatkan hadits dari dia". Berkata Ibnu 'Adi: "Dia
termasuk ekstrimis Kufah". Berkata as-Saji: "Dia itu munkar
haditsnya dan suka berdusta". Dikatakan orang kepada Qatadah
bahwa Nafi' meriwayatkan hadits dari al-Barra' dan Zaid bin
Arqam. Maka berkatalah Qatadah: "Dia dusta. Itu cuma
usahanya saja untuk membuat orang percaya padanya." Berkata
Ibnu Abdil Barr: "Semua ahli sepakat bahwa dia dha'if".
Sebagian mencapnya dusta. Semua sepakat untuk meninggalkan
riwayat darinya".
Jadi, para ulama bersepakat bahwa Nafi' ibn al-Harits itu
dha'if, dan meninggalkan riwayat darinya. Hanya, mereka
berbeda dalam alasan untuk pandangan mereka itu. Jadi,
bagaimana dia bisa dipandang tsiqat? Kefanatikan penulis
Dialog Sunnah-Syi'ah terhadap orang-orang Kufah dan kaum
ekstrimis itulah, yang telah menyebabkannya menganggap
tsiqat orang yang oleh para ulama telah disepakati dha'ifnya
dan ditinggalkan haditsnya. Al-Musawi menentang kesepakatan
para ulama itu bukan karena apa-apa, melainkan karena Nafi'
itu orang Kufah yang ekstrim.
Adapun anggapan al-Musawi bahwa Tirmidzi berhujjah dengan
hadits Nafi' tidaklah benar. Orang seperti Imam Tirmidzi
tidak mungkin menentang kesepakatan para ulama dan berhujjah
dengan hadits Nafi'. Tetapi para penulis kitab-kitab Musnad
memang mengeluarkan hadits-hadits dari Nafi' yang
mengkacaukan nama seorang rawi yang bernama Nafi' ibn Abi
Nafi'. Berkata adz-Dzahabi: "Sebagian periwayat telah
mengkacaukan dia. Nama perawi tersebut yang benar adalah
Nafi' bin Abi Nafi"'. Wallahu a'lam.
Catatan kaki:
1 Tahdzib at-Tahdzib,
10/470; Mizan al-I'tidal, 4/272
|