|
Muhammad Imaduddin Abdulrahim
Wafat
TEMPO
Interaktif, Jakarta: Sabtu, 02 Agustus 2008 | 13:48
WIB
Sesepuh Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi
Bandung, Muhammad Imaduddin Abdurrahim, meninggal dunia di
kediamannya Jalan Bulak Raya Nomor 33, Klender, Jakarta
Timur. Sabtu (2/8) pukul 09.00 WIB.
Bang Imad, panggilan akrab Imaduddin, meninggal dalam
usia 77 tahun. Rencananya, jenazah penulis buku Kuliah
Tauhid itu akan dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Pondok
Kelapa, Jakarta Timur, pukul 16.00 WIB.
Bang Imad lahir pada 3 Zulhijjah 1349H atau 21 April
1931M di kota kecil Langkat, Sumatera Utara. Ia lahir dari
pasangan Haji Abdulrahim dan Nyonya Syaifiatul Akmal. Sejak
kecil, Imad dididik dalam tradisi keluarga yang patuh dan
taat pada ajaran Islam.
Selama hidupnya, Bang Imad dikenal aktif berkiprah untuk
kepentingan umat Islam. Antara lain, ia tercatat sebagai
pendiri Masjid Salman ITB, penggagas berdirinya Ikatan
Cendekiawan Muslim Indonesia dan Bank Muamalat. Hingga dua
tahun lalu, Bang Imad juga masih aktif di Dewan Dakwah
Islamiyah Indonesia.
Sebelumnya, Doktor Filsafat Teknik Industri dan
Engineering Valuation dari Iowa State University, Ames,
Iowa, AS, ini juga pernah aktif di organisasi Islam, seperti
Hizbullah, Himpunan Mahasiswa Islam, dan Pemuda Islam
Indonesia.
OBITUARI
Bang Imad, Pendidik Aktivis Masjid,
Berpulang
Kompas,
Minggu, 3 Agustus 2008 | 01:59 WIB
Jakarta, Kompas - Indonesia kembali berduka karena
kehilangan salah satu putra terbaiknya, Imaddudin Abdurrahim
(78). Pendidik para aktivis masjid di Indonesia, pejuang
Islam yang istiqomah dengan akidah yang dipegangnya, dan
penerima anugerah Bintang Maha Putra Utama itu meninggal
hari Sabtu (2/8) pukul 09.15 WIB.
Menteri Sekretaris Negara Hatta Rajasa ketika takziah di
kediaman almarhum Imaddudin di Jalan Bulak Raya, Klender,
Jakarta Timur, Sabtu sore, menyampaikan pesan dari
pemerintah kepada pihak keluarga bahwa almarhum yang
dipanggil akrab Bang Imad itu berhak dimakamkan di Taman
Makam Pahlawan Kalibata.
Almarhum merupakan penerima anugerah Bintang
Mahaputra Utama dari negara bersama almarhum Nurcholish
Madjid dan Amien Rais. Jadi, rencananya besok jenazah akan
diberangkatkan pukul 07.00 pagi dari rumah kediaman,
ujar Hatta.
Atas usulan pihak pemerintah ini, Fasiah Umri, adik
almarhum, sepakat Bang Imad dimakamkan di Taman Makam
Pahlawan Kalibata.
Semula pihak keluarga ingin almarhum dimakamkan
selepas shalat ashar hari ini (Sabtu). Tetapi, atas usulan
pemerintah yang dibawa Mensesneg Hatta Rajasa, kami pihak
keluarga sepakat dengan usulan itu, ujarnya.
Fasiah Umri menjelaskan, almarhum meninggalkan tiga putri
dan seorang putra yaitu Nurhalisa, Sakinah, Halimah, dan
Umar. Adik paling kecil almarhum Bang Imad, Abdullah
Abdurrahim, mengatakan, dia juga menyepakati usulan dari
pemerintah. Itu merupakan bentuk penghargaan dari negara
untuk almarhum dan keluarga.
Saya tadi masih di Medan ketika mendengar kabar.
Alhamdulillah sekarang sudah tiba. Kami selaku pihak
keluarga mengucapkan terima kasih atas perhatian yang
diberikan pemerintah, rekan-rekan seperjuangan almarhum,
serta seluruh kerabat, ujarnya.
Kesan
Hatta Rajasa menilai almarhum Bang Imad sebagai seorang
guru dan pendidik, terutama untuk dunia Islam. Almarhum
dengan gerakan tauhidnya di Masjid Salman Institut Teknologi
Bandung bisa dikatakan sebagai tokoh pendiri aktivis masjid
kampus. Beliau juga banyak berkecimpung dan terlibat
aktif dalam berbagai aktivitas di dunia Islam di Indonesia
dan internasional, ujarnya.
Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan yang ditemui
saat takziah mengatakan, almarhum Bang Imad merupakan
pendidik yang sangat bersemangat. Saya ingat salah
satu kata-katanya bahwa beliau tidak membutuhkan 30 lebih
aktivis, cukup dengan delapan orang yang serius, beliau bisa
bangkitkan jadi aktivis Islam terbaik, ujarnya.
Sejumlah karangan bunga ucapan turut berduka dikirimkan,
antara lain, keluarga mantan Presiden BJ Habibie, Hatta
Rajasa, Jimly Asshiddiqie, AM Fatwa, dan Wakil Presiden
Jusuf Kalla. (MAM)
|