Sunni yang Sunni
Tinjauan Dialog Sunnah-Syi'ah-nya al-Musawi

Mahmud az-Za'by

MUKADDIMAH II

Segala puji bagi Allah seru sekalian alam. Kita mohon pertolongan dan ampun kepada-Nya. Kami berlindung dari segala keburukan kami dan keburukan perbuatan kami. Barangsiapa mendapat petunjuk Allah, maka tak seorang pun yang akan dapat menyesatkannya. Dan barangsiapa disesatkan Allah, tak seorang pun yang akan dapat memberi petunjuk kepadanya. Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah hamba Allah dan Rasul-Nya.

Hai orang-orang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (QS, Ali 'Imran, 3:102)

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan daripadanya Tuhan menciptakan istrinya; dan daripada keduanya memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan peliharalah hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu (QS,.an-Nisa', 4:1)

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amal-amalmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar. (QS, al-Ahzab, 33:71).

Allah telah mengutus Nabi Muhammad sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan pengajak pada kebenaran dengan seizin Allah. Kemudian orang-orang yang mendapat petunjuk kebenaran menerima ajakan dan seruan Muhammad saw, yaitu angkatan pertama Islam (as-sabiqun al-awwalun), seperti Abu Bakar, 'Umar, 'Utsman, 'Ali, Khadijah, Zaid ibn Haritsah, Ibn Mas'ud, Bilal dan lain-lain, baik laki-laki maupun perempuan.

Rasulullah saw terus menyebarkan dakwahnya, dan pengikut Islam pun bertambah, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Walaupun tantangan dan rintangan dari kafir musyrik datang silih berganti.

Kemudian Rasulullah mengajak orang-orang yang beriman dan membenarkan kenabiannya untuk hijrah ke Madinah. Di sini Rasulullah membangun pemerintahan Islam, yang kemudian meluas kekuasaannya sampai ke seluruh jazirah Arab. Kemudian meluas lagi ke daerah kekuasaan Romawi dan Persia. Hal ini mendatangkan kegembiraan bagi orang-orang yang baik di negeri yang terbebaskan, dan membebaskan mereka dari penyembahan kepada sesama manusia. Sebaliknya, kemenangan Islam ini merupakan ancaman bagi orang-orang jahat di negeri terkait. Ia bagaikan menjepit leher mereka, dan bagaikan racun yang mengalir di darah dan urat nadi mereka. Karena itu, mereka mendendam kebencian kepada sahabat-sahabat nabi dan para pengikut-pengikutnya yang berjuang membela kebenaran. Kebencian ini karena mereka berhasil memadamkan api Majusi untuk selama-lamanya dan memasukkan Iran ke bawah naungan pemerintah Islam. Mereka juga berhasil membangun Masjid al-Aqsha di atas reruntuhan Haykal (kuil Sulaiman) pada masa pemerintahan Abu Bakar, 'Umar dan 'Utsman.

Orang-orang Majusi dan Yahudi tidak dapat melupakan peristiwa ini. Karena itu mereka menyerang Islam dan kaum Muslimin dengan segala cara, sehingga mereka berhasil membunuh 'Umar ibn Khaththab ra melalui tangan Abi Lu'lu'. Orang-orang Syi'ah hingga kini bergembira-ria dengan kematian 'Umar, dan mereka menjadikan hari kematian 'Umar sebagai hari raya.

Setelah kematian 'Umar menyusul kematian 'Utsman ibn Affan yang didalangi oleh Yahudi dan Majusi. Namun kematian dua Khalifah ini tidak berpengaruh pada perjalanan dakwah Islam. Sebab tegaknya dakwah Islam tidak bergantung pada tokoh dan figur, melainkan pada dua pedoman yang terjaga otentisitasnya, yaitu al-Qur'an dan Sunnah.

Kaum Majusi dan Yahudi lalu menyadari bahwa Islam yang benar sebagaimana yang dibawa Muhammad tidak mungkin untuk diperangi secara terang-terangan, juga tidak ada jalan untuk melenyapkannya dengan membunuh tokoh-tokoh dan pemuka-pemuka Islam. Maka mereka mencari taktik lain untuk menghancurkan Islam. Mereka kemudian menampakkan diri sebagai Islam, dan menyelinap ke dalam barisan kaum Muslimin, dan membentuk kolone kelima.

Dengan siasat itu, mereka harus membuat kedok untuk bisa memerangi Islam dan kaum Muslimin dari dalam. Untuk itu mereka memilih figur 'Ali ibn Abi Thalib dan Ahlul Bait sebagai kedok untuk menutupi kejahatan dan perbuatan makar mereka. Adalah 'Abdullah ibn Saba', seorang Yahudi dan anak seorang Yahudi, yang pertama-tama melakukan tipu daya seperti itu, sebagaimana dikutip oleh al-Maqani dari al-Kasyi dalam buku Tanqih al-Maqal juz 2/184 sebagai berikut: "Para ahli menyebutkan bahwa 'Abdullah ibn Saba' adalah seorang. Yahudi ia masuk Islam dan mendukung 'Ali ibn Abi Thalib. Semasa masih Yahudi, ia menyebut-nyebut tentang Yusya' ibn Nun, penerima wasiat (al-washiy) Musa. Dan setelah memeluk Islam, ia melakukan hal yang serupa terhadap 'Ali. Ia adalah orang pertama yang menyebarkan pendapat mengenai keimaman 'Ali, dan menyatakan berlepas tangan dari musuh-musuhnya. (Yang dimaksud al-Kasyi dengan musuh-musuh 'Ali di sini ialah sahabat-sahabat 'Ali sendiri, yaitu sahabat-sahabat nabi).

Dari sinilah kemudian imamah menjadi rukun iman di kalangan kaum Rafidhah. Mereka mengkafirkan orang lain yang tidak berpaham demikian. Persoalan imamah ini menempati porsi yang cukup besar dalam akidah dan kitab-kitab mereka. Hal demikian terlihat jelas dalam buku Dialog Sunnah-Syi'ah karya al-Musawi. Ketika al-Musawi hendak menunjukkan kebenaran madzhabnya dan keunggulannya dibanding madzhab Ahlus Sunnah, ia hanya menulis dalam bukunya sebanyak 19 dialog yang memakan tempat 100 halaman. Tetapi ketika ia hendak menjelaskan keimaman dan kekhalifahan 'Ali ra pada pembahasan kedua dari bukunya, ia memperluas kupasannya dan menulis 73 dialog sepanjang 200 halaman.

Karena itu, sanggahan saya pada pembahasan kedua juga lebih panjang dibanding sanggahan pada pembahasan pertama. Hal demikian untuk mengimbangi perhatian al-Musawi dan panjangnya keterangan yang dikemukakannya pada pembahasannya yang kedua.

Metoda yang saya gunakan dalam memberikan sanggahan pada pembahasan kedua dengan sendirinya juga agak berbeda dengan metoda yang saya gunakan dalam pembahasan pertama. Dalam pembahasan kedua ini saya harus memberikan tanggapan tiap topik, baik topik tersebut terdapat dalam satu dialog ataupun lebih. Harap ini diketahui Allah adalah pemberi taufik dan hidayah ke jalan yang benar. Semoga shalawat dan salam dilimpahkan pada Nabi Muhammad saw, keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan semua orang yang mengikuti jejak mereka hingga akhir zaman. Dan penutup doa kami adalah alhamdu lillahi rabbil 'alamin.


Sunni yang Sunni -- Tinjauan Dialog Sunnah-Syi'ahnya al-Musawi oleh Mahmud az-Zaby
Diterjemahkan dari Al-Bayyinat, fi ar-Radd' ala Abatil al-Muraja'at
karangan Mahmud az-Za'bi, (t.p), (t.t). © Mahmud az-Za'bi.
Penerjemah: Ahmadi Thaha dan Ilyas Ismail
Penyunting: Ahsin Mohammad
Diterbitkan oleh Penerbit PUSTAKA
Jalan Ganesha 7, Tilp. 84186
Bandung, 40132
Cetakan I : 1410H-1989M

Indeks artikel kelompok ini | Disclaimer
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Dirancang oleh MEDIA, 1997-2001.
Hak cipta © dicadangkan.