|
Sanggahan terhadap Dialog 62
Sesungguhnya ke 40 hadits yang dikemukakan al-Musawi itu,
semuanya adalah hadits dha'if dan maudhu' berdasarkan
kesepakatan para ahli hadits. Hadits-hadits tersebut adalah
sebagian dari apa yang dibuat oleh Kaum Rafidhah sendiri
untuk menguatkan madzhab mereka. Bukti-bukti yang menunjuk
pada hal itu dapat dilihat dari beberapa segi:
- Hadits-hadits tersebut tidak memiliki sanad yang
sahih. Kami menuntut para pengikut al-Musawi untuk
membuktikan kesahihan sanad hadits-hadits tersebut, sebab
mereka adalah orang-orang yang sangat tidak mengerti
tentang isnad, bahkan sebodoh-bodohnya manusia dalam
masalah ini.
- Hadits-hadits tersebut tidak dikenal oleh para ahli
hadits. Mereka tidak meriwayatkannya dalam kitab-kitab
mereka, baik kitab-kitab Sahih, Sunan maupun Musnad.
- Hadits-hadits itu bersumber dari seorang pendusta
yang oleh al-Musawi dipandang sebagai orang yang jujur,
lantaran dia masih seakidah dan semadzhab dengannya.
Al-Qummi (Muhammad ibn 'Ali ibn Husain ibn Musa ibn
Babuwaih) adalah salah seorang pemuka kaum Rafidhah yang
para ahli telah sepakat untuk menolak riwayat mereka. Sebab
mereka adalah pembuat bid'ah yang mengkafirkan pelakunya.
Mereka juga menghalalkan dusta untuk memperkuat madzhab
mereka. Sebagaimana telah kami kemukakan pada bagian pertama
buku ini. Lalu, bagaimana hadits-hadits itu bisa diterima,
sedangkan mereka berasal dari riwayatnya.
Al-Qummi ini, termasuk keturunan kaum Rafidhah yang
berada di Qumm (Iran). Mereka itulah yang memberi gelar
kepada Abu Lulu' si orang Majusi --pembunuh 'Umar ibn
al-Khaththab-- dengan gelar Baba Syuja' ad-Din. Mereka
membuat hari raya untuknya yang diberi nama 'Id Baba Syuja'
ad-Din. Hari raya itu adalah tanggal 7 Rabi'ul Awwal. Adapun
orang pertama yang menyebut hari itu sebagai hari raya
adalah Muhammad ibn Ishak ibn 'Abdullah ibn Sa'ad al-Qummi
al-Akhwash, pemuka masyarakat Syi'ah Qummi. Hari itu disebut
Yaum al-Akbar, Yaum al-Mufakhirah (Hari Kebanggaan), Yaum
at-Tabjiil (Hari Gembira), Yaum az-Zakatu al-'Udzina (Hari
Zakat Agung), Yaum al-Barakah (Hari Keberkahan), dan Yaum
at-Tasliyah (Hari Penghiburan), (Muhhtashar at-Tuhfah, hal.
908-209).
Al-Qummi ini masih termasuk anak cucu asy-Syarif al-Qummi
yang memihak pasukan Tartar dan membantu mereka ketika
menyerbu dunia Islam. (Al-Bidayah wa an-Nihayah, 14/9).
|