|
46. 'Abbad ibn Ya'qub al-Asadi ar-Rawajini
al-Kufi Abu Sa'id1
Dalam Hadi al-Sari, Ibn Hajar berkata bahwa 'Abbad adalah
orang Rafidhah yang terkenal. Hanya saja ia seorang yang
jujur. Abu Hatim memandang dia tsiqat. Hakim berkata: "Ibn
Huzaimah ketika bercerita tentang 'Abbad berkata, "Riwayat
'Abbad dapat dipercaya, tetapi pendapatnya sangat
diragukan." Ibn Hibban berkata: "Ia seorang Rafidhah yang
selalu mengajak orang lain mengikuti jejaknya. Saleh ibn
Muhammad berkata, "Ia memaki 'Utsman ibn 'Affan."
Imam Bukhari meriwayatkan sebuah hadits (disertai perawi
hadits lain) dari 'Abbad tentang tauhid. Hadits dimaksud
bersumber dari Ibn Mas'ud, yang cuplikannya berbunyi:
"Perbuatan apakah yang paling utama?" Terhadap hadits ini,
Imam Bukhari mempunyai banyak jalan dari perawi-perawi yang
berlainan. Kenyataan ini dapat menimbulkan pertanyaan,
bagaimana Bukhari dan pengumpul hadits lainnya mau menerima
hadits dari seorang perawi yang keadaannya dha'if dan lemah
(wahan)? Jawabannya adalah bahwa periwayatan itu tidak
dipergunakan untuk hujjah, sebab kadang-kadang seorang
muhaddits mengeluarkan suatu hadits dari seorang perawi,
tetapi ia tidak menjadikannya hujjah. Hal seperti ini lazim
dan absah dalam ushul al-hadits, seperti disebut dalam
ungkapan: "Seorang mencatat hadits, tetapi ia tidak
menjadikannya hujjah."
Hadits seperti itu oleh para ahli hadits digunakan
sebagai penguat (pendukung), bukan sebagai penetap hukum
dasar. Hal seperti itu sama halnya dengan (perawi) 'Abbad
ibn Ya'qub di mana Bukhari menerima satu hadits darinya
dengan disertai sanad hadits lain. Sebenarnya hadits itu
sendiri mempunyai, banyak jalan, selain jalan 'Abbad. Namun
tidak ada masalah mengenai periwayatan Bukhari, sebab tak
seorang pun yang memandang 'Abbad dusta. Mereka hanya
mengecam sikap rafadhnya.
Adapun hadits-hadits 'Abbad yang diriwayatkan oleh
sebagian Ashabus-Sittah, maka tidak ada hubungannya dengan
bid'ah 'Abbad. Kecuali itu, untuk hadits tersebut
diketemukan sanad lain yang sahih dan jumlahnya banyak.
Wallahu a'lam.
Catatan kaki:
1 Mizan al-I'tidal 2/376;
Tahdzib at-Tahdzib, 5/109; Hadi as-Sari, 2/177.
|