|
45. Amir ibn Wailah Abut-Thufail al-Laitsi
al-Makki1
Dalam kitab Hadi al-Sari, Ibn Hajar berkata: "Imam Muslim
dan ulama lain menetapkan bahwa Amir termasuk sahabat Nabi.
Abu 'Ali ibn Sakan berkata: "Terdapat riwayat yang
mengatakan bahwa ia melihat Rasulullah, menurut jalur-jalur
riwayat yang kuat." Tetapi tidak ditemukan riwayat bahwa ia
meriwayatkan hadits langsung dari Nabi Di dalam kitab
at-Tarikh al-Aswad, imam Bukhari meriwayatkan bahwa Amir
berkata: "Aku menemui delapan tahun dari masa hidup
Rasulullah." Menurut Ibn 'Ali, dia seorang sahabat. Kaum
Khawarij mengusir dia, karena dekatnya dengan 'Ali, dan
pernyataannya yang selalu mengagungkan 'Ali dan Ahlul-Bayt.
Namun tak ada bahaya dalam haditsnya. Menurut Ibn Hanbal,
dia seorang Makkah yang tsiqat. Ibn Sa'ad menyatakan hal
serupa, hanya ia menambahkan bahwa Amir adalah orang
Syi'ah.
Ibn Hajar berkata: "Abu Muhammad ibn Hazm memandang Amir
sebagai orang yang jelek, ia mendha'ifkan hadits-haditsnya."
Lebih lanjut Ibn Hajar mengatakan: "Dia memiliki riwayat
hadits yang pilihan. Ia seorang sahabat, tak syak lagi.
Tidak ada pengaruhnya tuduhan orang atas dirinya, apalagi
jika tuduhan itu hanya bersifat emosional semata. Aku tidak
melihat di dalam shahih Bukhari riwayat darinya kecuali satu
hadits yang berkenaan dengan ilmu pengetahuan, yang
bersumber dari 'Ali ibn Abi Thalib." Ma'ruf ibn Kharbud
meriwayatkan hadits darinya. Juga ulama ulama hadits yang
lain.
Ringkasnya, para ulama sepakat bahwa Amir adalah seorang
sahabat yang adil dan tsiqat. Semua sahabat, menurut ulama
Sunni, adalah adil. Ulama hadits tidak menemukan sesuatu
pada diri Amir yang dapat merusak sifat adil dan
tsiqatnya.
Adapun tuduhan bahwa ia Syi'ah, itu artinya ia
berpendapat bahwa kebenaran ada di pihak 'Ali, sewaktu dia
berselisih dan berperang dengan Mu'awiyah. Sudah saya
jelaskan bahwa hal seperti itu banyak terjadi di kalangan
sahabat. Karena itu, sebagian dari Ashabus-Sittah
meriwayatkan hadits Amin.
Catatan kaki:
1 Hadi as-Sari, 2/176;
Tahdzib at-Tahdzib, 5/82.
|