|
36. Sulaiman ibn Shard ibn al-Jun ibn Abi al-Jun
ibn al-Munqid ibn Rabi'ah ibn Ashram ibn Haram al-Khuza'i
Abu Mutraf al-Kufi1
Sulaiman adalah salah seorang sahabat yang meriwayatkan
hadits dari Nabi. Al-Musawi, penulis Dialog Sunnah-Syi'ah,
memandang dia sebagai salah seorang perawi Syi'ah yang
tsiqat. Sesungguhnya ia hanyalah seorang yang membela 'Ali
ibn Abi Thalib dalam beberapa pertempuran. Ia hadir bersama
'Ali di Perang Shiffin. Dia termasuk salah seorang yang
mengundang Husayn ibn 'Ali untuk datang ke Kufah. Akan
tetapi setelah Husayn hadir, Sulaiman meninggalkannya, dan
tidak berperang bersamanya. Ia sangat menyesal atas sikapnya
itu setelah Husayn terbunuh. Lalu untuk menebus kesalahannya
ia keluar ke medan juang bersama orang-orang yang seperasaan
untuk menebus darah Husain, sampai akhirnya ia mati
terbunuh.
Saya terheran-heran pada al-Musawi, penulis Muraja'at.
Pasalnya, ia memandang Sulaiman sebagai orang Rafidhah. Saya
ingin bertanya "Apakah sikap dan perbuatan Sulaiman itu
dapat dijadikan bukti bahwa ia orang Rafidhah?" Kalau benar
demikian, maka semua sahabat yang berlaga di medan perang
bersama 'Ali dapat disebut orang Rafidhah. Tentu setiap
Muslim yang berakal tidak ada yang berpendapat demikian.
Akan tetapi, emosi itu dapat membuat seseorang menjadi
buta, hati dan matanya. Coba kita perhatikan, bagaimana
seorang Rafidhah (al-Musawi, penulis Muraja'at) mencela
sahabat-sahabat Nabi yang agung. Ia memasukkan racun dalam
madu. Menurut pendapat yang benar, Sulaiman adalah seorang
sahabat Nabi yang mulia. Ia berada di pihak (satuan perang)
'Ali ibn Abi Thalib. Kemuliaannya tidak sedikit, seperti
halnya sahabat-sahabat Nabi yang lain. Ia tidak dipandang
sebagai pembid'ah maupun pendusta. Menurut Ahlus Sunnah,
semua sahabat adalah adil. Tak ada perbedaan antara sahabat
yang berada di pihak 'Ali maupun yang berada di pihak
Mu'awiyah, atau sahabat yang tidak ikut campur dalam perang
saudara itu. Karena itu, Ashabus-Sittah menerima riwayat
Sulaiman.
Catatan kaki:
1 Tahdzib at-Tahdzib,
4/200.
|