Sanggahan terhadap Dialog 52
Al-Musawi telah dusta ketika ia mengatakan bahwa kaum
Rafidhah meyakini keutamaan-keutamaan orang-orang terdahulu
dari kaum Muhajirin dan Anshar secara keseluruhan. Sebab
secara umum mereka mengkafirkan para sahabat, kecuali
sebagian kecil dari mereka sebagaimana dikemukakan dalam
kitab al-Kafi karya al-Kulaini. Kitab itu menurut mereka
adalah kitab yang sangat andal, tidak ada kebathilan yang
bisa mendatanginya, baik dari depan maupun dari belakang.
Bahkan kaum Rafidhah menyebut ummat Muhammad sebagai
al-Ummah al-Mal'unah, ummat yang terkutuk, lantaran mereka
menentang nash-nash yang qath'i mengenai keimaman 'Ali
menurut pandangan mereka.
Diantara pemuka para sahabat yang mereka kafirkan adalah
Abu Bakar dan 'Umar. Di dalam bukunya al-Kafi, al-Kulaini
membuat hadits palsu sebagai berikut: "Tiga orang di mana
Allah tidak akan memandang dan berbicara kepada mereka, dan
mereka akan mendapat siksaan yang pedih, yaitu: Orang yang
merampas imamah yang bukan haknya. Kedua, orang yang
membai'at seorang imam yang tidak ditentukan oleh Allah. Dan
ketiga, orang yang menganggap Abu Bakar dan 'Umar sebagai
orang yang masih memiliki nilai-nilai keislaman."
Karena itu mereka lebih mengutamakan laknat kepada Abu
Bakar dan 'Umar serta sahabat-sahabat yang lain daripada
berdzikir kepada Allah dan ibadah-ibadah yang lain. Dalam
kitab-kitab mereka ditetapkan bahwa mengutuk Abu Bakar dan
'Umar --pagi dan sore-- dapat mendatangkan 70 kebaikan. Di
kalangan kaum Syi'ah terdapat sebuah kitab yang berjudul
Miftah al-Jinan. Kitab ini serupa dengan kitab Dala'il
al-Khairat di kalangan kaum Sunni. Di dalam kitab tersebut
terdapat banyak doa, diantaranya adalah doa yang mereka beri
judul Shanamay Quraisyin' (Doa dua berhala Quraisy), yang
mereka maksud dengan sebutan itu adalah dua Khalifah Rasul,
yaitu Abu Bakar dan 'Umar. Mereka menganggap doa itu berasal
dari 'Ali ibn Abi Thalib. Permulaan doa itu berbunyi
demikian: "Semoga shalawat atas Nabi Muhammad dan
keluarganya, dan laknat atas kedua berhala kaum Quraisy,
jibt mereka, Thaghut, dan kedustan mereka serta kedua putri
mereka
" (Mukhtashar at-Tuhfah al-Itsna al-Asy'ariyah
karya ad-Dihlawi, hal. 275).
Ad-Dihlawi dalam Mukhtasharnya juga mengemukakan
perkataan-perkataan mereka, misalnya: "Sesungguhnya Abu
Bakar, 'Umar dan 'Utsman adalah orang-orang munafik". Dan
kata mereka lagi: Sesungguhnya ayat-ayat yang berkenaan
dengan sanjungan terhadap kaum Muhajirin dan Anshar dan
'A'isyah, adalah tergolong ayat mutasyabihat, tidak ada yang
mengerti takwilnya selain Allah SWT.
Mereka juga mengatakan: "Sesungguhnya kaum Sunni lebih
buruk dari orang-orang Yahudi dan Nasrani". Ini diucapkan
oleh Ibn al-Mu'allim, yang mereka sebut Syeikh al-Mufid. Ia
adalah Muhammad ibn Muhammad ibn Nu'man, Guru dan Pemimpin
guru-guru Kaum Rafidhah. Ad-Dihlawi juga mengemukakan
pendapat mereka bahwa orang Sunni lebih najis daripada
Yahudi dan Nasara, sehingga kalau tersentuh sedikit saja
oleh mereka, kaum Rafidhah membasuhnya. Sementara air yang
terkena kotoran manusia tidak najis hukumnya. menurut
pandangan mereka. Ibn al-Muthahhar al-Hilli mengemukakannya
dalam bukunya al-Muntaha: "Sesungguhnya kesucian air istinja
dan bolehnya dipakai sekali lagi merupakan kesepakatan semua
firqah."
Termasuk salah satu fanatisme mereka adalah pendapat
mereka bahwa memulai suatu pekerjaan dengan mengutuk Abu
Bakar dan 'Umar alih-alih membaca basmalah adalah lebih baik
dan lebih disukai Allah. Mereka juga mengatakan: Setiap
makanan yang dibacakan atasnya kutukan terhadap Abu Bakar
dan 'Umar sebanyak 70 kali, akan bertambah berkah.
Dari keterangan di atas, bagaimana dapat dibenarkan
perkataan al-Musawi bahwa ia meyakini keutamaan-keutamaan
kaum Muhajirin dan Anshar? Perkataan itu hanyalah dusta
belaka, yang mereka perbolehkan atas nama taqiyah.
Kaum Sunni berpendapat: Sesungguhnya soal imamah tidak
ditetapkan kepada salah seorang sahabat berdasarkan nash.
Bahkan tak ada satu hadits pun yang bisa dijadikan nash
dalam soal khilafah setelah Nabi. Hanya saja dalam Sunnah
terdapat banyak hadits mengenai keutamaan para sahabat.
Diantara mereka yang paling dominan adalah al-Khulafa'
ar-Rasyidin yang empat.
Kaum Sunni tidak mengalihkan hadits-hadits ini dari makna
yang ditunjuknya. Mereka juga tidak mengeluarkannya dari
makna yang dikandungnya. Mereka tidak memberi hadits-hadits
itu arti yang lain, walaupun kata-kata dalam sebagian hadits
yang berkenaan dengan keutamaan Abu Bakar mengisyaratkan
akan kekhalifahannya setelah Nabi, langsung tanpa ada
pemisah. Maka mereka menjadi tenang dan senang dengan
hadits-hadits itu ketika mereka menyepakati untuk membai'at
Abu Bakar. Hanya saja mereka tidak memandang hadits-hadits
itu sebagai nash yang qath'i dalam hal ini.
Di lain pihak, kaum Rafidhah menjadikan hadits-hadits
yang berkenaan dengan keutamaan 'Ali sebagai nash yang
qath'i bahwa 'Ali adalah khalifah dan Imam setelah Nabi,
langsung tanpa ada pemisah. Mereka menvonis murtad Abu Bakar
dan 'Umar karena merampas khilafah dari orang yang berhak
memilikinya, dengan menentang nash-nash mutawatir yang pasti
dan tsubut, menurut anggapan mereka. Kaum Syi'ah Rafidhah
tidak merasa cukup dengan hadits-hadits yang mapan berkenaan
dengan keutamaan 'Ali, sehingga mereka perlu berdusta dan
membuat hadits-hadits palsu untuk menetapkan kesahihan
anggapan mereka. Karenanya, mereka sesat dan
menyesatkan.
Sesungguhnya hadits-hadits yang sahih mengenai
keutamaan-keutamaan para sahabat itu tak lebih hanya
menunjukkan keutamaan orang yang bersangkutan. Hadits-hadits
itu, tidak dapat dijadikan dalil atas keimaman dan
kekhalifahan orang yang bersangkutan. Sebab itu akan
memastikan adanya banyak imam dan khalifah setelah Nabi,
lantaran banyaknya orang yang disebut dalam hadits-hadits
yang menyaksikan atas kebaikan mereka.
Jika dikatakan: Hadits-hadits yang berkenaan dengan
keutamaan 'Ali saja, bukan lainnya, yang dapat dijadikan
nash imamah dan khilafah, maka itu adalah pandangan yang
gegabah, dan sewenang-wenang, yang tak punya dasar sama
sekali. Bagaimana anda dapat menjadikan hadits-hadits itu
nash dalam soal ini, sementara anda menentang kaum Sunni
yang hanya sekedar memahami bahwa hadits-hadits yang
berkenaan dengan keutamaan Abu Bakar itu mengisyaratkan
kekhalifahannya?
|