Diskusi Ulil Abshar-Abdalla dan Abu Bakar
Ba'asyir dll.
Tentang bom di Bali, Islam dan terrorisme
Pengantar: Berikut di bawah ini disajikan
transkrip diskusi yang melibatkan Ulil Abshar-Abdalla dan
Abu Bakar Ba'asyir, disiarkan Radio 68H (Jakarta) dan
jaringannya. Transkrip ini dikirim oleh Bimo Nugroho (dari
komunitas Utan Kayu) dan sudah disiarkan oleh sejumlah
mailing-list pada tanggal 22 November 2002.
MODERATOR: Pembicaraaan tentang siapa dalang
peledakan bom Bali bukan hanya menjadi isu nasional, tapi
juga pembicaraan dunia. Kita tidak hanya melihat di media
lokal, menjadi headline setiap hari, tapi juga media
internasional. Saya ingin fokus pada beberapa hal penting,
misalnya ketika Barat langsung menuduh Islam radikal, dalam
hal ini Jamaah Islamiah dalam bahasa mereka sebagai pihak
yang patut dicurigai sebagai dalang pemboman di Bali.
Seorang tokoh ustad Ba'asyir. Sekarang mungkin menjadi orang
yang paling dicari oleh aparat keamanan Barat. Diskusi kali
ini akan mengangkat tema siapa sebenarnya dalang peledakan
di Bali. Ini hanya satu momentum saja, tetapi persoalan
terorisme sudah berlarut-larut ada di antara kita.
Tamu kita siang ini adalah Muhyar Yara, yang menjadi juru
bicara Badan Intelejen Negara, Kelik Ismunanto dari PRD,
Ulil Abshar-Abdalla dari Jaringan Islam Liberal, dan Fauzan
Anshori yang mewakili Abu Bakar Ba'asyir. Ba'asyir tidak
dapat hadir karena sakit, tapi kita bisa hubungi beliau
untuk bicara via telpon.
Pertanyaan pertama langsung kepada K. Abu Bakar
Ba'asyir. Anda menjadi target rupanya dibilang bertanggung
jawab atas terorisme yang ada di Indonesia. Selamat siang,
Kyai, Anda di tuduh Barat sebagai penanggung jawab atas
terorisme di Indonesia maupun jaringan, apa yang disebut
Jamaah Islamiah, di kawasan regional Asia Tenggara dan
sekitarnya, dan pertanyaan ini sering diajukan kepada Anda
dan seringkali Anda menjawab dengan bahwa serangan terhadap
Anda sama dengan serangan terhadap Islam. Apakah ada
argumentasi lain?
BA'ASYIR: Ada. Tapi Amerika menuntut saya hanya
fiktif saja tanpa bukti-bukti yang jelas. Kalau Anda sebagai
seorang Islam bisa ditarik kembali pada persoalan yaitu pada
akar masalah dan ditinjau dari segi Syariat, jangan hanya
dari logika saja bicara. Anda harus tahu bahwasanya
persoalan teroris yang dibuat-buat oleh Amerika itu hanyalah
bumbu-bumbu, tapi akar masalah kalau kita kembalikan kepada
Al-quran dan Sunah itu adalah perperangan umat, yaitu
orang-orang kafir sedang memerangi Islam sesuai firman Allah
"Yuriduna liyudfi-a nur-allah biafwaihim", mereka
ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut mereka. Tapi Anda
sebagai orang Islam Anda tidak boleh menghindar dari
Syariat.
MODERATOR: Bagaimana dengan catatan CIA, misalnya
nama Anda disebut-sebut oleh Alfaruq dalam pemeriksaan. Lalu
dalam pemeriksaan sebelumnya
BA'ASYIR: Itu semua fiktif. Itu namanya makar
dalam Quran. Saya tidak kenal siapa namanya Alfaruq dan itu
semua hanya dikarang-karang oleh mereka. Saya tantang
mereka. Saya suruh mereka datangin Alfaruq berhadapan dengan
saya. Dikonfrontir. Itu namanya pemeriksaan yang benar.
Selamanya CIA, intel-intel kafir laknatullah itu, membuat
makar yang menipu. Itu memang pekerjaan mereka. Maka
sekarang saya tantang kalau memang Faruq itu kenal saya,
bawa kesini. Konfrontir dengan saya. Buktikan. Kalau memang
saya salah saya siap untuk dihukum. Itu namanya jantan.
MODERATOR: Saat ini ada anggota polisi Indonesia
yang berada di Amerika untuk turut menginvestigasi atau
turut memeriksa Alfaruq. Dan di Jakarta Susilo Yudoyono,
Menkopolkam, mengatakan bahwa penangkapan Anda akan sangat
tergantung pada hasil penyidikan yang dilakukan oleh anggota
polisi Indonesia di sana.
BA'ASYIR: Itu tidak bisa saya terima, sebab kalau
sekedar cari pemeriksaan orangnya ke sana. Bawa Faruq ke
sini. Baru nanti diadakan pemeriksaan berhadapan. Itu yang
benar-benar pemeriksaan. Jadi bukan hanya sekedar
pesan/tempat(?). Itu hanya dibuat-buat. Jadi bisa
dibuat-buat yang semacam itu. Itu menunjukkan Indonesia
sudah mulai diinjak-injak oleh Amerika.
MODERATOR: Bung Muhyar, Badan Intelejen Negara,
apa yang Anda punya tentang tokoh yang satu ini?
MUHYAR: Pertama saya ingin menyampaikan salam
kepada bapak Ba'asyir. Kedua, sejak awal BIN tidak pernah
mengkait-kaitkan nama Abu Bakar Ba'asyir dalam masalah yang
tengah diselidiki oleh BIN. Bahwasanya hasil pemeriksaan
Faruq di Amerika itu adalah merupakan masalah lain. Itu
adalah masalah yang terjadi di Amerika. Kami sendiri
menganggap bahwa masalah terorisme, pertama-tama, tidak
menyangkut masalah agama. Karena korban di Bali banyak orang
Muslim. Puluhan juga, karena memang terorisme itu melingkupi
di luar masalah itu. Tidak memandang bangsa, suku, atau
agama. Jadi, siapapun terorisme itu dia merupakan musuh
kemanusiaan yang harus diperangi oleh siapapun. Dalam rangka
memerangi itu siapapun dia kalau memang dia terlibat dan
terbukti terlibat maka tidak bisa dipandang bulu. Sekalipun
dia tokoh satu agama, umpamanya. Jadi, kalau memang nanti
Pak Ba'asyir dalam prosesnya memang terbukti, sebagaimana
yang tadi beliau katakan beliau siap, ya memang harus siap.
Tetapi mudah-mudahan tidak terjadi, karena apa yang kami
pelajari sampai saat ini belum ada. Bau-baunya juga belum
ada. Jadi, mudah-mudahan Pak Ba'asyir juga tidak perlu
merasa seakan-akan menjadi target. Mungkin negara lain
menargetkan, tetapi negara sendiri dimana Pak Ba'asyir
merupakan warga negara Indonesia tidak pernah juga
mencurigai beliau. Karena memang sampai saat ini bukti-bukti
tidak ada.
Kalau Faruq menurut penilaian kami, He's too low. Dia
hanya sekedar operator biasa di bawah. Bahwasanya dia itu
terlibat itu confirmed. Bahwa dia ikut dalam pelatihan di
satu daerah di Sulawesi itu confirmed. Tetapi apakah Faruq
mempunyai keterkaitan dengan tokoh-tokoh domestik, itu belum
bisa dikemukakan di sini. Sementara itu.
MODERATOR: Belum bisa dikemukakan artinya ada
keterkaitan dengan itu.
MUHYAR: Segala kemungkinan kan bisa terjadi dalam
proses penyidikan. Sampai seberapa jauh
jaringan-jaringannya, sampai seberapa luas jaringannya, itu
harus selalu terus diungkap dan itu bukan pekerjaan yang
mudah, karena jaringan teroris internasional itu sangat luas
dan cakupannya luas sekali, dan kita bisa under
estimate.
MODERATOR: Mas Ulil, melihat apa yang terjadi di
Indonesia, di antara kita, tentang terorisme ini.
ULIL: Yang tidak boleh kita lupakan dalam melihat
masalah Bali adalah ini sudah menjadi masalah internasional.
PBB sudah include dengan sungguh-sungguh mendorong semua
negara untuk membantu Indonesia mengusut masalah ini, dan
negara-negara yang lain juga sudah menganggap ini bukan
masalah Indonesia, tetapi adalah masalah internasional. Oleh
karena itu, menurut saya, kita ini perlu mempunyai mental
switch, perubahan cara pandang. Yang kemarin-kemarin setiap
ada peristiwa kekerasan semacam ini selalu sikap beberapa
tokoh-tokoh Islam dan juga tokoh-tokoh masyarakat yang lain
itu menolak, self denial. Ini bukan kami. Bangsa
Indonesia adalah yang suci dan baik. Umat Islam adalah umat
Islam yang baik. Tidak mungkin berbuat kejahatan. Menurut
saya sikap semacam ini tidak membantu untuk mengatasi
masalah yang dimensinya sudah sangat global ini. Oleh karena
itu, sekarang ada tiga teori yang menjelaskan masalah Bali.
Pertama, teori yang sangat populer, ini adalah kerjaan
Al-Qaedah. Yang kedua adalah teori yang dikembangkan oleh
Abu Bakar Ba'asyir pada hari kedua setelah terjadinya
peledakan di Bali dan itu didukung oleh sejumlah tokoh-tokoh
Islam di Solo dalam sebuah konferensi pers di sana, ini
adalah semua buatan AS. Teori ketiga mengatakan bahwa ini
adalah buatan militer Indonesia untuk melakukan
destabilisasi atas pemerintahan Megawati sekarang. Menurut
saya, ok ketiga teori itu kita anggap semuanya punya status
untuk dipertimbangkan. Tetapi berdasarkan petunjuk-petunjuk
clue awal yang sudah terkumpul di dalam beberapa dinas
intelegen asing, saya tidak tahu apakah BIN sendiri, tetapi
clue yang paling tersedia saat ini adalah bahwa Al-Qaedah
adalah aktor yang sekarang ini sangat bisa
dipertanggungjawabkan untuk menjelaskan sejumlah tindak
kekerasan di sejumlah tempat. Dan jangan lupa, ini juga
diakui oleh Al-Qaedah di dalam, kalau kita baca berita
tentang kaset yang dikirimkan kepada chanel Al-Jazirah
beberapa hari yang lalu dimana Osamah mengatakan akan
melakukan serangan baru terhadap kepentingan AS. Menurut
saya, deklarasi ini sudah menunjukkan sebagai clue. Kita
belum bisa menetapkan apakah Al-Qaedah salah, Abu Bakar
Ba'asyir salah atau tidak, tetapi clue yang tersedia saat
ini adalah menempatkan teori pertama itu lebih valid untuk
dipertimbangkan, karena, menurut saya kalau pemerintah
sekarang ini bertindak atas dasar cara berpikir yang
mengambang itu tidak bisa lagi. Karena sekarang ancaman
keamanan itu sudah begitu seriusnya. Kalau kita masih
mengambangkan "o..ini kita tidak melakukan ini, tidak itu",
itu menurut saya tidak memadai. Dan ini sebagai point saya
yang terakhir adalah tidak usah khawatir pemerintah takut
kalau seandainya melakukan tindakan tegas dia khawatir dicap
sebagai anti Islam. Kritik saya kepada Ustad Ba'asyir adalah
seolah-olah mengadili Osamah bin Laden, mengadili Abu Bakar
Ba'asyir sama dengan mengadili Islam. Itu bagi saya tidak
benar sama sekali. Mesti dibedakan antara Islam dengan
orang-orang Islam yang bisa berbuat baik, bisa berbuat
jelek. Yang berbuat baik kita berikan reward, tapi yang
jelek harus punish. Jadi tidak usah takut untuk itu.
KRIS PRD: Kalau saya sebenarnya tidak ingin
terjebak pada siapa aktor di belakang pengeboman ini. Satu
harus kita akui kita tidak ada data material untuk melihat
siapa terlibat dibelakang kasus ini. Satu sisi sebenarnya
kita harus lihat juga bahwa persoalan terorisme ini memang
fenomena internasional, bukan hanya terjadi di Bali,
Indonesia, tetapi juga setahun yang lalu terjadi di Amerika.
Sehingga ada tugas pokok yang jelas harus kita lakukan
disamping mencari siapa dalang atau otak pelaku ini, kita
juga harus melihat latar belakang kenapa munculnya terorisme
ini. Karena ini faktor yang penting. Kalau kita melihat atau
mencari akar musabab munculnya terorisme itu tidak
menyelesaikan masalah. Apapun yang akan dilakukan oleh
negara, misalkan rencana untuk RUU terorisme, itu malah akan
lebih merepresif, akan lebih membangkitkan proses
perlawanan.
MODERATOR: kita sebenarnya juga mengundang
teman-teman kita dari kedutaan Australia di Indonesia, tapi
mereka sedang sibuk menyambut John Howard maupun Donner yang
sedang berada di Indonesia juga. Tapi kita berhasil
menghubungi Kurt Collingham juru bicara atau atase pers yang
sedang berada di Bali. Kurt Collingham sekarang Anda merasa
sebagai target dari serangan di Bali dan Anda juga aktif
sekali membantu penyidikan apa yang terjadi di Bali kemarin.
Sejauh ini bagaimana sikap Anda dan apa hasil dari
penyidikan di Bali.
KURT: Lima hari sejak pemboman itu. Saya di sini
sangat capek bersama dengan keluarga-keluarga korban
pemboman. Sulit sekali untuk mengidentifikasi korban karena
terbakar. Tetapi kami berusaha.
MODERATOR: Seberapa kuat Anda yakin desakan Anda
dengan teman-teman lain, maksudnya dari negara-negara lain
yang menjadi korban, dalam hal ini Amerika yang sudah
mengirimkan biro penyelidiknya, juga ada Inggris di sana,
dan juga negara-negara lain. Seberapa besar desakan Anda
kepada pemerintah Indonesia untuk segera melakukan tindakan
cepat menyikapi persoalan ini.
KURT: Kooperasi dan kerjasama pemerintah Indonesia
di sini luar biasa. Semua orang Bali dan orang Indonesia
lihat langsung apa yang terjadi di sini dan membantu korban,
work around the clock, mereka semua melakukan yang mereka
bisa. Jangan lupa ada banyak korban juga dari Indonesia di
sini.
MODERATOR: Pemerintahnya termasuk yang cukup keras
mendesak Indonesia agar menangkap Abu Bakar Ba'askir,
misalnya, atau Jamaah Islamiyah dalam hal ini. Yakinkah Anda
pemerintah akan melakukan desakan itu? Kurt: Saya yakin
bahwa pemerintah Indonesia akan kerjasama dengan pemerintah
Australia untuk cari sipa tanggung jawab untuk tragedi yang
sangat besar ini. Saya pikir akan terjadi bahwa baik
pemerintah Indonesia, Australia, maupun negar-negara lain
semua ingin tahu siapa tanggung jawab untuk itu, juga untuk
punish orang atau kelompok yang tanggung jawab untuk tragedi
yang luar biasa di sini.
MODERATOR: Yakin atau tidak? Kurt: Yakin apa?
Yakin kerjasama akan ada investigasi yang kuat, saya yakin
untuk itu.
KRIS PRD: Mungkin ada satu lagi yang sebenarnya
ingin saya sampaikan. Satu, mungkin kritikan terhadap Pak
Ba'asyir sendiri. Pak Ba'asyir menilai persoalan yang
terjadi sekarang adalah persoalan antara Islam dan non
Islam. Padahal kalau kita melihat, misalkan kalau serangan
solidaritas atau penolakan serangan Amerika ke Irak, ke
Afganistan itu bukan hanya dilakukan oleh umat Islam, bahkan
ribuan massa turun ke jalan di Washington, di Roma, di
Perancis, dan sebagainya menolak. Artinya persoalan yang
terjadi sekarang ini bukan persoalan antara Islam dan non
Islam, tapi persoalan bagaiman counter hegemoni terhadap
usaha-usaha Amerika untuk melakukan ekspansi, untuk lebih
menghegemoni, untuk lebih memperkuat kekuatan negaranya di
negara-negara lain, sehingga Amerika terlalu ekspansif,
terlalu ofensif terhadap kekuatan-kekuatan yang dirasa itu
terlalu mengganggu rencana dari Amerika itu.
FAUZAN: Sebenarnya isu terorisme ini pertama kali
dikembangkan oleh utusan Malaysia pada pertengahan Agustus
beberapa bulan sebelum WTC. Waktu itu pemerintah Malaysia
melalui (Nurman???) melansir apa yang disebut KMM, Kumpulan
Mujahidin Militan Malaysia. Dengan menggunakan ISA dikenal
sebagai (Internal Security Act) Kemudian menangkap banyak
orang. Kemudian di situ barulah muncul nama Abu Bakar
Ba'asyir. Kemudian terus menggelinding. Peristiwa 11
September itu menjadi starting point untuk kampanye anti
terorisme yang makin gencar. Kemudian Singapura mulai
melempar isu Indonesia sebagai sarang teroris. Indikasinya
adalah karena pemerintah Indonesia tidak menangkap Abu Bakar
Ba'asyir. Lalu kita melakukan perlawanan hukum dengan
menggugat Lee Kwan Yu melalui pengadilan Jakarta Selatan.
Akhirnya kita kalah disitu. Kemudian isu kampanye anti
terorisme itu makin mengkristal, yang saya maksud adalah
tuduhan itu diarahkan ke siapa. Itu semakin mengkristal
ketika secara eksplisit, umpamanya, Alexander Donner
menyebut Ba'asyir sebagai dalang peledakan itu. Lalu saya
katakan kepada ustad Ba'asyir saya sebagai ketua data dan
informasi ingin membuka akses media dalam dan luar negeri
seluas-luasnya. Maka pada waktu itu terjadi kebijakan pada
Majelis Mujahidin untuk mempersilahkan wartawan dari dalam
dan luar negeri untuk menshoot kegiatan sehari-hari baik itu
di Ngruki sampai semua lubang itu dilihat, kecuali lubang
kamar mandi. Jadi silakan ambil kesimpulan. Kami tidak ada
beban apa-apa. Dalam perspektif Syariah kalau kami dituduh
itu yang menuduh harus memberikan bukti dan bukti itu harus
dikonfrontir. Tidak boleh orang yang seperti Umar Faruq
dibawa ke luar negeri kemudian pengakuannya itu diekspos
secara sepihak. Itu tidak boleh. Itu fitnah. Kalau penuduh
tidak bisa membuktikan tuduhannya, maka tuduhan itu kembali
kepada penuduh. Seharusnya begitu. Tetapi yang dilakukan
oleh Amerika, oleh Alexander Donner, dan sebagainya itu dia
mengekspos ke media. Sehingga kami melihat bahwa ini terjadi
trial
public opinion. Mengkonstruksi opini publik,
opini dunia untuk memvonis sebelum di pengadilan yaitu bahwa
semua dalang ini adalah Jamaah Islamiyah dan Ba'asyir. Ini
adalah cara-cara makar yang sangat busuk yang dilakukan oleh
intel-intel asing. Tentu saja sasaran kami berbeda dengan
apa yang tadi Mas Ulil katakan dan Mas dari PRD tadi. Kami
melihat satu atau dua jam dari tragedi WTC Bush kemudian
mengeluarkan deklarasi Crusade, perang salib. Kemudian
membuat sandi keadilan tak terbatas. Kemudian diubah karena
diprotes umat Islam di sana. Kami bertanya-tanya kenapa WTC
tadi dijadikan starting point untuk deklarasi perang salib.
Apa yang sedang terjadi. Kemudian dengan semangatnya Bush
itu mengatakan pelakunya adalah Osamah, sedangkan Osamah ada
di gua-gua Afganistan. Siapa pelakunya? Sampai hari ini
tidak bisa membuktikan. Kemudian serangan itu membabi buta.
Saya mengkonfirmasi dengan Dr. Abdurrahman (???) dari
Afganistan langsung berapa jumlah korban serangan Amerika.
Dia mengatakan serangan Amerika lebih dahsyat dari serangan
Rusia 10 tahun di Afganistan. 20 korban meninggal dan
puluhan ribu lainnya teramputasi. Dibandingkan dengan
korban, katakanlah, di WTC yang tiga ribuan tentu tidak
adil. Kemudian konstruksi isu terorisme ini tumbuh digalang
sedemikian sistematisnya sehingga mereka membutuhkan
justifikasi. Pembenaran-pembenaran inilah yang menurut kami
mengorbankan orang-orang yang tidak berdosa. Jadi waktu
malam Ahad itu kami bersama ustad Ba'asyir di Yogya. Kami
belum tahu apa yang terjadi malam itu, karena besoknya kami
ada pleno khusus untuk membicarakan masalah program.
Tiba-tiba kami dikontak oleh media asing bahwa malam itu
telah terjadi peledakan bom. Kami katakan kepada pers tadi
"anda akan kami persilakan mengklarifikasi semua tuduhan
kepada ustad Ba'asyir dan itu sudah kita laksanakan hari
Rabu kemarin sampai pukul 12 malam, tadi malam, kemudian
tadi subuh empat media dari Australis menshoot ustad
Ba'asyir dari cara sholat sampai bangun tidur dan
sebagainya. Itu dishoot semuanya. Kamar-kamar juga di markas
kami. Kemudian kami tanyakan bagaimana kesimpulan Anda
tentang ini semua? Mereka tidak berkomentar. Jadi saya kira
kami tidak ada beban sedikit pun untuk membuka akses
seluas-luasnya kepada wartawan, terutama asing, untuk
mengklarifikasi tuduhan-tuduhan itu.
MODERATOR: Untuk mengatasi terorisme dimana-mana
lalu ada muncul semacam, tadi yang disinggung oleh bung
Kelik tentang ada aturan khusus di situ, ada perpu yang lalu
mendasari atau menjadi dasar hukum untuk bisa menangkap
tanpa ada pengadilan dan seterusnya. Tapi catatan-catatan
yang dipakai untuk melakukan tindakan itu muncul dari
intelejen dan aparat keamanan. Kita kok melihat, Pak Muhyar,
Anda sering mengatakan Amerika pun yang hebat bisa
kecolongan. Tetapi isu terorisme, atau gejala-gejalanya,
atau dugaan-dugaannya, bahkan teror yang bukan serangan yang
seperti itu, teror yang membawa senjata api, senjata tajam
ke jalanan sudah terjadi. Kenapa aparat atau intelejen tidak
melakukan apa-apa untuk hal itu.
MUHYAR: Begini. Pertama-tama kita harus paham
betul pembagian fungsi dan tugas instansi keamanan kita. Ada
instansi intelejen sebagai bagian instansi keamanan. Ada
juga instansi penegak hukum seperti polisi, misalnya, yang
mempunyai cara kerja yang berbeda satu dengan lainnya.
Seperti ibarat sebuah rumah. Maka tidak mungkin, ini kita
bicara dalam tahap pencegahan bukan pada saat telah terjadi,
itu penegakan hukum nanti. Dalam pencegahan itulah fungsi
intelejen di bidang itu. Kita tidak mungkin mencegah
masuknya tikus ke dalam rumah kita seberapa rapatnya pun
kita memagari rumah kita. Karena ada satu teori bahwa tidak
ada satu pun pertahanan yang tidak bisa dibobol. Tidak bisa
dimasuki. Jadi tetap tikus itu bisa masuk. Petugas intelejen
tidak mungkin disebarkan di seluruh diskotik, umpamanya,
restoran, hotel, di semua panjang pantai kita yang begitu
luas, begitu panjang. Jadi pasti bisa masuk. Di negara mana
pun. Tugas intelejen adalah menemukan jaringan kehidupan
tikus yang ada di dalam rumah. Kita bisa mendeteksi itu ada
kehidupan, ada jaringan kehidupan tikus-tikus. Kita tentu
tidak bisa melakukan penangkapan tikus itu karena itu
tugas-tugas institusi yang lain. Intelejen tidak mempunyai
kewenangan hak untuk itu. Dan juga pengetahuan kita tentang
adanya jaringan kehidupan tikus hanya bersifat umum. Kenapa?
Karena kami juga tidak mempunyai kewenangan untuk menanyai
tikus-tikus ini. Karena kami tidak dilengkapi dengan
kewenangan itu. Kalau kami diberikan kewenangan itu mungkin
jaringan tadi akan kita lebih tahu secara lebih detil.
MODERATOR: Pak Muhyar, apa yang terjadi di Bali
ternyata terbesar kedua setelah WTC. Apa tidak ada clue
sedikit pun?
MUHYAR: O, ya. Kalau itu saya pikir kita sudah
katakan berulang-ulang. Saya takut dikatakan membosankan
atau memuakkan bagi orang-orang karena kami sudah setengah
tahun yang lalu BIN memberikan warning.
MODERATOR: Kalau setengah tahun yang lalu, kenapa
tidak ada reaksi atau aksi berikutnya, misalnya tentang
pengkapan atau apa pun yang dilakukan, bukan dengan
intelejen, tapi oleh aparat yang lainnya. Apa ada hambatan
politik, misalnya?
MUHYAR: Begini, pertama kenapa tidak ditangkap itu
'kan bukan urusan kami. Tetapi kita 'kan masih segar. Ini
yang mungkin kita perlu perbaiki. Kita cepat lupa. Saya
katakan bahwa tinta-tinta di koran itu masih belum kering,
yang menunjukkan betapa warning kami itu malah dijadikan
bahan polemik dan bahkan kemudian kami diserang balik. Ada
yang menuduh bahwa warning kami itu adalah rekayasa. Bahkan
dikatakan ini perlu diwaspadai ini BIN.
ULIL: Kalau saya boleh bertanya, dulu ketika
Hendro Priyono diserang karena dia mengungkapkan fakta
mengenai, kalau tidak salah ketika itu tentang Al-Qaedah di
Indonesia. Tetapi ketika itu ketika dia diserang oleh publik
dia mundur. Kalau dia percaya fakta yang dia angkat itu
benar, kenapa setelah diserang oleh opini publik Islam lalu
dia mundur lagi.
MUHYAR: Masalahnya kita bukan harus mempertahankan
kebenaran. Tugas kami adalah mengungkapkan kebenaran. Itu
sudah menjadi wacana publik. Tidak ada satu statement pun
yang kami cabut. Tapi kemudian DPR melakukan suatu desakan
agar kami, BIN, tidak melakukan statement-statement secara
publik. Tapi sementara itu kemudian kita lihat pada kasus
Tamsil Lindrung. Kami pun kemudian dibombardir
habis-habisan. Jadi bingung sendiri. Akhirnya ditempuhlah
cara adanya seorang juru bicara untuk menengahi kebutuhan
masyarakat ini.
FAUZAN: Jadi inilah blunder yang kita temukan,
yaitu ketika temuan "operasi intelejen" kemudian diekspos ke
media yang kemudian menimbulkan polemik seperti tadi. Maka
oleh karena itu mereka yang menuduh Jamaah Islamiyah atau
secara eksplisit Ba'asyir harus menuai protes. Tentunya
kalau mereka menggunakan cara-cara underground itu kemudian
tidak akan menimbulkan gejolak. Tapi dengan apa yang
dilakukan oleh Amerika, apalagi sekarang sudah menggunakan
resolusi keamanan PBB ini sebuah blunder yang besar sekali.
Dan ada dua kemungkinan. Tapi kami merasa dan kami yakin
bahwa kami akan memenangkan opini ini. Kecuali jika kekuatan
yang bicara. Jadi, Amerika akan tertampar dengan tamparan
yang luar biasa apabila tidak mampu membuktikan tuduhan itu.
Ini akan luar biasa. Oleh karena itu pelajaran ketika dia
tidak bisa meyakinkan dewan keamanan PBB untuk mengeluarkan
resolusi untuk menyerang ke Irak, harus menjadi pelajaran
berharga bagi Amerika untuk tidak kemudian membuat tuduhan
kepada Ba'asyir dan menekan pemerintah Indonesia untuk
menangkap Ba'asyir.
KELIK: Cara melihat masalah seperti ini karena
sebetulnya, ok setiap terorisme itu masalah yang kita hadapi
dan serius. Itu bagian dari sejarah masa lampau yang harus
dikuak. Tapi sekarang ini ancaman yang kita hadapi sekarang
adalah salah satunya terorisme yang datang dari network
global yang salah satunya menggunakan agama sebagai kedok.
Dan itu saya kira berbahaya kalau kita masih mengungkap,
mengatasi masalah, melihat masalah ini dengan cara O ini
sesuatu yang tidak ada nilainya apa-apa dibanding state
terorisme. Bagaimana? Saya kira tidak bisa merelativisir
masalah ini dengan cara mengatakan ini lebih ringan
dibandingkan dengan jenis terorisme yang lain.
MODERATOR: Apa yang Anda sampaikan Bung Kelik itu
bisa jadi latar belakang. Kita kembali fokus ke Bali dan
terorisme yang sekarang ada saja.
MUHYAR: Tadi dikatakan intelejen lemah. Ini
ukurannya dari mana? Tadi saya katakan berdasarkan fungsi
dan tugasnya kami sudah melakukan tugas sesuai dengan fungsi
dan tugas kami secara maksimal. Kalau setengah tahun lalu
kami sudah kasih warning, itulah tugas kami. Apalagi yang
mau dikatakan? Apa kami mesti melakukan penangkapan?
ULIL: Soal warning ini. Ini kritik saya kepada
opini publik yang diciptakan oleh para demagog Islam, oleh
para dai-dai yang menurut saya tidak bertanggung jawab dan
mengatakan ini semua adalah perang antara Islam dan kafir.
Setiap fakta yang diungkapkan ini adalah serangan pada
Islam. Lalu akhirnya BIN mundur. Entah akhirnya tidak
mendapatkan dorongan dari masyarakat untuk berbuat. Menurut
saya, lingkungan semcam ini yang diciptakan oleh retorika
Islam yang tidak bertanggung jawab semacam ini berbahaya
itu.
MODERATOR: Jadi ini kita harus bisa memahami
pendapat Ulil karena dia Islib (Islam Liberal). Dia akan
memisahkan, selalu akan memisahkan, ini bukan persoalan
agama.
FAUZAN: Jadi saya ingin mengingatkan bahwa sejak
jaman Nabi Adam sampai kiamat. Jadi bagaimana israel yang
menginvasi Palestina tahun 48. Seorang wartawan bertanya
apakah benar umat Islam musuhnya Barat? Tidak, saya bilang.
Karena dalam nash Quran tidak ada. Yang ada itu walan tardo
ankal Yahud wan nasoro. Ini informasi dari Quran.
Kalau saya tidak percaya sama Tuhan berarti Quran keliru.
Maka saya keluar dari Islam. Ngapain, Quran kok keliru.
Jadi, perspektif ini oleh Ulil dinafikan.
ULIL: Tidak. Itu masalah kenegaraan Palestina dan
Israel. Itu sama dengan Dubes Palestina begitu ngomongnya.
Karena kita sudah ketemu.
FAUZAN: Jadi, kami tidak melihat itu bukan Islam,
tapi itu bagian integral dari perjuangan antara hak dan
batil. Invasi Israel ke Palestina. Sampai sekarang itu
berapa jumlah korbannya yang jatuh. Kalau perlu mesti
diputar cd yang saya punya bagaimana korban yang terakhir
ini, Muhammad Addurah, yang dalam keadaan terpepet tetap
dibombardir oleh tentara Israel. Itu fakta.
MODERATOR: Saya ingin kembali ke BIN. Karena
desakan-desakan atau warning yang Anda sampaikan ternyata
itu tidak, istilahnya, tidak dibelilah sama pemerintah. Di
dalam tubuh militer sendiri bahkan, ya jelas ada pembelaan
yang cukup kuat. Ada temen-temen kita Bung Fauzan, Ba'asyir,
Hamzah Haz. Bahkan Hamzah Haz mengatakan tangkap saya dulu
kalau memang ada teroris di Indonesia. Sekarang teroris
sudah ada di Indonesia. Bagaimana? Anda tidak punya wewenang
untuk menangkap.
MUHYAR: Tidak ada. Kalau ada orang pada ribut
nanti. Baru soal Faruq saja kemarin, kita minta bantuan
Assegaf, minta bantuan pada imigrasi, ributnya sudah
setengah mati. Padahal kita melalui saluran yang benar.
MODERATOR: Apakah karena problem itu BIN lalu
tidak didengar dan terjadilah apa yang kemarin itu.
MUHYAR: Bukan saya yang menjawab itu. Kalau BIN
tidak didengar, tidak mau didengar, ya tanya sama yang tidak
mau mendengar.
MODERATOR: Apa benar karena ada hambatan politik,
dari Hamzah Haz misalnya.
MUHYAR: Menurut saya tidak etis kalau misalnya
saya kemukakan, karena kita bagian dari institusi
pemerintah. Biar saja masyarakat yang menilai. Semuanya kita
serahkan saja, tetapi jangan seperti tadi Ulil katakan,
jangan ada pembentukan opini yang mengatasnamakan sesuatu
karena ada kepentingan. Karena kepentingannya terusik,
begitu. Kemudian membalikkan opini itu secara bodoh. Seperti
sekarang dikatakan, BIN sudah mengatakan ada terorisme.
Kemudian ketika terjadi peristiwa Bali dikatakan BIN lemah.
Logikanya tidak masuk. Terbalik logikanya. Jadi, kita jadi
bodoh. Saya dengar ini, bagaimana? Dulu waktu saya bilang
ada Anda mendeny, sekarang ada dibilang BIN lemah. Mesti apa
kita lakukan? BIN lemah juga karena mundur. BIN tidak pernah
mundur.
KELIK PRD: Saya kira BIN tidak pede saja. Artinya
kalau BIN sudah yakin sudah ada terorisme di Indonesia itu
harus dipertahankan. Artinya opini yang ada di BIN, itu
kalau BIN percaya diri, artinya ada fakta-fakta dan
bukti-bukti itu harus
MUHYAR: Ada. Saya persilakan melihat kliping kita
masih banyak. Itu bukan satu kali, berulang-ulang kami
kemukakan.
ULIL: Pak Muhyar Begini masalahnya. Saya kira
memang BIN tidak bisa disalahkan. Saya tidak membela BIN,
tetapi dia bukan satu-satunya yang mestinya bertanggung
jawab. Tetapi di atas ini semua bagi saya adalah tidak
adanya visi dari pemerintah sendiri untuk melihat masalah
ini sebenarnya kayak apa. Kritik saya pada Megawati adalah
ketika dia pidato di Bali kemarin pada hari kedua setelah
peledakan itu. Dia hanya menyatakan bela sungkawa.. Tetapi
dia tidak mengatakan apa visi atau tindakan yang dia
rencanakan akan dia lakukan. Sehingga kita tidak tahu ini
determinasi memerintah ini ke arah mana. Sehingga kita
melihat pernyataan yang berbeda-beda. Hamzah Haz seperti
selalu meng-hijack (?) tindakan pemerintah yang ingin
mengambil tindakan yang firm atas masalah ini. Bagi saya ini
pemerintah kalau tidak segera punya visi yang jelas,
tetapkan ini apa asumsi untuk mengatasi masalah ini. Saya
kira tidak akan bisa mengambil tindakan yang tegas.
Problemnya adalah pemerintah sendiri tidak mengarahkan.
Sehingga begitu ada opini umat mencoba untuk mendeny ini
malah dia limbung lagi. Bagi saya tidak bisa begini. Dan
saya khawatir masalah ini dijadikan dagang oleh
partai-partai untuk melihat ini pada pemilu 2004, sejauh
mana kemungkinan untuk mendapatkan sokongan dari umat Islam.
Bagi saya ini bagian dari over-politisasi dari agama yang
berbahaya. Sebagai bagian dari dagang politik yang memuakkan
menurut saya.
MODERATOR: Ini giliran dari teman-teman yang di
forum untuk bicara.
ERY (penelpon): Ini barangkali sedikit klarifikasi
saja. Kejadian yang nomor dua itu sebenarnya Nairobi. Bukan
di kita. Korban di Nairobi itu sebenarnya lebih besar dari
kita. Kejadian bunuh diri. Kemudian yang kedua, saya ingin
menyampaikan kepada Pak Muhyar bahwa Anda sebenarnya
sebaiknya dengan tudingan seperti ini beserta institusi Anda
itu lebih tenang. Karena BIN adalah intelejen tetap
memainkan peran Anda sebagai intelejen. Saya juga heran
kenapa BIN ada juru bicaranya. Karena saya tidak melihat hal
itu di negara-negara lain. Jadi jelas dalam hal ini kalau
memang ada kesalahan harus introspeksi diri. Dan masalah
intelejen juga tolong diperhatikan bahwa saat ini sudah
cukup luas sehingga perlu sinergi dengan banyak pihak.
ADE R.: Saya ingin bertanya kepada Pak Muhyar.
Yang ingin saya tanyakan tadi bahwa BIN tidak berhak, tidak
punya wewenang untuk menangkap seseorang. Yang menjadi
pertanyaan saya apakah tidak ada kerja sama yang baik antara
BIN dengan aparat kepolisian yang berhak menangkap,
menginterogasi, atau menahan orang. Kedua, setelah peristiwa
Bali kalau tidak salah itu dibentuk satu tim yang melibatkan
dari BIN kemudian melibatkan juga polisi yang sekarang
pimpinannya Kapolda dari Papua. Apakah itu hanya bersifat
sementara, yaitu hanya menangani kasus di Bali. Apakah itu
tidak menjadi satu tim yang terus independen, artinya badan
tersebut akan selalu bekerja sama antara BIN, kepolisian,
kejaksaan agung yang mana kejaksaan atau departemen
kehakiman yang bisa menghambat atau meminta pihak imigrasi
untuk mencekal orang-orang yang dicurigai untuk keluar
negeri.
MUHYAR: Jadi BIN hasilnya satu info intelejen.
Satu informasi intelejen bukan satu data hukum. Jadi kalau
kami lihat ada orang mencurigakan itu belum tentu bisa
dijaring secara hukum. Jadi, sekalipun kami lemparkan ke
pihak kepolisian, pihak kepolisian tidak bisa menangkap.
Karena kepolisian bekerja berdasarkan sistem kepolisian yang
berlaku yaitu KUHAP, yaitu paling tidak sudah ada tindakan
percobaan. Jadi, sedangkan info intelejen belum sampai
menyangkut ke sana. Jadi baru mencurigai, seharusnya kami
mempunyai kewenangan untuk menanyai, memanggil. E, elu lagi
ngapain? Siapa temen-temen lu? Itu tidak kami miliki,
sehingga kalau informasi itu kami serahkan ke kepolisian,
kepolisian juga belum bisa memakai dan menggunakan untuk
pemanggilan atau penahanan. Jadi masih ada gap di sini. itu
yang tidak diisi dalam sistem hukum kita, karena memang
jenis kejahatan terorisme itu jenis kejahatan yang sangat
unik. Sehingga pada umumnya belum tercakup pada sistem hukum
yang konvensional. Kedua, tim yang dibentuk di Bali dibentuk
dalam rangka penanganan setelah peristiwa Bali. Yang
sifatnya masih lokal, artinya tingkat di daerah Bali, tidak
mencakup tingkat nasional. Sehingga menurut kami itu masih
bersifat sementara. Mudah-mudahan itu bisa ditingkatkan
dikemudian hari menjadi ditingkat nasional dan menjadi
permanen.
IPUNG: Pertanyaan saya mungkin berhubungan dengan
entitas dan kwalitas peledakannya sendiri. Sebenarnya kalau
kita lihat dari perkembangannya dari tahun 98 hingga ke
sini, jadi entitas peledakan yang sangat menarik karena
jumlahnya selalu meningkat. Kemudian kwalitas bahan
peledaknya jadi berkembang. Dari mulai hanya granat, TNT,
kemudian kombinasi TNT dengan C4, kemudian yang terakhir
diidentifikasi sebagai C4. sebenarnya ada satu yang menarik
di sini ketika kebijakan tentang pengadaan bahan peledak ini
sendiri itu tidak tersentuh dengan perubahan. Ternyata masih
ada dua lembaga milik sipil, yang bukan milik militer, itu
juga memproduksi dan Kepres tentang itu juga tidak pernah
dicabut. Metrokimia masih juga memproduksi TNT dan beberapa
perusahaan juga masih memproduksi TNT. Padahal kejadian
menggunakan TNT itu sudah lama. Tidak ada kebijakan,
misalnya untuk membatasi pembuatan senjata hanya dikontrol
oleh militer dan lain-lain. Ini kan sebenarnya tidak ada
keinginan dari militer atau pemerintah sendiri untuk,
misalnya, mengisolasi persoalan ini supaya menjadi lebih
sempit. Sehingga suatu saat kalau terjadi peledakan seperti
ini itu bisa dilakukan identifikasi yang lebih mudah. Ini
tidak terjadi, itu satu. Yang kedua, yang menarik lagi kalau
kita mau bicara penggunaan C4. sebenarnya ini kan bahan
peledak yang sangat kuat daya ledaknya dan tidak banyak
dimiliki oleh kelompok orang, bahkan kelompok militer pun
tidak banyak memiliki ini. Bahkan tidak semua kesatuan
punya. Hanya pada operasi khusus ini digunakan. Sebenarnya
kita tidak bisa menafikan bahwa ada keterliabatan militer.
Seperti misalnya pernah ada identifikasi bahwa bahan TNT
yang pernah digunakan dalam satu peledakan itu berasal dari
Turan (?) di Malang, tapi tidak pernah bisa diselidiki,
misalnya, siapa yang mengeluarkan itu? Ini
permasalahan-permasalahan yang sengaja diakumulasi atau
mungkin tidak sengaja untuk membuat persoalan ini jadi
tidak, kalau persoalan titik ledak yang terakhir akan
dilakukan ini jadi makin sulit. Karena memang tidak ada
antisipasi yang cukup signifikan.
MODERATOR: Ternyata ustad Ba'asyir masih online
bersama kita. Dan saya mendapat informasi dari Mabes Polri
bahwa tim Mabes Polri sudah pulang dari AS memeriksa
Al-Faruq. Hasilnya Al-Faruq confirmed, artinya Faruq bicara
dengan polisi Indonesia bahwa isi majalah Times yang
menyebut soal Ba'asyir, Jamaah Islamiyah, keterlibatan atas
beberapa teror di wilayah Asia Tenggara itu benar. Faruq
mengungkapkan ini kepada polisi Indonesia bukan lagi kepada
polisi Amerika. Soal itu saya ingin tanya dengan Abu Bakar
Ba'asyir yang masih bersama kita.
MODERATOR: Kyai, bagaimana dengan informasi
terakhir ini?
BA'ASYIR: Saya siap diperiksa dan Al-Faruq
datangkan ke sini. Persoalan itu adalah persoalan kecil bagi
saya. Jadi perlu saya luruskan satu pemahaman Ulil tadi.
Jadi seolah-olah kalau hubungannya dengan saya itu sama
dengan Islam. Itu bukan begitu. Masalah teror mari kita
jangan menutup mata dan telinga. Istilah teror ini
dimonopoli definisinya oleh Amerika dan itu diarahkan teror
itu kepada orang Islam. Jadi mesti penegak-penegak hukum
Islam. Itulah pengertian teroris yang dimonopoli oleh orang
Amerika. Ini satu kenyataan. Kalau kita kembali kepada
definisi teror yang sebenarnya itu harus berdasarkan
kenyataan suatu perbuatan yang merusak dan menakut-nakuti
orang. Kalau kita melihat apa alasan Amerika mengebom
Afganistan. Apa alasan Amerika mengejar-ngejar Osama dengan
tuduhan terlibat mengebom WTC. Tetapi pada sampai akhirnya
Amerika tidak bisa membuktikan. Itulah teror yang
sebenarnya. Sekarang Israel membunuh bangsa Palestina,
menjajah bangsa Palestina. Dengan enak membunuhi anak-anak,
perempuan, rumah-rumah dihancurkan dengan begitu enak, dan
itu dibantu oleh Amerika. Itulah arti teror yang sebenarnya.
Adapun Osamah dan Taliban, sekali lagi saya bukan fanatik
pada orangnya dan organisasinya. Mereka itu menyerang
Amerika karena membela diri. Karena mereka diserang lebih
dahulu. Sekarang, sekali lagi, saya ingatkan kepada
saudara-saudara yang beragama Islam bahwa watak orang kafir
itu selalu ingin memadamkan cahaya umat Islam dengan
berbagai cara makar. Ini yang harus kita pahami. Jadi
masalah Mabes sudah mengambil keputusan, silakan memegang
saya. Silakan memanggil saya. Saya siap dipegang, saya siap
dipangil. Persoalan ini persoalan kecil buat saya, tetapi
saya tetap menuntut supaya Faruq didatangkan ke sini.
MODERATOR: Tapi ada bukti lain, yaitu tentang
foto-foto dan beberapa saksi mata yang menyebutkan bahwa
memang Faruq memang hadir saat deklarasi Majelis Mujahidin
Indonesia.
BA'ASYIR: Kalau Faruq hadir ketika deklarasi tidak
berarti kenal. Banyak orang yang hadir saya tidak tahu, dia
tahu saya. Itu bukti anak kecil. Silakan. Ada foto apalah.
Memang benar-benar saya tidak kenal dia. Silakan datangkan
ke sini. Kalau memang pemerintah itu jantan, laki-laki itu
datangkan ke sini. Jangan takut pada Amerika. Takutlah pada
Allah. Kalau Amerika itu memang benar-benar, datangkan Faruq
ke sini. Itu namanya bukti yang benar. Jangan omong saja.
Saya siap sewaktu-waktu. Saya tidak akan lari.
MODERATOR: Satu hal lagi Pak Kyai. Ada tokoh
bernama Fathurrahman Al-Ghazi dan memang confirmed juga,
yang pernah berguru di Ngruki di pesantren Anda. Tentang
santri Anda ada yang berniat bunuh diri jika Anda ditangkap
oleh polisi. Bagaimana dengan ini?
BA'ASYIR: itu hanya omongan-omongan di luar. Saya
tidak mendengarnya sendiri. Saya membaca koran dan saya juga
terkejut. Saya kira Kalau pun itu ada hanya orang emosi.
MODERATOR: tidak akan ada bom bunuh diri kalau
Anda ditangkap?
BA'ASYIR: Mudah-mudahan tidak ada. Untuk apa? Jadi
persoalannya kalau memang saya ditangkap dan itu untuk
klarifikasi, itu baguslah. Bagaimana saya pernah dipanggil
untuk klarifikasi dulu di Malaysia, saya siap. Hari ini saya
tidak hadir karena saya sakit dan memang saya belum menerima
surat panggilan dari polisi.
FAUZAN: Saya ingin mendukung data dari pak Abu
Bakar Ba'asyir. Jadi memang selama ini terorisme selalu
tidak terdefinisikan. Akhirnya terjadi standar ganda. Satu
sisi Amerika memposisikan Osama sebagai teroris tapi sisi
Amerika tidak mau memposisikan Osama sebagai teroris.
Sekarang Indonesia telah masuk perangkap kampanye isu anti
terorisme yang dilansir oleh Amerika. Amerika hanya punya
dua pilihan; state or ...(?) Kemudian kenapa sasaran dari
terorisme itu adalah Islam fundamentalis? Anda harus membuka
seized the moment (???) yang ditulis oleh mantan presiden
Amerika Richard (who?) dia menulis ada lima ciri Islam
fundamentalis. Pertama, mereka yang anti pada Barat. Kedua,
mereka yang ingin menerapkan Syariat Islam. Ketiga, mereka
yang ingin membangun peradaban Islam. Keempat, mereka yang
tidak ingin memisahkan Islam dan negara. Dan kelima, mereka
yang menjadikan masa lalu menjadi panduan untuk masa depan.
Sehingga dengan ciri lima ini mana pun dan dimana pun
gerakan Islam, maka akan dicap sebagai gerakan Islam
fundamentalis sama dengan teroris. Dan itu pula yang
diproklamirkan oleh JI dengan situsnya. Tapi sekarang sudah
tidak ada. Sekarang sudah dicabut. Saya kira apa yang
dimaksud Abu Bakar Ba'asyir tadi sudah tepat. Jadi sasaran
teroris adalah umat Islam. Bagi kami teroris yang sebenarnya
adalah Zionis dan Amerika. Amerika itu pun hanya sebagai
korban. Saya katakan ketika ada media baru mengatakan kepada
saya "apakah Anda memusuhi kami warga Amerika?" Tidak. Warga
Amerika banyak juga yang muslim. Mereka saudara-saudara
kami. Kami hanya tidak ingin kebijakan politik luar negeri
pemerintah Anda. Kenapa politik pemerintah mendukung Israel
habis-habisan? Sehingga pemerintah Anda telah menyeret warga
Amerika yang tidak berdosa ke dalam konflik yang
berkepanjangan. Oleh karena itu supaya mereka sadar dan
kalau bisa masuk Islam, supaya selamat dunia akhirat.
ULIL: Inilah bentuk propaganda ala Mujahidin. Ini
juga black propaganda yang sama berbahayanya black
propagandanya Bush. Makanya saya pernah nulis bahwa Bin
Ladenisme itu bisa dilakuan oleh Bush, bisa dilakukan oleh
Osama. Saya tidak peduli apakah hal semacam ini dilakukan
oleh Amerika terhadap Irak. Itu saya kritik juga. Jelas
perlakuan Amerika di Palestina itu jelas-jelas salah. Tetapi
kita juga tidak boleh mengabaikan dan jangan lupa sekarang
ada terorisme atas orang Islam di Ayodia, India. Itu semua
fakta. Tapi fakta pula bahwa Al-Qaedah ini jaringan yang
berbahaya. Dan tidak ada untungnya orang Islam membela Osama
dan menganggapnya sebagai pahlawan seolah-olah dia wakil
dari dunia Islam. Bagi saya tidak ada manfaatnya sama
sekali. Saya sebagai orang Islam merasa insulted (?) saya
merasa betul-betul tersinggung karena Osama seperti hero.
Dan itu dikatakan berkali-kali oleh Abu Bakar Ba'asyir. Bagi
saya, bagaimana Osama dianggap sebagai pahlawan Islam? Tidak
bisa itu. Ini menurut saya membodohi pandangan umat Islam di
kalangan masyarakat bawah. Ini semua tidak boleh diteruskan.
Orang Islam semua harus sadar bahwa fakta ada kekerasan. Ini
ada jaringan kekerasan. Kita usut siapa pun orangnya. Yang
terbukti nanti militer, yang terbukti nanti Abu Bakar
Ba'asyir, atau Osama itu harus diadili.
KELIK PRD: Seperti tadi saya katakan, sebetulnya
ada dua tugas utama yang pokok. Satu sisi harus mencari
aktor pengeboman, yang kedua persoalan harus mencari akar
penyebab terjadinya terorisme ini. Satu kita melihat krisis
dunia yang saat ini sedang terjadi kemudian bagaimana
tindakan Amerika melakukan ekspansi penyerangan ke Israel
(Kok?), Irak, Afganistan. Kemudian saya ingatkan bahwa itu
semata-mata bukan persoalan antara Islam dan Barat. Karena
untuk menyerang Afganistan pun Amerika minta bantuan
negara-negara Islam. Untuk menyerang Irak pun Amerika masih
mencari dukungan negara-negara Islam. Sehingga tidak benar
sama sekali bahwa persoalan yang terjadi saat ini adalah
persoalan Islam dengan Amerika. Kemudian yang sukup lebih
penting lagi adalah bagaimana sebenarnya pemerintah Megawati
ini merespon. Mampu tidak pemerintahan Megawati ini mengusut
tuntas kasus yang terjadi di Bali ini. Saya tadi katakan
seperti yang telah dikemukan oleh Ulil bahwa bukan berarti
statement saya berarti bahwa terorisme itu sudah biasa dan
dilakukan oleh negara kita. Bukan berarti saya melegitimasi
apa yang dilakukan teroris saat ini. Karena itu benar-benar
sebuah pengkhianatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Siapa
pun yang melakukannya itu benar-benar tidak layak lagi hidup
di tetapi yang lebih penting saat ini bisa tidak
pemerintahan Megawati ini dengan tadi yang diutarakan oleh
Ulil bahwa pemerintahan Megawati tidak punya perspektif
ekonomi, perspektif politik. Kemudian solusinya apa. Itu
sebenarnya yang sangat penting untuk ke depan. Karena yang
saya takutkan bahwa dampak dari serangan terorisme ini
adalah persoalan kembalinya rezim lama, kembalinya pola-pola
security approach yang dilakukan oleh negara dan ini,
seperti yang dikatakan Pak Muhyar tadi, sekuat apa pun rumah
kita itu pasti ada tikus yang masuk. Makanya jangan sampai
RUU anti terorisme ini kemudian disahkan oleh DPR, yang kita
juga harus belajar bahwa selama ini Suharto telah melakukan
pola yang sama dan itu telah melahirkan sebuah perubahan
yang cukup mahal bagi bangsa Indonesia. Itu sebenarnya yang
tidak ingin kita harapkan bahwa terorisme ini kemudian
melegitimasi tindakan negara untuk melakukan represif.
MODERATOR: Apa yang tadi diperdebatkan oleh Ulil
dan Fauzan, dan tadi diberi perspektif lain oleh Kelik, itu
juga ternyata yang berpengaruh pada kerja Anda dan
teman-teman Anda.
MUHYAR: Ketakutan Kelik ini terhadap perpu anti
terorisme, menurut saya, tidak komprehensif. Benar pada masa
Suharto ada UU subversi.. Tapi tidak hanya itu. Bahwa pada
masa Suharto ada DPR yang dikebiri. Pada masa Suharto ada
kekuatan militer yang sangat dominan. Pada masa Suharto ada
Suharto sendiri yang jadi tiran. Tetapi pada masa sekarang
kita ada pemerintahan, ada suasana yang demokratis yang Anda
sendiri perjuangkan. Ada pers yang bebas. Ada DPR yang
semakin menguat. Maka adanya UU anti terorisme tidak akan
mungkin menjadi suatu UU yang berada dil luar sistem. UU
anti terorisme ini pun harus berada di dalam sistem.
Sehingga tidak mungkin UU ini akan berada dan digunakan
untuk tindakan-tindakan seperti pada masa orde baru dulu.
Jadi, menurut saya, itu kekhawatiran yang seperti asap. Yang
kerangka logikanya tidak masuk. Karena faktor-faktornya
tidak masuk. independen variabelnya tidak masuk. Jadi,
menurut saya, bahwa ini adalah suatu kejahatan. Tindakan
terorisme harus dilengkapi dengan satu perangkat hukum yang
sesuai dengan semangat demokrasi, dengan semangat
penghargaan HAM. Itulah yang kita butuhkan. Dan bilamana
nanti ada penyelewengan, maka mekanisme demokrasi yang sudah
berjalan sekarang tentunya kita harapkan mampu mencegah
hal-hal itu.. Tetapi jangan karena ketakutan kita, kemudian
mengharamkan UU anti terorisme ini dengan mengasumsi, biarin
saja terorisme ada yang penting tidak ada penyelewengan.
Padahal penyelewengan itu sebenarnya adalah ketakutan yang
semu.
MODERATOR: Kenapa Anda tidak mau terlibat dalam
perdebatan tadi.
MUHYAR: Itu dimensinya sudah lain. Saya paham itu
karena saya beragama Islam, saya belajar, saya ngaji juga.
Kalau sebagai pribadi mungkin saya ikut juga, tetapi dalam
hal ini saya bertindak sebagai juru bicara.
HERU: Diskusi tentang siapa dalang pemboman di
Bali, saya pikir kita harus menggarisbawahi siapanya. Dan
mungkin ada banyak motif bermunculan saat ini, bahkan
dipolitisasi ke berbagai macam hal, termasuk penerbitan
perpu dan macam-macam ini. Ada satu motif yang dilupakan
orang-orang yaitu motif ekonomi, motif bisnis. Motif yang
disebutkan sejak awal oleh Kapolda Bali, yaitu bahwa ini
tindakan kriminal biasa. Tapi kemudian karena korbannya
sekian ratus orang dan kemudian ini melibatkan oprg asing
pula, dan banyak disorot dalam satu konteks terorisme, maka
seluruh pikiran kita tertuju pada ini motifnya terorisme.
Kemudian dibuatlah perangkat macam-macam hal. Sampaikan Pak
Muhyar harus sibuk sana sini untuk diskusi terorisme dan
intelejen. Termasuk juga beberapa pakar politik kita
berbicara, kemarin juga di sini, berbicara mengenai kerangka
penataan ulang sistem keamanan nasional, security Internal,
dan macam-macam juga. Kalau menurut saya, tampaknya ada satu
motif yang dilupakan orang, yaitu motif bisnis atau ekonomi
LUBIS: Ada satu motif suatu peradaban yang
dipaksaan oleh suatu kelompok atau suatu negara yang memang
di negara lain atau kelompok lain tidak yakin peradaban yang
dipaksakan ini terhadap negara atau bangsa-bangsa lain, dan
kapitalis ini, kalau mau saya simpulkan, tidak mampu
menjamin suatu perdamaian dunia. Itu dulu motifnya. Dan
kapitalis ini sangat ditentang oleh sebagian orang di muka
bumi ini, karena membuat orang saling bersaing satu sama
lain dan makan memakan. Jadi, otomatis orang dari kelompok
yang ini tidak mau membiarkan peradaban yang dipaksakan oleh
suatu negara itu terhadap negara-negara lain. Jadi kalau di
Bali itu kemungkinan siapa pelaku oleh kejadian itu berbagai
kemungkinan masih mendominasi itu. Bisa jadi Amerika dengan
permainan yang lihai, bisa jadi yang lain. Tetapi untuk
ukuran agama, tentang peradaban ini sebenarnya tidak kita
kkategorikan dalam ukuran agama. Karena sosialisme sudah
mati, tidak bisa lagi untuk menangkal kapitalisme itu. Lalu
muncullah segmen itu.
MODERATOR: bagaimana dengan motif bisnis?
MUHYAR: menurut saya sampai saat sekarang semua
motif terbuka kemungkinannya. Itulah perlunya ada
investigasi dan itulah yang sedang dilakukan sekarang oleh
aparat keamanan dan aparat intelegen.
MODERATOR: Hasil investigasi yang Anda bilang
sudah satu setengah tahun lalu sudah Anda warning itu,
apakah mengarah ke sana juga?
MUHYAR: Menurut saya sulit itu dicari
pilah-pilahnya. Di dalam motif ideologi, politik, mungkin
juga di dalamnya mengandung motif ekonomi. Tetapi kita bisa
menarik satu persatu, karena semua gerakan ini memerlukan
pembiayaan, pendanaan, yang saling bertautan. Beberapa waktu
yang lalu Bani Indonesia mengusulkan suatu sistem keamanan
yang baru dalam mencetak cek dan giro, warkat kliring.
Karena dicurigai masuknya dana-dana dalam kaitan dengan
pencucian uang, money laundring. Yang diduga, dicurigai,
dikhawatirkan digunakan juga untuk kegiatan-kegiatan di luar
kegiatan bisnis, umpamanya. Seperti semua ini saling
bertautan. Selalu terbuka.
FAUZAN: Hasil kajian departemen kami sudah kami
pers release-kan. Mengapa yang dibom Bali yang mayoritas
Hindu, kemudian Manado yang mayoritas kristen. Ini persis
seperti apa yang diharapkan oleh pelaku pengeboman WTC.
Begitu terjadi itu kemudian minoritas Islam di Eropa,
Amerika, dan di berbagai negara luar mendapat intimidasi.
Dan kita sudah mendengar pasca peledakan bom di Bali ini
bahwa masjid di
(Australia?) menjadi pelampiasan sekian
orang yang terprovokasi bahwa pelaku peledakan bom Bali
adalah umat Islam. Yang saya masih bersyukur adalah bahwa
masyarakat Hindu Bali tidak melakukan hal-hal yang
irrasional. Umpamanya melakukan tindakan pelampiasan kepada
minoritas muslim yang ada di Bali. Demikian pula yang di
Manado. Oleh karena itu kami menghimbau sampai pada sesuatu
yang paling pahit, seandainya benar bahwa Amerika kemudian
menarik seluruh staf diplomatiknya karena pemerintah
Indonesia tidak mau menangkap Abu Bakar Ba'asyir, maka kita
siap bersama-sama hidup prihatin mengencangkan ikat
pinggang. Kalau selama ini yang siap untuk menderita adalah
rakyat, sedangkan aparat, pejabat memang belum siap selama
ini. Jadi, oleh karena itu kita harus siap mulai kemandirian
bersama-sama. Ini himbauan moral saya.
NONG: Ini menarik laporan terakhir mengenai
Al-Faruq sudah mengakui mengenal Abu Bakar Ba'asyir, bahkan
Abu Bakar Ba'asyir menantang pemerintah Indonesia untuk
membawa Faruq ketemu dengan Abu Bakar Ba'asyir. Saya sebagai
orang awam, kita sudah terteror juga dengan berita-berita
Abu Bakar Ba'asyir terlibat, Amerika terlibat. Menurut saya,
informasi ini merupakan kemajuan yang luar biasa. Ada titik
terangnya. Buat Pak Muhyar, sebenarnya ada tidak prosedur
untuk , katakanlah, menghadap-hadapkan Abu Bakar Ba'asyir
dengan Faruq untuk mengklirkan kasus ini. Benar tidak
terlibat. Jadi tidak dari satu pihak saja, misalnya polisi
sudah dapat oleh-oleh bahwa benar Faruq mengakui Abu Bakar
Ba'asyir itu terlibat dalam kasus-kasus yang terjadi selama
ini. Kedua, kepada Mas Fauzan, berdasarkan kajian atas apa
bahwa paristiwa yang selama ini terjadi itu kemudian
berdampak pada umat Islam. Seakan-akan ini sudah
diperhitungkan. Kalau saya melihat Mas Fauzan ingin
menariknya pada bahwa ini tentu saja orang yang ingin
menghancurkan umat Islam. Katakanlah seperti itu. Saya ingin
tahu kajiannya seperti apa. Saya lagi-lagi mengakibatkan
opini publik. Seakan-akan ingin menghancurkan umat Islam.
Padahal saya setuju dengan imam saya Ulil bahwa apapun
kenyataan yang dinyatakan untuk publik kita harus
berdasarkan fakta yang jelas juga. Kita harus fair bahwa
kalau memang ada umat Islam yang melakukan kekerasan seperti
sekarang ini, katakanlah benar umat Islam yang melakukan.
Kita harus mengakui itu. Jangan sampai Islam ternodai oleh
orang-orang yang melakukan kekerasan itu.
BA'ASYIR: Jadi cobalah kita berpikir secara dingin
saja. Mengapa kalau Amerika berkokok terorisme adalah
Osamah, terorisme adalah Al-Qaedah tanpa ada bukti mereka
membuat perbuatan yang membunuh orang atau menghancurkan
gedung-gedung tanpa sebab. Kalau dia seandainya
mengahncurkan kepentingan Amerika itu suatu pembelaan.
Tetapi mengapa kita tidak berani mengatakan bahw Amerika itu
teroris. Israel itu teroris. Karena jelas mereka itu telah
membunuhi orang yang tidak berdosa demi kepentingan dirinya
untuk menguasai mereka itu. Mari kita mengoreksi diri
masing-masing. Mengapa kita tidak berani mengatakan Amerika
itu terorisme padahal buktinya jelas. Saya tidak keberatan
Osama dikatakan teroris asal ada bukti yang jelas. Siapa
yang tidak bisa kalau hanya berkokok saja. Tapi sampai
sekarang Amerika tidak bisa membuktikan. Taliban juga
begitu. Ternyata Amerika tujuannya untuk mengahncurkan
pemerintah Islam dan diganti dengan pemerintah sekuler
supaya bisa didikte. Persoalannya ini. Ini yang saya minta
keadilan. Saya setuju kalau misalnya ada orang Islam yang
berbuat satu kerusakan memang harus dihukum dan harus
dinilai dengan secara adil. Tetapi mari kita mencoba adil
menilai orang kafir. Persoalannya di situ. Mari kita adil
menilai Amerika dan Islam. Jadi persoalannya tadi yang sudah
dijelaskan, mengapa kejadiannya di Bali yang mayoritasnya
orang Hindu. Mengapa di Manado. Di Bali itu ada dua
peledakan, yang satu peledakan dahsyat yang satu yang
seperti mercon saja. Itu seperti menggambarkan bahwa memang
orang Islam akan mengahncurkan Amerika dan demikian pula
orang Islam akan menghancurkan orang non Islam. Jadi memang
diarahkan bahwa memang di Indonesia itu ada teroris, dan
teroris itu orang Islam. buktinya yang dibunuh orang non
Islam dan kedutaan Amerika yang tidak apa-apa itu. Ini yang
perlu kita analisa dengan tenang dan jujur. Saya hanya minta
jujur.
MODERATOR: Foto atau pengakuan apa bisa dijadikan
bukti?
MUHYAR: Foto atau pengakuan itu salah satu bukti.
Dan bukan satu-satunya bukti kalau hanya pengakuan. Harus
dilengkapi dengan bukti-bukti material yang lain. Karena
kalau dari pengakuan kontra pengakuan itu berarti your words
against my words. Tidak ada habis-habisnya proses hukum.
Oleh karena itu pengakuan saja itu belum cukup menjadi
bukti. Jadi kalau tuntutan Abu Bakar Ba'asyir dikonfrontir
itu juga tidak ada habis-habisnya. Faruq mengatakan saya
kenal, Abu Bakar Ba'asyir mengatakan saya tidak kenal.
Bagaimana tentu nanti akan ada saksi. Ada bukti hukum lain
yang melengkapi. Biarlah proses hukum ini berjalan. Dan
mekanismenya tidak begitu. Kalau ada yang menuduh terus yang
dituduh didudukkan bersama-sama.. Benar tidak ini. Karena
ada mekanisme investigasi. Tentu kepolisian akan mencari
bukti yang lain sebagai pelengkap. Tetapi mengenai masalah
bukti dalam terorisme jangan kita berpikir secara
konvensional. Terorisme merupakan suatu jaringan yang
terdiri dari sel-sel. Sekarang kita mau tahu siapa yang
melempar bom itu. Mungkin itu bisa kita tahu. Tetapi siapa
yang mendorong orang itu untuk melakukan dan melempar
granat, kadang kala kita tidak menemukan bukti materil.
Karena demikian sel terpotong-potong. Mungkin saja sel yang
di atasnya dia tidak tahu, apalagi yang di atasnya. Jadi
pengertian pembuktian dalam hal terorisme merupakan hal yang
tidak konvensional. Jadi jangan kita terpaku pada pemikiran
yang normatif konvensional. Yang tadi Abu Bakar Ba'asyir
katakan itu mudah dipatahkan. Saya sarankan Abu Bakar
Ba'asyir mencari alasan yang lain biar lebih kuat lagi.
Kalau perlu nanti dibantu sama teman-teman supaya alasannya
lebih kuat.
BA'ASYIR: memang saya tidak kenal. Silakan cari
bukti-bukti atau saksi-saksi yang lain. Saya siap stiap
saat. Memang saya tidak tahu menahu dan tidak kenal.
ROY: Memang siapa pelaku di Bali perlu ditemukan,
tetapi siapa yang harus paling bertanggung jawab itu juga
harus dibuka. Siapa yang paling bertanggung jawab
menciptakan situasi sosial politik yang melahirkan,
mengambangkan tindakan-tindakan atau metode-metode pemboman
terhadap rakyat sipil. Justru saya kecewa Abu Bakar Ba'asyir
bilang seolah-olah memiliki legitimasi kematian orang-orang
di WTC dengan alasan bahwa orang Palestina pun dibombardir.
Itu justru semakin menegasikan atau meniadakan bahwa ada
solidaritas rakyat Israel terhadap rakyat Palestina. Karena
bom-bom bunuh diri justru membuat takut rakyat Israel. Itu
kelompok-kelompok yang menggunakan analisa sempit semacam
itu. Kedua, yang paling bertanggung jawab adalah jelas
kebijakan-kebijakan imperealis AS yang justru melahirkan
bom-bom bunuh diri. Yang justru melahirkan para
teroris-teroris baru. Ketiga, yang paling bertanggung jawab
adalah negara-negara atau pemerintah negara dunia ketiga
yang dulu untuk mempertahankan kekuasaannya
mengorganisasikan kelompok-kelompok yang kemudian sekarang
menjadi teroris. Siapa yang tidak tahu bahwa jaringan
Al-Qaedah yang sekarang dikabarkan di Afganistan itu dulu
diorganisir oleh badan intelejen Pakistan untuk memanfaatkan
permainan di dalam Afganistan sendiri. Atau contoh di
Indonesia. Kita masih ingat pada tahun 98-99 yang namanya
pendirian FPI itu dihadiri oleh Nugroho Jayusman dan Teja
Suparman. Aku pikir di situ yang harus dipertegas.
LUDI: Pertama, yang ingin saya tanyakan dan
mungkin bisa diungkapkan di publik adalah sebelum terjadi
peristiwa di Bali informasi apa yang diperoleh BIN akan
terjadi suatu peristiwa itu. Mungkin informasi ini bisa
disampaikan ke publik secara terbuka. Kedua, langkah apa
yang akan BIN lakukan untuk mencegah rentetan peristiwa ini
agar tidak terjadi lagi.
SANTOSO: saya kira masalah terorisme ini adalah
masalah yang sangat kompleks. Dalam kaitan ini saya kira ada
dua statement dari Klik dan Fauzan yang luput dari
pendalaman dari diskusi ini. Tadi Fauzan mengatakan bahwa
ini adalah barangkali salah satu bentuk couter hegemoni.
Kelik mengatakan kita jangan terjebak hanya pada siapa
dalangnya. Coba lihat akar masalah munculnya terorisme ini.
Fenomena apa ini sebenarnya. Dalam kaitan ini saya ingin
mendapatkan Analisa dari pihak BIN, kalau kita di tingkat
wacana kita kembalikan persoalan ini di sekitar akhir
robohnya negara-negara sosialisme itu, ada suatu kebutuhan
suatu tatanan dunia baru, demikian propaganda dari Amerika.
Dan ditingkatan wacana ada suatu dominasi, yaitu dari
Huntington the Clash of civilization, di situ kita tahu
betul bagaimana visi Amerika terhadap Islam. Saya ingin tahu
bagaimana assessment BIN terhadap persoalan-persoalan ini
dalam kaitan wacana internasional itu, karena ini merembes
politik luar negeri Amerika dan terus kepada negara-negara
yang menerima bantuan Amerika itu. Dan nasihat analisa BIN
bagaimana. Apakah merembes kepada negara Indonesia ini?
GINANJAR: Pertama, Pak Muhyar, upaya Anda untuk
menghindar dengan mengatakan tidak ingin ikutan dalam
perdebatan Ulil dan Fauzan itu justru menjadi salah satu
yang memberi energi bagi sejumlah kalangan untuk mengatakan
bahwa agama adalah hak mereka sendiri. Sementara kita umat
biasa seakan-akan tidak ada hak untuk bicara apapun atas
agama. Sehingga ketika ada imam bilang begitu kita harus
terima. Saya kira sikap Anda sangat berbahaya. Yang itu
membuat monopoli dominasi dari kalangan yang kemudian juga
meligitimasi teror. Kedua, saya tidak kaget ketika Hamzah
Haz, kita tahu bagaimana motifnya ketika menyudutkan BIN dan
sebagainya. Tapi saya juga tidak kaget bahwa BIN itu jelek,
karena lihat saja tokoh-tokoh intelejen bekas BAKIN dan
sebagainya. Maulani. Untuk kasus apapun yang dibicarakan
hanya Amerika, Israel. Sama dengan tahayul-tahayul politik,
tahayul keamanan dunia sekarang yang dipelihara seakan-akan
untuk mengatakan bahwa Indonesia adalah negara yang bersih
dari apa pun juga. Umat Islam adalah umat yang bersih dari
apapu juga.
MUHYAR: Pertama, saya ingin menjawab tidak ada
satu negara pun, tidak ada satu dinas intelejen dari negara
manapun bisa mengetahui pada saat-saat terakhir dimana
objek, dimana sasaran, apa yang akan dilakukan oleh
kelompok-kelompok teroris itu. Karena untuk mengetahui itu
akan memerlukan satu kegiatan yang sangat rumit. Harus ada
orang yang dimasukkan ke dalam. Itu sudah teknis. Itu BIN
tidah tahu. Tetapi untuk mengetahui peningkatan aktivitas
dari jaringan, itu sudah kita warning. Makanya belum lama
ini kita melakukan ada upaya penangkapan bersama dengan
kepolisian. Sayam reda(?), umpamanya. Karena kita melihat
ada itu. Dan di dalam catatan harian Sayam reda ketika
disita itu ada catatan-catatan tentang eksplosif devices.
Tapi pada saat itu kemudian reaksi demikian begitu kuat,
bahkan ada yang mengatakan tangkap saya dulu. Tapi saya
tidak mau mengulang itu lagi. Kedua, saya katakan saya hadir
di sini mewakili satu institusi. Tentu saya tidak bisa ikut
campur dalam perdebatan agama yang sudah sedemikian dalam..
Itu di luar tugas dan wewenang saya. Maka saya pribadi saya
mau ikut-ikut juga biar bisa belajar menambah kedalaman.
Ketiga, saya tidak bisa terima kalau Maulani, Manulang
adalah identik dengan BIN. Mereka mungkin pernah menjadi
bagian dari anggota badan intelejen pada masa yang lalu.
Bukan pada masa BIN yang sekarang. Saya bukan intelejen.
Tapi katanya seorang intelejen pada hari pertama, pada jam
pertama dia mengikuti pendidikan Anda adalah seseorang yang
tidak pernah ada. You are the man who never was. Kalau
kemudian muncul ada seorang intelejen sebelum mati
mengatakan dia intelejen itu berarti dia bukan orang
intelejen.
ULIL: Pokoknya prinsipnya adalah sekarang ini
ancaman terorisme itu sudah dihadapan mata kita dan menurut
saya tidak ada lagi kemewahan waktu untuk berdebat persoalan
apakah ini mencemarkan agama tertentu, mencampuri kedaulatan
bangsa kita, atau pun menarik terlalu jauh kepada akar-akar
masalah yang lebih luas. Tentu kita diskusikan akar-akar
terorisme lebih luas, tetapi ancaman ini sudah di depan mata
kita dan kita harus waspada bahwa ini adalah masalah yang
harus diatasi. Saya kira jangan buang waktulah untuk hal-hal
yang tidak prinsipil. Teori Amerika terlibat atau mesti ini.
Lebih baik kita fokuskan pada sesuatu yang lebih spesifik.
Kalau keliru misalnya, ok kita koreksi. Tapi masalah ini
sudah mendesak.
FAUZAN: Jadi sebagaimana imamnya, saya kira Nong
juga hanya menggunakan otak untuk menganalisis sesuatu. Jadi
selamat Anda telah berhasil mencabut jilbab Anda untuk
menunjukkan Anda adalah seorang yang sangat rasional. Tapi
hanya mengatakan bahwa ketika Deplu menyebut bahwa Yogya dan
Solo adalah tempat yang mengancam warga negara asing. Maka
apa yang mesti kita analisis? Kenapa tidak menyebut yang
lain? Yogya itu markas Mujahidin. Solo itu tempat dimana Abu
Bakar Ba'asyir tinggal. Reaksi Sultan Hamengkubuwono X
sangat realistis, yaitu kemudian memprotes sikap Amerika
dengan membatalkan kunjungan ke sana. Kami melihat bahwa bom
yang meledak di Bali dan di Manado adalah untuk mengaddu
domba antar umat beragama. Tetapi kami merasa yakin bahwa
umat beragama tidak akan mudah diadu domba oleh Amerika.
Saya kira harus menyatukan langkah untuk memulai hidup baru
sebagai bangsa yang mandiri.
KELIK: Mungkin statement terakhir. Sebetulnya yang
perlu kita antisipasi adalah what next, apa yang akan
terjadi ke depan. Artinya ini sebuah antisipasi dari
katakanlah kelompok-kelompok prodem yang selama ini berjuang
kemudian tiba-tiba dihancurkan, kalau saya bilang, dengan
tindakan pengeboman di Bali kemarin yang sehingga
meligitimasi bagi negara untuk melakukan security approach
lagi. Ini yang sebetulnya sangat penting bagi
gerakan-gerakan demokratisasi untuk melihat atau
mengeliminir terjadi tindakantindakan teroris yang itu
di luar kemanusiaan. Kedua, persoalan mampu itdak
pemerintahan Megawati ini untuk mengusut tuntas kasus
ini.
* * *
From: Haniwar Syarif [syarif@centrin.net.id]
Sent: 01 Desember 2002 19:23
To: mus-lim@isnet.org
Subject: [mus-lim] diskusi terorisme
|