81. Muhammad ibn Muslim ibn Susin
ath-Tha'ifi1
Ibn Mu'in memandang dia tsiqat. Demikian pula Abu Dawud
dan 'Ajli. Menurut Bukhari dan Ibn Muhdi, hadits Muhammad
ditulis (diriwayatkan) oleh para perawi sahih. Ibn Hibban
menyebutkannya dalam kitab ats-Tsiqat, dan berkata:
"Muhammad sering lalai." As-Saji berkata: "Ia jujur.
Haditsnya perlu dipertimbangkan."
Menurut Ibn Mu'in, ia sering keliru ketika menyampaikan
hadits yang dihafalnya. Manakala ia menyampaikan hadits dari
kitabnya, tidak ada persoalan. Namun Ahmad mendha'ifkannya
dalam segala keadaan, baik ia menyampaikan dari kitabnya
maupun dari hafalannya. Ibn 'Adi menyebutkan beberapa hadits
Muhammad, lalu berkata: "Haditsnya hasan dan gharib. Ia
termasuk orang yang memelihara haditsnya dengan baik. Aku
tidak pernah melihat hadits munkar padanya. Menurut Ya'qub
ibn Sufyan, ia tsiqat, tak ada bahaya padanya.
Bila kita memperhatikan beberapa pendapat ulama hadits di
atas, nyatalah bahwa Muhammad ibn Muslim adalah dha'if.
Kedha'ifannya terletak pada hafalannya dan daya ingatnya,
bukan dari segi adilnya. Sebab ulama hadits tidak pernah
melontarkan sesuatu kritikan yang dapat merusak
keadilannya.
Mereka yang mendha'ifkan Muhammad dari segi hafalan dan
daya ingatnya juga masih berselisih paham. Perselisihan, ini
mengenai apakah ia meriwayatkan hadits dari hafalannya atau
dari kitabnya. Ini benar-benar membuktikan kepada kita
betapa akuratnya metoda ulama Sunni dalam melakukan seleksi
para perawi hadits. Orang-orang yang meriwayatkan hadits
dari Muhammad, mereka menerimanya dari kitabnya, bukan dari
hafalannya. Hadits-hadits yang termuat dalam kitabnya itu
dapat diterima, kecuali oleh Imam Ahmad.
Adapun Imam Muslim, karena ketatnya persyaratannya, tidak
meriwayatkannya, kecuali satu hadits yang menceritakan
tentang tark al-wudhu'. Itupun diikuti oleh periwayat lain,
sebagaimana ditegaskan oleh Hakim.
Kalau diperhatikan pernyataan-pernyataan ulama mengenai
Muhammad ibn Muslim, maka nyatalah bagi kita dusta yang
dilakukan oleh al-Musawi, penulis Dialog Sunnah-Syi'ah. Ia
menuduh ulama Sunni mendha'ifkan Muhammad lantaran paham
Syi'ah yang dianutnyal bukan karena sebab lainnya. Dengan
tuduhan itu ia hendak menyatakan bahwa ulama Sunni fanatik,
menuruti hawa nafsu dan tidak memiliki metoda dalam menolak
dan menerima hadits.
Jawaban saya terhadap tuduhan dan propaganda di atas
adalah keterangan dia sendiri bahwa Imam Muslim meriwayatkan
hadits Muhammad ibn Muslim dalam bab wudhu'. Seandainya
Muslim mendha'ifkan dia dari segi Syi'ahnya, sebagaimana dia
tuduhkan, tentulah sifat adil Ibn Muslim menjadi rusak, dan
Imam Muslim tidak akan meriwayatkan haditsnya.
Kepada al-Musawi, penulis Dialog Sunnah-Syi'ah, saya
ingin bertanya: Tidakkah anda memandang Abban ibn Tughlab,
'Abdurrazaq, Khalid ibn Mukhalid, 'Amir ibn Wailah dan
lain-lain sebagai perawi yang adil? Mengapa ulama Sunni juga
memandang mereka sebagai perawi yang adil? Ulama Sunni tidak
mendha'ifkan mereka. Kelihatannya Syeitan telah membelenggu
anda, dan menyeret anda ke jurang permusuhan, sehingga anda
semakin buta terhadap sunnah, dengki kepada Ahli Sunnah dan
pendukungnya. Syeitan akan membawa anda pula ke jurang
kenistaan di hari kiamat.
Catatan kaki:
1 Tahdzib at-Tahdzib,
9/444; Mizan al- I'tidal 4/40.
|