Sunni yang Sunni
Tinjauan Dialog Sunnah-Syi'ah-nya al-Musawi

Mahmud az-Za'by

53. 'Abdurrazzaq ibn Himam ibn Nafi' al-Humairi ash-Shan'ani1

Penulis kitab Fath al-Bari berkata: "Ibn Himam adalah salah seorang penghafal hadits yang terpercaya. Ia memiliki banyak karya tulis. Semua imam memandang dirinya tsiqat, kecuali 'Abbas ibn 'Abdil 'Adzim al-Anbari. Pandangan 'Abbas tentang Himam agak subyektif, sehingga tak seorang pun sependapat dengannya. Abu Zara'ah ad-Dimasyqi berkata: "Dikatakan kepada Ahmad ibn Hanbal, siapa yang lebih terpercaya antara 'Abdurrazaq ibn Himam dan Muhammad ibn Bakar ad-Dasani?" jawab Ahmad, " 'Abdurrazaq."

'Abbas ad-Duri dari Ibn Mu'in berkata: 'Abduffazaq adalah perawi yang terpercaya dalam hadits Makmar dari Hisyam ibn Yusuf. Ya'qub ibn Syaibah dari 'Ali ibn al-Madini berkata: "Hisyam ibn Yusuf berkata kepadaku, 'Abdurrazaq adalah orang yang paling alim dan paling hafal diantara kita." Berkata Ya'qub: "Keduanya ('Abdurrazaq dan Hisyam) adalah orang tsiqat dan terpercaya." Adz-Dzahili berkata: "'Abdurrazaq adalah orang paling tahu tentang hadits, dan dia "hafizh".

Ibn 'Adi berkata: "Perawi-perawi hadits yang tsiqat banyak berdatangan menemui 'Abdurrazaq. Mereka meriwayatkan hadits darinya. Namun mereka memandangnya Syi'ah. Label Syi'ah ini merupakan kecaman mereka yang paling akut. Tetapi, kejujuran 'Abdurrazaq menempatkannya di posisi yang tidak tergoyahkan. An-Nasa'i berkata: "Perlu penelitian lebih jauh bagi orang yang menulis hadits 'Abdurrazaq di saat ia berusia senja. Banyak orang menerima hadits munkar darinya."

Atsram dari Ahmad berkata: "Barangsiapa mendapatkan informasi (hadits) dari 'Abdurrazaq setelah ia buta, maka itu bukanlah hadits. Apa yang sudah ditulis dalam buku-bukunya, maka hal itu adalah benar dan shahih. Tetapi yang tidak tercatat dalam buku-bukunya, maka itu hanyalah hasil rekaman setelah ada upaya mengingat kembali apa yang pernah diketahuinya."

Ibn Hajar berkata: "Imam Bukhari berhujjah dengan sejumlah hadits yang diterima dari 'Abdurrazaq sebelum ia memasuki usia senja. Dan imam-imam yang lain meriwayatkan hadits darinya."

Dari berbagai pendapat ulama di atas dapat disimpulkan bahwa para ahli sepakat mengenai sifat adil, tsiqat, kejujuran dan kuatnya daya ingat 'Abdurrazaq sebelum ia memasuki masa tuanya (masa di mana terjadi ikhtilath (campur-aduk). Pada waktu itu, tidak seorang pun berbeda pendapat. Hadits-haditsnya yang diriwayatkan dalam Shahih Bukhari dan Muslim, juga dalam kitab Sunan lainnya, semuanya diriwayatkan sebelum 'Abdurrazaq memasuki masa ikhtilath. Kalangan ahli hadits tidak berselisih untuk berhujjah dengan hadits 'Abdurrazaq sebelum tuanya.

Adapun gelar Syi'ah yang dialamatkan kepadanya sudah merupakan kecaman ulama hadits yang paling keras. Namun label Syi'ah yang disandangnya tidak merusak sifat adil, tsiqat dan kejujurannya. Sebab ia bukanlah penganut Syi'ah ekstrim yang sampai ke tingkat rafadh. Selain itu, ia dikenal sangat jujur dan taqwa.

Mengenai bukti yang menunjukkan bahwa ia bukan Syi'ah Rafidhah adalah perkataan Ahmad ibn Azhar, "Aku mendengar 'Abdurrazaq berkata: "Aku mengutamakan Abu Bakar dan 'Umar lantaran 'Ali ibn Abi Thalib lebih mengutamakan mereka daripada dirinya sendiri. Seandainya 'Ali tidak mengutamakan mereka, tentu saya pun tidak akan melakukannya. Cukuplah dosaku manakala aku mencintai 'Ali, namun mengingkari ucapannya."

'Abdullah ibn Ahmad ibn Hanbal berkata: "Aku bertanya kepada ayahku, apakah 'Abdurrazaq itu Syi'ah ekstrim? 'Aku tidak pernah mendengar hal seperti itu,' jawab ayahku." Salamah ibn Syabib berkata: "Aku mendengar 'Abdurrazaq berkata: Demi Allah, dadaku tidak terbuka untuk mengutamakan 'Ali melebihi kemuliaan Abu Bakar dan 'Umar. Semoga Allah memberi rahmat kepada Abu Bakar, 'Umar dan 'Utsman. Orang yang tidak mencintai mereka, pastilah ia bukan orang mukmin. Katanya lagi: "Amal perbuatanku yang paling kokoh adalah kecintaanku kepada mereka."

Pernyataan-pernyataan di atas menunjukkan dengan jelas bahwa 'Abdurrazaq bukanlah Syi'ah Rafidhah. Jika demikian, bagaimana bisa dibenarkan pendapat yang menyatakan bahwa 'Abdurrazaq penganut paham Rafidhah, dan ia dipandang salah seorang perawi yang tsiqat dan adil? Ini jelas merupakan kepalsuan yang besar yang mengandung motif menghancurkan sendi-sendi sunnah Nabi, dan menceburkan keragu-raguan kepada mereka yang memelihara sunnah, supaya mereka dengan mudah bisa menghancurkan Islam. Orang-orang Sunni hendaknya awas dan peka terhadap hal ini!

Catatan kaki:

1 Hadi as-Sari, 2/185; Tahdzib at-Tahdzib, 6/310; Mizan al-I'tidal, 2/609.


Sunni yang Sunni -- Tinjauan Dialog Sunnah-Syi'ahnya al-Musawi oleh Mahmud az-Zaby
Diterjemahkan dari Al-Bayyinat, fi ar-Radd' ala Abatil al-Muraja'at
karangan Mahmud az-Za'bi, (t.p), (t.t). © Mahmud az-Za'bi.
Penerjemah: Ahmadi Thaha dan Ilyas Ismail
Penyunting: Ahsin Mohammad
Diterbitkan oleh Penerbit PUSTAKA
Jalan Ganesha 7, Tilp. 84186
Bandung, 40132
Cetakan I : 1410H-1989M

Indeks artikel kelompok ini | Disclaimer
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Dirancang oleh MEDIA, 1997-2001.
Hak cipta © dicadangkan.