SUARA MERDEKA
3 Maret 2000
... deleted:
Dalam tanya jawab, seorang Polwan bernama Sertu Yuliani
Siregar menanyakan, apakah Polwan bisa jadi liason officer
di negara-negara yang ada TKW dari Indonesia. Ia juga minta
diberi kesempatan menjadi pengiring untuk ibadah haji agar
Polwan memperoleh wawasan tentang ibadah haji.
Menanggapi hal itu Gus Dur menjelaskan ada salah persepsi
sangat besar terhadap orang Arab Saudi karena banyak TKW
yang menjadi korban pemerkosaan di sana. Padahal tidak
seluruhnya demikian. Karena bangsa itu masih terikat kepada
hukum Islam kuno yang mempercayai adanya perbudakan.
"Jadi, seorang wanita yang bekerja di sana itu dianggap
budak, amah. Coba tanya semua orang Saudi, kenapa kamu kok
punya anak dengan wanita itu? La itu kan amah saya. Artinya
apa, kalau di negeri kita itu dulu zaman prabon, menjadi
semacam selir. Punya anak yang tidak resmi, tetapi anaknya
diakui," jelas Gus Dur.
"Wanita-wanita TKW yang punya anak itu kalau pulang punya
sawah, rumahnya bagus, ha...ha... Itu saya tidak ngebelain
suaminya orang Saudi. Tetapi itu suatu bukti, anggapan kita
dia memerkosa itu tidak benar," tuturnya.
Itulah sebabnya harus diadakan perundingan untuk
menyesuaikan dan memberikan pemahaman yang benar dari kedua
pihak. Keadaan sudah berubah dan tidak ada lagi perbudakan.
Presiden membenarkan peranan Polwan diperlukan dalam
menangani masalah-masalah seperti itu di luar negeri. Ia
bahkan sudah mengusulkan kepada Menaker agar meniru negara
lain. Pihak yang mendatangkan TKW harus menyerahkan 5.000
dolar di kedutaan yang bersangkutan untuk setiap TKW yang
dikirim. Dengan demikian jika terjadi sesuatu, TKW tersebut
bisa langsung datang ke kedutaan untuk segera dipulangkan
dengan dana tersebut.(A20-50k)
|