|
7. SERATUS SAHABAT TERANGGAP SYI'AH SOROTAN ATAS
DIALOG KE-16
Saya telah menjelaskan makna tasyayyu' dan rafadh menurut
ulama hadits. Berdasar pengertian tersebut, nyatalah bahwa
keseratus perawi yang dikemukakan oleh penulis Dialog
Sunnah-Syi'ah itu bukanlah orang Rafidhah. Sebagian dari
mereka hanya bertasyayyu', tanpa mengajak orang lain
mengikuti pahamnya. Mereka dikenal bertakwa dan berkelakuan
baik. Karena itu tidak ada alasan keagamaan untuk menolak
riwayat dari mereka, kecuali jika ternyata mereka mengikuti
fanatisme dan hawa nafsu.
Kita akan segera mengetahui, bahwa tak seorang pun dari
keseratus perawi itu yang dapat disebut Rafidhah. Para ulama
terdahulu mustahil meriwayatkan hadits dari orang Rafidhah,
sebab itu bertentangan dengan ijma', yaitu kesepakatan para
ulama untuk menolak riwayat kaum Rafidhah, yang kafir
lantaran berbid'ah. Jika tidak kafir, tokh mereka pembid'ah
yang mempromosikan ajaran bid'ahnya, serta menghalalkan cara
berdusta untuk menguatkan pendapat dan madzhab mereka.
Ajaran ini mereka sebut taqiyyah. Ulama hadits bersepakat
untuk menolak riwayat para pembid'ah tersebut.
Al-Musawi, penulis Dialog, Sunnah-Syi'ah, telah
membeberkan akidah sesat, yang diambil dari akidah Rafidhah.
Al-Musawi memang keturunan pemuka kaum Rafidhah. la
memandang kaum Rafidhah sebagai perawi-perawi tsiqat,
termasuk kaum salaf yang salih. Padahal, kaum Rafidhah
memaki para sahabat, khususnya Abu Bakar dan 'Umar.
Adapun keseratus perawi yang dikemukakan al-Musawi,
penulis Dialog Sunnah-Syi'ah itu, adalah sebagai
berikut:
|