Sunni yang Sunni
Tinjauan Dialog Sunnah-Syi'ah-nya al-Musawi

Mahmud az-Za'by

Sanggahan terhadap Dialog 17

Tidak ada perselisihan pendapat di kalangan Ahlus Sunnah dalam menerima riwayat orang Syi'ah. Hanya saja mereka menetapkan syarat-syarat yang mesti dipenuhi untuk itu. Jika syarat-syarat itu tidak terpenuhi, maka riwayat itu ditolak. Syarat-syarat itu antara lain sebagai berikut:

  1. Perawinya bukan orang Rafidhah (yang mengecam para sahabat atau meremehkan Abu Bakar dan 'Umar).
  2. Perawinya tidak mempromosikan ajaran bid'ahnya.
  3. Perawinya tidak menghalalkan dusta untuk mendukung madzhabnya.

Itulah pendapat para ahli hadits dari kalangan Ahlus Sunnah, dan metoda mereka yang baku. Ini tentunya dipahami betul oleh Syeikh al-Bisyri. Karena itu, bagaimana mungkin jika dia --dalam mengomentari al-Musawi-- mengeluarkan pernyataannya berikut ini: "Tidak ada halangan bagi orang Sunni untuk berhujjah dengan riwayat saudaranya yang Syi'ah manakala riwayat itu sahih." Di sini seakan-akan Syeikh al-Bisyri tidak tahu apa-apa, kecuali setelah mendengar penjelasan dari al-Musawi. Tidakkah ini suatu penghinaan terhadap kapasitas keilmuan al-Bisyri? Coba anda renungkan! Pasti perkataan ini bukan perkataan Syeikh al-Bisyri. Perkataan ini pasti buatan al-Musawi dan keluar dari mulutnya sendiri.

Sungguh mentakjubkan, bagaimana al-Musawi berdusta atas nama Syeikh al-Bisyri, dan bagaimana dia menggambarkan beliau sebagai orang bodoh yang tidak mengerti apa-apa mengenai metoda penerimaan riwayat yang berlaku di kalangan ulama Sunni, sedangkan beliau baru mengetahuinya, melalui dialog-dialog dengan al-Musawi. Al-Musawi telah menisbatkan kepada Syeikh al-Bisyri perkataan-perkataan dusta mengenai adanya perselisihan di kalangan Ahlus Sunnah dalam berhujjah dengan perawi Syi'ah, dan tiadanya persesuaian antara perkataan dengan tindakan mereka. Apakah mungkin pernyataan ini berasal dari seorang pakar agama seperti Syeikh al-Bisyri? Coba anda renungkan hal ini.

Tidakkah anda lihat, bagaimana al-Musawi menggambarkan Syeikh al-Bisyri, seolah-olah beliau adalah seekor anak domba di hadapan serigala yang siap menerkam. Beliau tidak dapat berbuat apa-apa kecuali pasrah dan tunduk pada semua perkataan al-Musawi.

Perkataan dusta al-Musawi yang mengatas-namakan Syeikh al Bisyri menunjukkan bahwa dia berlebih-lebihan dalam tasyayyu', dan dialog-dialognya dengan beliau semakin menambah sikapnya yang berlebih-lebihan itu.

Kaum Muslimin (ahlal-qiblah) mempunyai satu agama dan merupakan satu ummat. Dasar keyakinan mereka sama. Barangsiapa berbeda paham dengan mereka, maka dia tidak termasuk golongan mereka. Dan sudah berkali-kali saya kemukakan bahwa kaum Rafidhah memiliki dasar-dasar keyakinan yang sama sekali berbeda dengan Ahlus Sunnah.

Menurut mereka, al-Qur'an tidak otentik (mengandung perubahan), sedangkan sunnah adalah apa yang datang dari Ahlul Bait atau salah seorang imam yang ma'shum. Para sahabat mereka pandang kafir, kecuali segelintir orang saja dari mereka. Keyakinan akan kema'shuman para imam mereka anggap sebagai salah satu rukun iman. Maka bagaimana mereka dapat dipandang tergolong kaum Muslimin?

Tidak ada perbedaan prinsipil antara madzhab Ahlul Bait dengan Ahlus Sunnah. Imam 'Ali dan kedua putranya, Hasan dan Husain tidak berselisih dalam soal pokok agama dengan Abu Bakar dan 'Umar. Andaikata ada perbedaan, tentu Imam 'Ali akan menerangkan dan mengemukakannya. Juga tidak ada riwayat masyhur dan Nabi yang mengutamakan 'Ali atas Abu Bakar dan 'Umar.

Tidakkah anda lihat bagaimana al-Musawi meremehkan kedua pengganti Rasulullah, Abu Bakar dan 'Umar. Ia mengecam kekhalifahan mereka; menuduh mereka berbuat zalim dan menyimpang dari kebenaran dengan merampas kursi kekhalifahan dari 'Ali ra. Mereka dituduh melanggar nash yang menetapkan kekhalifahan 'Ali.

Sesungguhnya madzhab Asy'ariyah bukanlah tolok ukur yang memadai untuk menimbang segala sesuatu. Ia tidak dapat dijadikan ukuran untuk mengetahui yang benar dari yang salah dan yang baik dari yang buruk.

Akan tetapi tolok ukur yang paling valid adalah apa yang dikatakan Nabi:

"Aku tinggalkan untukmu sesuatu yang jika engkau berpegang kepadanya, kamu tidak akan tersesat. Ia adalah Kitab Allah dan Sunnahku".

Adapun imam yang empat kesemuanya tergolong Ahlus Sunnah.


Sunni yang Sunni -- Tinjauan Dialog Sunnah-Syi'ahnya al-Musawi oleh Mahmud az-Zaby
Diterjemahkan dari Al-Bayyinat, fi ar-Radd' ala Abatil al-Muraja'at
karangan Mahmud az-Za'bi, (t.p), (t.t). © Mahmud az-Za'bi.
Penerjemah: Ahmadi Thaha dan Ilyas Ismail
Penyunting: Ahsin Mohammad
Diterbitkan oleh Penerbit PUSTAKA
Jalan Ganesha 7, Tilp. 84186
Bandung, 40132
Cetakan I : 1410H-1989M

Indeks artikel kelompok ini | Disclaimer
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Dirancang oleh MEDIA, 1997-2001.
Hak cipta © dicadangkan.