|
56. 'Utsman ibn 'Umair, Abu al-Yaqdhan
ats-Tsaqafi al-Kufi al-Bajili1
Sungguh mengherankan bagaimana penulis Dialog
Sunnah-Syi'ah, tokoh kaum Rafidhah, berbuat dusta atas diri
ulama-ulama Sunni. Ia menuduh mereka tidak jujur, fanatik,
mengikuti hawa nafsu, dan tidak mempunyai metoda. Hal ini
terlihat dari ucapannya sebagai berikut: "Kalau ulama Sunni
hendak menjatuhkan seorang muhaddits Syi'ah, maka mereka
katakan bahwa perawi itu mempercayai paham raj'ah. Sebab
itulah, mereka mendha'ifkan 'Utsman ibn 'Umair."
Kami dengan mudah dapat menolak tuduhan al-Musawi,
penulis Dialog Sunnah-Syi'ah itu. Di sini dapat dikemukakan
pertanyaan: jika benar ulama Sunni seperti yang anda
tuduhkan, mengapa mereka menerima dan menjadikan hujjah
hadits riwayat 'Ubaidillah ibn Musa al-'Absi, 'Abdurrazaq
ibn Himam, Abban ibn Tugblab, 'Abdullah ibn Luhai'ah dan
lain-lain, yaitu sepuluh perawi yang anda pandang sebagai
perawi Syi'ah yang tsiqat? Mengapa ulama Sunni tidak menuduh
mereka dengan raj'ah?
Tuduhan di atas jelas dusta. Tapi al-Musawi, penulis
Dialog Sunnah-Syi'ah, meyakini bahwa kaum Sunni seperti kaum
Rafidhah yang menghalalkan dusta untuk menguatkan mazhab
mereka. Bukti lain yang menunjukkan bahwa tuduhan itu tidak
benar adalah kenyataan bahwa ulama Sunni, seandainya benar
seperti yang dituduhkan al-Musawi, penulis Dialog
Sunnah-Syi'ah, tentu mereka akan mengambil pernyataan keras
al-Jauzjani dan lainnya mengenai Syi'ah. Akan tetapi mereka
tidak melakukan hal itu. Agama mereka, ketakwaan dan
kejujuran mereka, melarangnya.
Di sini saya akan mengemukakan pendapat-pendapat yang
obyektif dari orang-orang yang terpercaya mengenai diri
'Utsman ibn 'Umair. Menurut adz-Dzahabi, semua ulama
mendha'ifkan 'Utsman. Menurut Ibn Mu'in, ia bukan apa-apa.
Abu Ahmad az-Zubairi berkata: "'Utsman ibn 'Umair percaya
pada ajaran raj'ah." Berkata an-Nasa'i: "Ia dha'if, bukan
perawi yang kuat'" Ad-Daruquthni memandang dia dha'if.
Al-Fallas berkata: "Yahya dan 'Abdurrahman tidak sudi
menerima hadits dari Utsman Abu al-Yaqdhan."
Imam Ahmad berkata: "Abu al-Yaqdhan berperang bersama
Ibrahim ibn 'Abdullah ibn Hasan pada waktu terjadi fitnah.
Abu al-Yaqdhan adalah dha'if" Ibn 'Adi berkata: "Pemikiran
Abu al-Yaqdhan buruk, ia percaya pada ajaran raj'ah." Para
perawi hadits yang tsiqat meriwayatkan hadits darinya dengan
catatan dha'if. Dalam kitab al-Awsath, Imam Bukhari
menyatakan hadits Abu al-Yaqdhan munkar. Menurut Ibn Abd
al-Bar, semua ulama memandangnya dha'if.
Inilah pendapat para ulama yang terpercaya mengenai diri
'Utsman ibn 'Umair. Mereka adalah orang-orang yang jujur,
tidak mengenal dusta. Mereka tidak dipengaruhi oleh hawa
nafsu dalam memberikan penilaian terhadap seseorang.
Abu Dawud dan at-Turmudzi memang menerima hadits darinya,
tapi tidak dimaksudkan sebagai hujjah, melainkan untuk
sekedar i'tibar. Sebab sebuah hadits bisa didaftar, walau ia
tidak dijadikan hujjah. Hal seperti itu lazim dan absah di
kalangan ahli hadits.
Catatan kaki:
1 Tahdzib
at-Tahdzib,7/145; Mizan al-I'tidal 3/50.
|