Sunni yang Sunni
Tinjauan Dialog Sunnah-Syi'ah-nya al-Musawi

Mahmud az-Za'by

Sanggahan terhadap Dialog 52

Al-Musawi telah dusta ketika ia mengatakan bahwa kaum Rafidhah meyakini keutamaan-keutamaan orang-orang terdahulu dari kaum Muhajirin dan Anshar secara keseluruhan. Sebab secara umum mereka mengkafirkan para sahabat, kecuali sebagian kecil dari mereka sebagaimana dikemukakan dalam kitab al-Kafi karya al-Kulaini. Kitab itu menurut mereka adalah kitab yang sangat andal, tidak ada kebathilan yang bisa mendatanginya, baik dari depan maupun dari belakang. Bahkan kaum Rafidhah menyebut ummat Muhammad sebagai al-Ummah al-Mal'unah, ummat yang terkutuk, lantaran mereka menentang nash-nash yang qath'i mengenai keimaman 'Ali menurut pandangan mereka.

Diantara pemuka para sahabat yang mereka kafirkan adalah Abu Bakar dan 'Umar. Di dalam bukunya al-Kafi, al-Kulaini membuat hadits palsu sebagai berikut: "Tiga orang di mana Allah tidak akan memandang dan berbicara kepada mereka, dan mereka akan mendapat siksaan yang pedih, yaitu: Orang yang merampas imamah yang bukan haknya. Kedua, orang yang membai'at seorang imam yang tidak ditentukan oleh Allah. Dan ketiga, orang yang menganggap Abu Bakar dan 'Umar sebagai orang yang masih memiliki nilai-nilai keislaman."

Karena itu mereka lebih mengutamakan laknat kepada Abu Bakar dan 'Umar serta sahabat-sahabat yang lain daripada berdzikir kepada Allah dan ibadah-ibadah yang lain. Dalam kitab-kitab mereka ditetapkan bahwa mengutuk Abu Bakar dan 'Umar --pagi dan sore-- dapat mendatangkan 70 kebaikan. Di kalangan kaum Syi'ah terdapat sebuah kitab yang berjudul Miftah al-Jinan. Kitab ini serupa dengan kitab Dala'il al-Khairat di kalangan kaum Sunni. Di dalam kitab tersebut terdapat banyak doa, diantaranya adalah doa yang mereka beri judul Shanamay Quraisyin' (Doa dua berhala Quraisy), yang mereka maksud dengan sebutan itu adalah dua Khalifah Rasul, yaitu Abu Bakar dan 'Umar. Mereka menganggap doa itu berasal dari 'Ali ibn Abi Thalib. Permulaan doa itu berbunyi demikian: "Semoga shalawat atas Nabi Muhammad dan keluarganya, dan laknat atas kedua berhala kaum Quraisy, jibt mereka, Thaghut, dan kedustan mereka serta kedua putri mereka…" (Mukhtashar at-Tuhfah al-Itsna al-Asy'ariyah karya ad-Dihlawi, hal. 275).

Ad-Dihlawi dalam Mukhtasharnya juga mengemukakan perkataan-perkataan mereka, misalnya: "Sesungguhnya Abu Bakar, 'Umar dan 'Utsman adalah orang-orang munafik". Dan kata mereka lagi: Sesungguhnya ayat-ayat yang berkenaan dengan sanjungan terhadap kaum Muhajirin dan Anshar dan 'A'isyah, adalah tergolong ayat mutasyabihat, tidak ada yang mengerti takwilnya selain Allah SWT.

Mereka juga mengatakan: "Sesungguhnya kaum Sunni lebih buruk dari orang-orang Yahudi dan Nasrani". Ini diucapkan oleh Ibn al-Mu'allim, yang mereka sebut Syeikh al-Mufid. Ia adalah Muhammad ibn Muhammad ibn Nu'man, Guru dan Pemimpin guru-guru Kaum Rafidhah. Ad-Dihlawi juga mengemukakan pendapat mereka bahwa orang Sunni lebih najis daripada Yahudi dan Nasara, sehingga kalau tersentuh sedikit saja oleh mereka, kaum Rafidhah membasuhnya. Sementara air yang terkena kotoran manusia tidak najis hukumnya. menurut pandangan mereka. Ibn al-Muthahhar al-Hilli mengemukakannya dalam bukunya al-Muntaha: "Sesungguhnya kesucian air istinja dan bolehnya dipakai sekali lagi merupakan kesepakatan semua firqah."

Termasuk salah satu fanatisme mereka adalah pendapat mereka bahwa memulai suatu pekerjaan dengan mengutuk Abu Bakar dan 'Umar alih-alih membaca basmalah adalah lebih baik dan lebih disukai Allah. Mereka juga mengatakan: Setiap makanan yang dibacakan atasnya kutukan terhadap Abu Bakar dan 'Umar sebanyak 70 kali, akan bertambah berkah.

Dari keterangan di atas, bagaimana dapat dibenarkan perkataan al-Musawi bahwa ia meyakini keutamaan-keutamaan kaum Muhajirin dan Anshar? Perkataan itu hanyalah dusta belaka, yang mereka perbolehkan atas nama taqiyah.

Kaum Sunni berpendapat: Sesungguhnya soal imamah tidak ditetapkan kepada salah seorang sahabat berdasarkan nash. Bahkan tak ada satu hadits pun yang bisa dijadikan nash dalam soal khilafah setelah Nabi. Hanya saja dalam Sunnah terdapat banyak hadits mengenai keutamaan para sahabat. Diantara mereka yang paling dominan adalah al-Khulafa' ar-Rasyidin yang empat.

Kaum Sunni tidak mengalihkan hadits-hadits ini dari makna yang ditunjuknya. Mereka juga tidak mengeluarkannya dari makna yang dikandungnya. Mereka tidak memberi hadits-hadits itu arti yang lain, walaupun kata-kata dalam sebagian hadits yang berkenaan dengan keutamaan Abu Bakar mengisyaratkan akan kekhalifahannya setelah Nabi, langsung tanpa ada pemisah. Maka mereka menjadi tenang dan senang dengan hadits-hadits itu ketika mereka menyepakati untuk membai'at Abu Bakar. Hanya saja mereka tidak memandang hadits-hadits itu sebagai nash yang qath'i dalam hal ini.

Di lain pihak, kaum Rafidhah menjadikan hadits-hadits yang berkenaan dengan keutamaan 'Ali sebagai nash yang qath'i bahwa 'Ali adalah khalifah dan Imam setelah Nabi, langsung tanpa ada pemisah. Mereka menvonis murtad Abu Bakar dan 'Umar karena merampas khilafah dari orang yang berhak memilikinya, dengan menentang nash-nash mutawatir yang pasti dan tsubut, menurut anggapan mereka. Kaum Syi'ah Rafidhah tidak merasa cukup dengan hadits-hadits yang mapan berkenaan dengan keutamaan 'Ali, sehingga mereka perlu berdusta dan membuat hadits-hadits palsu untuk menetapkan kesahihan anggapan mereka. Karenanya, mereka sesat dan menyesatkan.

Sesungguhnya hadits-hadits yang sahih mengenai keutamaan-keutamaan para sahabat itu tak lebih hanya menunjukkan keutamaan orang yang bersangkutan. Hadits-hadits itu, tidak dapat dijadikan dalil atas keimaman dan kekhalifahan orang yang bersangkutan. Sebab itu akan memastikan adanya banyak imam dan khalifah setelah Nabi, lantaran banyaknya orang yang disebut dalam hadits-hadits yang menyaksikan atas kebaikan mereka.

Jika dikatakan: Hadits-hadits yang berkenaan dengan keutamaan 'Ali saja, bukan lainnya, yang dapat dijadikan nash imamah dan khilafah, maka itu adalah pandangan yang gegabah, dan sewenang-wenang, yang tak punya dasar sama sekali. Bagaimana anda dapat menjadikan hadits-hadits itu nash dalam soal ini, sementara anda menentang kaum Sunni yang hanya sekedar memahami bahwa hadits-hadits yang berkenaan dengan keutamaan Abu Bakar itu mengisyaratkan kekhalifahannya?


Sunni yang Sunni -- Tinjauan Dialog Sunnah-Syi'ahnya al-Musawi oleh Mahmud az-Zaby
Diterjemahkan dari Al-Bayyinat, fi ar-Radd' ala Abatil al-Muraja'at
karangan Mahmud az-Za'bi, (t.p), (t.t). © Mahmud az-Za'bi.
Penerjemah: Ahmadi Thaha dan Ilyas Ismail
Penyunting: Ahsin Mohammad
Diterbitkan oleh Penerbit PUSTAKA
Jalan Ganesha 7, Tilp. 84186
Bandung, 40132
Cetakan I : 1410H-1989M

Indeks artikel kelompok ini | Disclaimer
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Dirancang oleh MEDIA, 1997-2001.
Hak cipta © dicadangkan.