Komentar atas Dialog 69
Perhatikanlah komentar al-Musawi atas hadits-hadits sahih
yang dikemukakan Syeikh al-Bisyri dari Kitab Sahih Bukhari
dan Muslim. Juga komentarnya terhadap hadits-hadits yang
menafikan wasiat nabi kepada 'Ali ataupun sahabat
lainnya.
Kalau anda perhatikan komentar itu, anda akan menemukan
keanehan pemikiran al-Musawi. Ia memahami hadits-hadits yang
menegaskan wasiat itu, justru sebagai dalil adanya wasiat.
Ia berkata: "Anda lihat bahwa kedua Syeikh itu
(Bukhari-Muslim) dalam hadits ini secara tidak sengaja telah
meriwayatkan wasiat nabi kepada 'Ali". Pemahaman al-Musawi
ini patut ditertawakan oleh orang yang berakal. Sebab mana
bisa negasi diartikan penegasan (itsbat), dan yang hak
dijadikan dalil bagi yang bathil.
Dalam komentarnya itu, al-Musawi juga telah bersikap
tidak sopan dan sombong terhadap para sahabat dan tabi'in
umumnya, dan Ummul Mu'minin 'A'isyah khususnya ketika ia
berkata: "Orang-orang yang menyebutkan tentang adanya wasiat
nabi kepada 'Ali itu, bukanlah orang-orang dari kalangan
luar ummat. Tetapi mereka dari kalangan para sahabat dan
tabi'in sendiri, yang memiliki keberanian untuk berterus
terang kepada A'isyah dengan mengajukan pertanyaan yang
menyinggung perasaannya, dan tentunya juga yang bertentangan
dengan politik penguasa di masa itu".
Al-Musawi menganggap Abu Bakar dan 'Umar telah memusuhi
Allah dan Rasul-Nya, dan melawan perintah keduanya, dan
menentang wasiat mengenai kepemimpinan 'Ali setelah Nabi.
Abu Bakar dan 'Umar bersikeras menentang wasiat ini dengan
menghalangi masyarakat menyebutkan wasiat itu. Para sahabat
tunduk pada keduanya, lantaran mereka takut atau turut pada
kemauan Abu Bakar dan 'Umar. Maka mereka pun mengingkari
hadits-hadits wasiat. Diantara mereka adalah 'A'isyah Ummul
Mu'minin. Menurut pandangan al-Musawi dan kaumnya, mereka
semua telah keluar dari ummat Islam. Adapun orang-orang yang
mengakui adanya hadits-hadits wasiat, maka hanya merekalah
yang mempunyai keberanian untuk mengungkap fakta kepada
'A'isyah dengan mengajukan pertanyaan yang menyinggung
perasaannya, dan yang tentunya juga bertentangan dengan
politik penguasa masa itu; demikian menurut keterangan
al-Musawi. Mereka itulah ummat Islam dalam pandangannya.
Tetapi dia tidak menyebutkan nama-nama sahabat dan tabi'in
yang meriwayatkan hadits-hadits wasiat itu.
Sesungguhnya 'bingung' (al-Irtibak) adalah suatu ungkapan
atau perkataan untuk kondisi yang datang atas manusia secara
mendadak (tidak wajar), ketika ia sedang kaget karena ada
sesuatu yang tidak dapat dihadapinya, baik karena bodoh,
takut dan lain sebagainya. Sifat seperti ini dinisbatkan
al-Musawi kepada 'A'isyah. Ia berkata: "Karena itulah,
'A'isyah menjadi bingung dan terkejut ketika mendengar
ucapan-ucapan mereka, yang dapat kita ketahui jawabannya
yang begitu lemah dan rapuh". Saya tidak tahu dari mana
al-Musawi menyimpulkan 'kebingungan' 'A'isyah ini? Dan siapa
sahabat-sahabat yang menceritakan kepada 'A'isyah mengenai
hadits-hadits wasiat itu?
Kenyataan yang sebenarnya adalah bahwa kaum Syi'ah
menuturkan hadits-hadits palsu mengenai wasiat Nabi kepada
'Ali. Lalu 'A'isyah menolaknya, karena ia tahu kebohongan
hadits-hadits itu, mengingat bahwa Nabi sakit di rumah
'A'isyah, lalu beliau meninggal di pangkuannya. Dan beliau
tidak mendengar adanya wasiat nabi kepada seorangpun. Apakah
dalam hal ini 'A'isyah bingung? Semoga Allah memerangi hawa
nafsu, betapa ia telah membuat buta pemiliknya, dan
menjerumuskannya ke jurang kehancuran! Coba anda renungkan
ini!
|