Sanggahan terhadap Dialog 49
Dalam dialog ini al-Musawi mengemukakan sejumlah hadits
melalui lisan Syeikh al-Bisyri, yang semuanya merupakan
hadits-hadits yang tidak berdasar sama sekali. Saya tidak
yakin kalau Syeikh tidak mengetahui keadaan hadits-hadits
itu, sehingga beliau berkenan mengemukakannya, tanpa
beristidhal dengan hadits yang ada dalam kitab-kitab sahih
mengenai keutamaan 'Ali. Akan tetapi al-Musawi, seperti
orang Rafidhah lainnya, tidaklah malu berbuat dusta. Maka
saya yakin bahwa al-Musawilah sesungguhnya yang mengemukakan
hadits-hadits itu dengan mencatut nama Syeikh al-Bisyri. Ini
terlihat jelas dalam dialog-dialog yang ia kemukakan atas
nama Syeikh tersebut. Orang yang mengerti sedikit saja
mengenai bahasa Arab dan gaya bahasanya, pasti akan
mengetahui hal ini.
1. Mengenai perkataan Ahmad ibn Hambal: "Tidak ada
berita-berita mengenai keutamaan seseorang yang lebih banyak
dari keutamaan 'Ali ibn Abi Thalib."
Sesungguhnya menyandarkan perkataan itu kepada Ahmad,
tidaklah benar sama sekali. Ibn Taimiyah berkata:Ahmad ibn
Hambal tidak akan mengatakan, perkataan itu. Beliau jauh
dari kemungkinan mengucapkan dusta seperti itu. Hanya
diriwayatkan dari Ahmad bahwa ia berkata: "Diriwayatkan
mengenai 'Ali sesuatu yang tidak diriwayatkan mengenai orang
lain." Sungguhpun demikian ucapan Ahmad ini masih bisa
diperdebatkan.
Di sini terdapat perbedaan antara riwayat yang
dikemukakan al-Musawi dengan riwayat yang dikemukakan Ibn
Taimiyah dari Ahmad. Orang yang tahu sedikit saja tentang
bahasa, pasti akan menangkap perbedaan ini. Perkataan
al-Musawi berarti bahwa Imam Ahmad mengakui bahwa 'Ali
memiliki banyak keutamaan yang diberitakan melalui berbagai
riwayat dan yang melebihi keutamaan Abu Bakar, dan 'Umar.
Sedang Ahmad terlalu jauh untuk berkata demikian.
Adapun riwayat Ibn Taimiyah berarti bahwa buku-buku yang
memuat riwayat-riwayat keutamaan 'Ali lebih banyak jumlahnya
daripada riwayat-riwayat mengenai keutamaan orang selain
'Ali. Namun buku-buku al-Fudhail tersebut penuh sesak dengan
hadits-hadits palsu dan dha'if, sebagaimana diakui oleh para
ahli. Jadi hadits-hadits palsu yang menerangkan keutamaan
'Ali jauh lebih banyak dari hadits-hadits yang menerangkan
keutamaan orang selain 'Ali. Sebab hadits-hadits yang
pertama adalah produk kaum Syi'ah yang menghalalkan dusta
untuk menguatkan madzhab mereka. Sehingga walaupun ada
kedustaan pada kelompok lain, namun dusta pada kelompok
mereka lebih dominan. Sedang kejujuran pada mereka lebih
sedikit.
Tidak adanya komentar adz-Dzahabi dalam Talkhisnya
mengenai riwayat ini, tidaklah dapat dijadikan dalil akan
kesahihannya. Berdiam diri dalam soal ini, tidak dapat
dipandang sebagai suatu dalil. Ia harus dipahami sebagai
tawaqquf (tidak menetapkan suatu hukum atau keputusan)
lantaran tidak adanya pengetahuan yang memadai mengenai
riwayat tersebut. Wallahu a'lam.
Mengenai perkataan Ibn 'Abbas: Tidak diturunkan --dalam
Kitab Allah-- ayat-ayat mengenai seorang, sebanyak yang
telah diturunkan mengenai 'Ali. Dan katanya lagi: Telah
diturunkan berkenaan dengan 'Ali, tiga ratus ayat, dalam
Kitab Allah. Riwayat ini dikemukakan oleh Ibn 'Asakir.
Disandarkannya hadits ini kepadanya sudah menunjukkan
kedha'ifannya. Demikian pula perkataan Ibn 'Abbas: "Allah
tidak pernah menurunkan ayat ya ayyuhal-ladzina amanu,
kecuali 'Ali sebagai pemimpin dan yang paling mulia diantara
mereka" adalah hadits dha'if.
Orang yang dituduh sumber kedha'ifan hadits ini adalah
Salam dan Jubair, keduanya adalah matruk. Demikian pula
adh-Dhahhak, ia dha'if, seperti dikemukakan asy-Syaukani
dalam al-Fawa'id al-Majmu'ah.
Mengemukakan biografi Salam dalam kitab Al-Mizan,
adz-Dzahabi berkata: "Menurut Abu Hatim, ia tidak kuat, dan
menurut Ibn 'Adi, haditsnya mungkar." Kemudian adz-Dzahabi
menyebutkan delapan belas hadits. Ibn al-'Aqili berkata: Di
dalam haditsnya banyak terdapat hal-hal yang mungkar."
Mengenai perkataan Ibn 'Abbas: "Telah diturunkan
berkenaan dengan 'Ali sebanyak 300 ayat", Ibn al-Jauzi
memandangnya maudhu'. Adapun ucapan yang disandarkan
al-Musawi kepada Ahmad, Nasa'i dan an-Naisaburi, adalah
ucapan-ucapan yang tidak sahih. Sebelumnya sudah dikemukakan
bahwa Ahmad terlalu jauh untuk berkata demikian.
Kaum Sunni menetapkan keutamaan-keutamaan 'Ali dengan
hadits-hadits sahih. Hadits-hadits itu sudah cukup
menunjukkan keutamaan 'Ali, dan keagungannya, tak perlu
ditambah dengan dusta dan membuat-buat hadits mengenai
keutamaannya, baik melalui lidah Rasul, 'Ali, maupun lidah
orang lain, dari para sahabat, tabi'in dan para ahli ilmu
hadits.
Di dalam Talkhish al-Maudhu'at, adz-Dzahabi berkata: Tak
ada hadits-hadits yang diriwayatkan mengenai keutamaan
seorang sahabat sebanyak yang diriwayatkan mengenai 'Ali ibn
Abi Thalib. Dan riwayat-riwayat itu terbagi dalam tiga
bagian: sahih dan hasan, dan dha'if. Bagian kedua ini sangat
banyak. Bagian ketiga adalah maudhu', dan ini yang paling
banyak. Bahkan barangkali sebagian darinya sesat dan zindik.
.
Dalam kitab Tanzih asy-Syari'ah karya adz-Dzahabi,
dikutip pendapat al-Khalili dalam al-Irsyad sebagai berikut:
"Sebagian huffadz berkata: Kuperhatikan hadits-hadits
maudhu' yang dibuat penduduk Kufah mengenai keutamaan 'Ali
dan keluarganya. Jumlahnya 300 ribu lebih."
|