Sunni yang Sunni
Tinjauan Dialog Sunnah-Syi'ah-nya al-Musawi

Mahmud az-Za'by

40. Syarik ibn 'Abdillah, Ibn Sinan ibn Anas an-Nakha'i al-Kufi1

Ibn Mu'in memandang Syarik sebagai perawi hadits yang adil. Ia berkata, "Syarik itu orang jujur dan tsiqat. Hanya saja jika ia berbeda pendapat, pasti saya lebih simpati pada pendapat lawannya." Ahmad ibn Hanbal menyatakan hal serupa. Menurut al-Ajili, ia orang Kufah yang tsiqat. Ibn Ya'qub ibn Syaiban berkata, "Syarik itu orang jujur dan tsiqat. Tetapi ia jelek hafalannya." Ibn Abi Hatim berkata kepada Abi Zara'ah bahwa hadits Syarik dapat dijadikan hujjah. Ibn Zara'ah berkata bahwa Syarik banyak lalainya. Ia memiliki hadits, tetapi sewaktu-waktu ia salah. Dikatakan kepada Abu Zara'ah, bahwa ia banyak meriwayatkan hadits palsu: "Jangan berkata begitu," komentar Abu Zara'ah.

Menurut Nasa'i, tak ada yang perlu dirisaukan mengenai dirinya. Ibn 'Adi berkata: "Kebanyakan hadits Syarik adalah shahih. Adanya kejanggalan dalam hadits-haditsnya bukanlah suatu kesengajaan. Hal itu terjadi karena keburukan hafalannya saja." Menurut Ibn Sa'ad, ia tsiqat; terpercaya, tetapi sering salah. Hal serupa dikatakan oleh Abu Dawud.

Dalam ats-Tsiqat, Ibn Hibban berkata, "Pada akhirnya riwayat Syarik" itu mengandung kesalahan, karena daya hafalnya yang kurang kuat. Oleh sebab itu, periwayatan ulama terdahulu darinya dapat dijamin kebenarannya. Tetapi periwayatan hadits yang dilakukan ulama belakangan (muta'akhkhirin) darinya di Kufah sudah mengalami perubahan yang banyak. Pernyataan serupa dikemukakan oleh al-Ajli, Ibrahim al-Harbi, dan Shalih Jazarah.

Imam Ahmad ibn Hanbal berkata, "Ia orang yang pandai, jujur, perawi hadits, dan bersikap keras terhadap pembid'ah. Hanya Imam Muslim meriwayatkan hadits darinya dalam kategori muttaba'at (rawi-rawi yang layak diikuti)." Al-Saji berkata, ia dipandang berlebih-lebihan dalam tasyayyu'. Akan tetapi terdapat riwayat lain yang berlainan dengan itu. Ia menampilkan 'Ali lebih tinggi daripada 'Utsman ibn 'Affan. Menurut ibn Mu'in, Syarik pernah berkata: "Orang yang menempatkan 'Ali lebih tinggi daripada Abu Bakar dan 'Umar tidak memperoleh kebaikan sama sekali." Adz-Dzahabi pernah mendengar bahwa Syarik berkata: "Seorang tidak akan mendahulukan 'Ali daripada Abu Bakar, kecuali ia mengharap sesuatu yang hina."

Dari pendapat ulama di atas, dapat disimpulkan bahwa Syarik adalah tsiqat dan adil. Ulama hadits tidak mencela dia, kecuali daya hafalnya yang buruk itu. Dan ini terjadi di akhir masa hidupnya, seperti diungkapkan oleh sebagian ulama. Mengenai tuduhan bahwa ia sangat mengagungkan 'Ali maka sudah saya kemukakan pendapat beberapa ulama bahwa pengagungan Syarik kepada 'Ali tidak sampai ke tingkat rafadh. Artinya, Syarik tidak menempatkan 'Ali lebih tinggi derajatnya daripada Abu Bakar dan 'Umar. Hal ini tentu saja tidak mengurangi kredibilitas Syarik, karena ia dikenal adil dan tsiqat. Karena itulah, Imam Muslim dan Ashabus-Sunan menerima riwayatnya.

Catatan kaki:

1 Mizan al-I'tidal 2/270; Tahdzib at-Tahdzib, 4/333.


Sunni yang Sunni -- Tinjauan Dialog Sunnah-Syi'ahnya al-Musawi oleh Mahmud az-Zaby
Diterjemahkan dari Al-Bayyinat, fi ar-Radd' ala Abatil al-Muraja'at
karangan Mahmud az-Za'bi, (t.p), (t.t). © Mahmud az-Za'bi.
Penerjemah: Ahmadi Thaha dan Ilyas Ismail
Penyunting: Ahsin Mohammad
Diterbitkan oleh Penerbit PUSTAKA
Jalan Ganesha 7, Tilp. 84186
Bandung, 40132
Cetakan I : 1410H-1989M

Indeks artikel kelompok ini | Disclaimer
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Dirancang oleh MEDIA, 1997-2001.
Hak cipta © dicadangkan.