55. 'Ubaidullah ibn Musa al-Absi
al-Kufi1
Ia termasuk salah seorang guru Imam Bukhari yang
terkemuka. Ia menerima hadits dari sejumlah tabi'in. Ibn
Mu'in, Ajli, 'Utsman ibn Abi Syaibah, dan ulama lain
memandang ia tsiqat. Ibn Sa'ad berkata: "Ia tsiqat, jujur,
dan berbudi luhur. Ia banyak meriwayatkan hadits munkar
tentang tasyayyu'. Karena itu, banyak orang memandangnya
dha'if."
Imam Ahmad mengecam ekstrimitasnya dalam berpaham Syi'ah,
dan sikapnya yang anti dunia (taqasysyuf). Menurut Abu
Haitam, ia merupakan perawi yang terpercaya dalam hal
kisah-kisah Israiliyat. Ibn Mu'in berkata: "Ia tercantum
dalam kitab Jami'-nya Sufyan ats-Tsauri. Sufyan memandangnya
lemah (dha'if)."
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
'Ubaidillah adalah tsiqat dan dapat dijadikan hujjah. Para
ahli tidak mengecamnya, selain dari paham Syi'ah yang
dianutnya. Dan sudah saya kemukakan sebelum ini bahwa yang
dimaksud dengan Syi'ah adalah berpihak dan membela 'Ali dan
Ahlul Bait, tidak lebih. Hal demikian tidak merusak sifat
adil seorang perawi manakala ia dikenal begitu jujur, dan
tidak mengajak orang lain mengikuti pahamnya. Inilah keadaan
'Ubaidillah ibn Musa. Karena itu, Ashabus-Sittah berhujjah
dengan hadits yang diriwayatkan darinya. Ini membuktikan
konsistensi ulama Sunni terhadap metoda penerimaan dan
penolakan riwayat. Mereka tidak menolak suatu riwayat, hanya
karena fanatik atau mengikuti hawa nafsu.
Mengenai sebagian ulama yang memandangnya lemah, hal itu
terletak pada riwayat yang bersumber dari Sufyan ats-Tsauri.
Hal ini tidak merusak sifat adil 'Ubaidillah secara umum.
Kenyataan itu hanya merusak penilaian mengenai daya ingat
dan ketsiqatan 'Ubaidillah secara khusus dalam riwayatnya
dari Sufyan ats-Tsauri. Sedangkan Bukhari menjauhi
riwayat-riwayat Ubaidillah yang bersumber dari Sufyan. Ia
meriwayatkan yang lain dari itu.
Catatan kaki:
1 Hadi as-Sari, 2/189;
Mizan al-I'tidal 3/16; Tahdzib at-Tahdzib, 7/50.
|