| |
|
Beberapa contoh mengenai hal itu: Sebagai misal dapat dikemukakan sebuah riwayat yang oleh Al- Kaliniy dikatakan berasal dari Jabir, yang menyatakan bahwa Abu Ja'far a.s. telah berkata sebagai berikut:
Setiap Muslim tahu benar, bahwa kalimat "Muhammad itu Rasul-Ku dan 'Ali itu Amirul Mu'minin" sama sekali bukan firman Allah Rabbul 'Alamin. (Lihat: QS. Al-Araf : 172). Kalimat tersebut jelas merupakan pemalsuan kaum Syi'ah terhadap firman Allah agar mereka dapat memantapkan keyakinan mereka yang lancung dan sesat. Al Kaliniy mengemukakan juga riwayat yang dikatakannya berasal dari Jabir yang menyatakan: " Jibril as. menurunkan kepada Muhammad saw. ayat sebagai berikut:
Al Kaliniy menampilkan juga riwayat dari Abu Bushair, dan dia berasal dari Abu 'Abdullah a.s., yang menyatakan bahwa versi asli dari ayat awal Surah Al-Ma'arij adalah sebagai berikut :
Al Kaliniy meriwayatkan dari Abu Hamzah bahwa Abu Ja'far a.s. pernah berkata sebagai berikut: "Jibril datang dengan ayat (QS. Al Furqan:50) seperti ini:
Selanjutnya ia juga berkata: "Jibril turun membawa ayat (QS Al Kahfi:29) seperti ini":
Riwayat dari Jabir mengatakan, bahwasanya Abu Ja'far a.s. berkata sebagai berikut :
Riwayat dari Munakhkhal mengatakan bahwa Abu 'Abdullah a.s. berkata sebagai berikut: "Jibril a.s. turun kepada Muhammad saw. membawa ayat seperti ini":
Riwayat dari Jabir juga mengatakan, bahwa Abu Ja'far a.s. berkata sebagai berikut: "Malaikat Jibril turun kepada Muhammad saw. menyampaikan ayat seperti ini":
'Ali bin Ibrahim Al-Qummiy dalam mukadimah kitab tafsirnya mengatakan, bahwa "Qur'an telah terkena pengubahan dan revisi." Selanjutnya ia menegaskan: "Mengenai soal yang tidak sejalan dengan apa yang telah diturunkan Allah, misalnya firman Allah : "Kalian telah menjadi ummat terbaik yang pernah ditampilkan bagi ummat manusia, karena kalian menyuruh orang berbuat baik, mencegah kemungkaran dan beriman kepada Allah". [QS. 'Ali Imron:110] Mengenai ayat itu Abu 'Abdullah a.s. berkata kepada orang yang membacanya : "Bagaimana disebut ummat terbaik, padahal menurut kenyataan mereka itu membunuh Amirul Mu'minin 'Ali dan anaknya, Al- Husein bi 'Ali?" Orang itu bertanya lagi : "Hai putera Rasul Allah, bagaimanakah sebenarnya ayat itu turun?" Abu 'Abdullah menjawab : "Ayat itu turun sebagai berikut":
Serangkaian dengan riwayat tersebut di atas, menurut Al-Qummiy, Abu 'Abdullah juga membacakan ayat: "Hai Rasul, sampaikanlah apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu mengenai 'Ali ." [Tafsir Al Qummy, Mukadimah, hal. 10, Jilid I, cet. Najf-Irak] (Yang dicetak miring pemalsuan terhadap ayat Al- Ma'idah:67). Al-Kasyiy dalam tafsirnya mengetengahkan sebuah riwayat yang dikutipnya dari Tafsir Al-'Ayasyi, bahwasannya Abu 'Abdullah a.s. pernah berkata: "Jika Al-Qur'an dibaca menurut sebagaimana yang diturunkan, kami tentu menemukan didalamnya nama-nama orang yang disebut." [Tafsir Ash Shafiy, Mukadimah, hal. 11, cet. Iran] Al-Kaliniy mengetengahkan sebuah riwayat berasal dari Al-Husein bin Mayyah yang mendengarnya dari orang lain, bahwa pada suatu hari ada seorang membaca ayat Al-Qur'an di depan Abu 'Abdullah sebagai berikut:
Saat itu Abu 'Abdullah menegur: "Bukan begitu (yakni: bukan kaum Mu'minin), yang benar ialah kaum ma'munun (yakni: orang-orang yang terpercaya) dan kami inilah kaum ma'munun!" [Al Kafiy, Kitab Al Hujjah, hal. 424, cet. Teheran; hal. 268, cet. India] (Perubahan dari Mu'minin menjadi ma'munun adalah pemalsuan terhadap ayat At- Taubah:105). Diriwayatkan juga oleh Abu Ja'far a.s. bahwa Jibril turun membawa ayat sebagai berikut:
Riwayat mengenai wilayah, imamah atau keimanan dan kepemimpinan 'Ali bin Abi Thalib seperti yang contoh-contohnya telah kami ketengahkan di atas semuanya tadi, bukan main banyaknya dikalangan kaum Syi'ah. Ada yang tertulis di dalam kitab-kitab tafsir mereka, dan banyak juga yang dapat kita temukan di dalam kitab-kitab mereka yang lain. Adapun mengenai riwayat tentang wishayah (wasiat mengenai kepemimpinan ummat yang "diterima" oleh 'Ali dari Rasul Allah saw.) juga tidak kalah banyaknya. Sebagai misal kami kutipkan saja sebuah riwayat yang dikemukakan oleh Al-Kaliniy berasal dari Mulla Rif'ah mengenai firman Allah dalam Surah Ar-Rahman:
Kaum Syi'ah masih mempunyai banyak sekali riwayat yang semakna dengan itu. Mengenai perubahan Al-Qur'an yang mereka tuduhkan kepada golongan lain, sesungguhnya hanya bertujuan hendak memastikan soal imamah atau soal wilayah, yang oleh mereka dijadikan pokok agama Islam. Hal ini dinyatakan secara terus terang oleh sebuah riwayat yang menurut kaum Syi'ah berasal dari Ar-Ridha. Dalam salah satu khutbahnya, Ar-Ridha mengatakan: "Sungguh, soal imamah adalah pokok agama Islam yang terus tumbuh dan cabangnya terus menjulang tinggi. Dengan adanya Imam (Imam yang berarti kepemimpinan ketuhanan Ahlul- bait), barulah shalat, zakat, puasa dan ibadah haji; menjadi sempurna." [Al Kafiy, Kitab Al Hujjah, Bab An Nawadir, hal. 200, Jilid I, cet. Teheran.] Kaum Syi'ah tidak mungkin dapat menegakkan keyakinan atau akidah yang palsu itu kecuali dengan jalan melancarkan tuduhan tentang adanya perubahan dan penggantian isi Al-Qur'an. Menurut mereka, Al- Qur'an yang murni dan yang asli ialah "Al-Qur'an" yang telah mereka tambah dengan kalimat-kalimat mengenai wilayah dan wishayah 'Ali bin Abi Thalib serta anak-cucu keturunannya. Selain itu dengan meyakini ketidak-murnian Al-Qur'an itu kaum Syi'ah juga mempunyai tujuan yang lain lagi. Yaitu tidak mau mengakui keutamaan para sahabat nabi saw. yang telah memperoleh tempat khusus dalam Al-Qur'an. Al-Qur'an menjadi saksi atas kedudukan mereka yang tinggi dan mulia, martabat mereka yang agung dan derajat mereka yang luhur. Dalam Al-Qur'an Allah 'Azza wa Jalla menyebut kaum Muhajirin dan Anshar, memuji akhlak mereka yang mulia dan perilaku mereka yang baik. Bagi mereka Allah telah memberi khabar gembira melalui Rasul- Nya, bahwa mereka itu adalah bakal menjadi para penghuni sorga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai. Allah swt. juga telah menjanjikan kepada mereka, khususnya para Khalifah Rasyidun - Abu Bakar, 'Umar, 'Utsman dan 'Ali Radhiyallahu 'anhum - bahwa mereka akan memperoleh kedudukan di muka bumi, memegang kekhalifahan memimpin ummat manusia atas dasar ketentuan-ketentuan Robbani dan Ilahi. Merekalah yang menyebarluaskan agama Islam secara benar dan meluas hampir ke seluruh penjuru dunia. Merekalah yang mengangkat tinggi-tinggi panji Islam dan Muslimin, menjunjung tinggi kebenaran Allah dan Rasul-Nya. Beberapa orang dari mereka disebut oleh Allah swt. bersamaan dengan sebutan Rasul Allah saw., menerima ketenteraman dan ketenangan bersama beliau ... dan lain sebagainya yang semuanya itu difirmankan Allah dan dipatrikan dalam Kitab Suci-Nya, Al-Qur'anul-Karim. Sebagaimana telah kita ketahui, bahwa Allah swt. telah menyatakan pujian-Nya di dalam Al-Qur'an yang akan tetap kekal sepanjang zaman, kepada kaum Muhajirin dan Anshar yang dipelopori oleh Abu Bakar, 'Umar, 'Utsman, 'Ali, Thalhah, Zubair dan lain-lain.
Mengenai para sahabat Nabi saw. yang bersama-sama beliau di Hudaibiyyah dan menyatakan sumpah setia bertekad mati membela beliau, Allah telah menegaskan dalam firman-Nya:
Mereka diberi kabar gembira memasuki sorga. Mengenai hal ini Allah berfirman :
Mengenai pada sahabat Nabi yang tulus dan ikhlas itu, Allah swt. telah menegaskan dalam firman-Nya :
Mengenai para sahabat Nabi yang kemudian menjadi Khalifah Rasyidun secara berturut-turut, Allah telah berfirman sebelumnya :
Mengenai seorang sahabat terdekat Rasul Allah saw., Allah telah berfirman :
Ayat-ayat suci tersebut merupakan pukulan hebat bagi kaum Syi'ah dan para pendukungnya. Dengan nash-nash yang terang dan sangat gamblang itu tidak mungkin mereka dapat mengkafirkan Abu Bakar, 'Umar, 'Utsman dan para sahabat Nabi yang lain - radhiyallahu 'anhum ajma'in. Untuk dapat keluar dari jalan buntu itu mereka mengobral tuduhan tentang Al-Qur'an yang dikatakannya tidak murni dan tidak asli lagi, atau sudah terkena revisi. Jalan lainnya lagi yang mereka tempuh ialah menafsirkan atau menta'wilkan ayat-ayat Al-Qur'an secara batil yang sama sekali tidak dapat menyentuh hati dan sangat memuakkan fikiran sehat. Menurut kenyataan, keyakinan dan kepercayaan mereka itu tidak dapat dipertahankan atau ditegakkan kecuali dengan mengkafir-kafirkan para sahabat nabi secara umum. Khususnya tiga orang Khalifah Rasyidun dan orang-orang yang membantu mereka dalam mengemudikan roda pimpinan atas kehidupan kaum Muslimin. Itulah sebabnya mengapa kaum Syi'ah berteriak : "Setelah Nabi wafat, semua orang telah murtad kembali, kecuali tiga." Menurut mereka perkataan itu diucapkan oleh Abu Ja'far-salah satu dari dua belas orang Imam Syi'ah - Demikianlah yang diberitakan oleh ahli sejarah Syi'ah ternama, Al-Kasyiy. [Rijalul Kasyiy, hal. 12 di bawah judul Salman Al Farisiy, cet. Karbala, Irak] |
|
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota |