|
D. CONTOH-CONTOH PRIBADI TAWHID DALAM SEJARAH
ISLAM
Agama Islam sepeninggal Rasulullah Muhammad SAW telah
disebarkan ke seluruh pelosok dunia yang sudah mempunyai
kebudayaan yang tinggi ketika itu, terutama jika
dibandingkan dengan kebudayaan bangsa Arab Quraisy sendiri.
Oleh karena itu, banyak di antara bangsa-bangsa ini, yang
biasa menganggap enteng terhadap bangsa gurun pasir ini,
tertegun dan tidak percaya atas kenyataan, bahwa bangsa,
yang selalu dianggap mereka primitif ini, kok tiba-tiba
berani menantang mereka.
Raja Parsi, Kusro umpamanya, telah merobek-robek surat
RasuluLlah yang mengundangnya untuk menerima ajaran Islam.
Raja ini merasa terhina karena surat yang datang dari
seorang "bekas gembala" itu dianggapnya lancang sekali telah
berani mengajarinya tentang kebenaran, padahal ia seorang
kaisar penakluk dunia. Maka raja ini tidak sudi mengakui
perbatasan antara negerinya dengan jazirah Arab, yang ketika
itu sudah menjadi Islam sebelum wafatnya RasuluLlah. Oleh
karena itu daerah perbatasan ini sering mercka ganggu dan
langgar kedaulatannya.
1. Khalid bin Walid Yang Tak
Terkalahkan
Ketika panglima Khalid bin Walid dikirim khalifah
Abubakar Shiddik, dan berhasil mengusir bangsa Parsi ini
keluar perbatasan, mereka masih terus-menerus kembali lagi.
Maka atas usul Khalid, khalifah Abubakar mengirim bantuan
lasykar lagi ke perbatasan itu, sehingga mencapai sepuluh
ribu orang. Panglima Hurmuzan dan Parsi lengkap dengan
barisan bergajah mereka dengan pongahnya mencoba menghadang
pasukan Khalid bin Walid ini, dengan tentara sebanyak lebih
dari seratus ribu. Khalid memulai serangannya dengan
mengirimkan surat lebih dahulu. Dalam surat itu ia
menawarkan tiga pilihan:
- Damai, dengan syarat masing-masing
menghormati perbatasan negara yang ada.
- Menerima ajaran Islam, yang akan menjalin ukhuwah
Islamiyah antara kedua rakyat yang ada. Maka tidak akan
ada soal perbatasan lagi.
- Jika kedua pilihan itu tak bisa diterima, maka
bersiaplah kalian menghadapi kami yang datang dengan
lasykar yang berani hidup, namun ingin mati (syahid)
karena kerinduan mereka kepada Allah.
Dengan persyaratan yang tertulis di surat itu, Hurmuzan
telah mengalami goncangan jiwa (psychological shock) yang
dahsyat, karena bagi mereka tidak pernah ada istilah "ingin
mati". Namun karena kesombongan bangsa ini terhadap bangsa
Arab yang mereka anggap masih terbelakang itu mereka memilih
tawaran untuk perang, apalagi setelah melihat perlengkapan
barisan Muslim ketika itu paling tinggi hanyalah panah dan
kenderaan mereka pun paling cepat hanyalah kuda. Kuda itu
pun terbatas bagi perwira menengah ke atas, sedangkan
kebanyakan anggota lasykar Muslim ketika itu hanyalah
berjalan kaki atau berkendara unta. "Apakah kuda sanggup
berhadapan dengan gajah yang kuat ini?" Demikian pikir
panglima Parsi yang sombong itu.
Khalid mengerahkan barisan Muslimin maju menyerbu di
bawah pimpinannya sendiri yang berpacu di depan. Dengan
mengendarai kudanya yang berlari cepat Khalid menerobos
barisan musuh yang paling lebal sambil mengayunkan pedangnya
ke kiri ke kanan menebas batang leher serdadu musuh,
sehingga terbentuk jalur mayat manusia yang bergelimpangan
akibat tebasan pedang Khalid. Ketika jalur mayat ini
bergerak terus mcnuju ke tempat panglima Hurmuzan, maka
serdadu Parsi menjadi panik. Serbuan Khalid serasa tak
terhankan mereka. Mereka lari porak poranda kehilangan
kepercayaan diri dan akhirnya banyak yang menyerahkan diri
kepada Khalid.
Tentara Parsi yang menyerah itu diperlakukan Khalid
dengan wajar dan baik, sebagaimana layaknya sesuai dengan
contoh dan ajaran Rasulullah SAW. Walaupun sudah menyerah,
harta benda mereka tidak diambil atau dirusakkan, bahkan
tentara yang tadinya buruh tani yang tidak pernah punya
tanah itu diberi hak untuk mempunyai tanah sesuai dengan
kemampuan mereka menggarapnya, maka mereka pun
berbondong-bondong masuk Islam.
Walaupun sebahagian lasykar Muslim syahid dalam
penyerbuan pertama itu, namun jumlah anggota barisan Khalid
bukan berkurang, bahkan bertambah, karena lasykar Parsi yang
menerima Islam sebagai agama mereka yang baru langsung
bergabung dengan barisan Khalid. Melihat kemenangan yang
relatif sangat cepat diperoleh ini, maka Khalid, sesudah
mendapat izin dari Khalifah Abubakar menyerbu terus ke dalam
daerah Parsi, sehingga seluruh negeri itu takluk dalam waktu
yang relatif sangat singkat. Khalid berangkat dari Madinah
untuk tugas ini pada awal bulan Muharram, dan seluruh
kerajaan Parsi takluk di bawah kekuasaan ummat Islam pada
akhir bulan Zulqaidah, tahun yang sama. Jadi, dalam waktu
kira-kira sebelas bulan sebuah kerajaan yang pada masa itu
dianggap sebagai negara superpower kedua sesudah Romawi
telah takluk kepada kaum Muslimin yang memperkenalkan dan
menghormati hak-hak asasi manusia.
Ketika salah seorang sahabatnya mengingatkan Khalid,
bahwa besok akan masuk bulan Zulhijjah, maka Khalid
merasakan kerinduan menusuk hatinya akan baituLlah. Khalid
memutuskan, bahwa ia harus naik haji, maka ia segera memilih
beberapa ekor kuda yang tercepat dan dengan iringan beberapa
sahabatnya ia segera berderap pulang ke Makkah untuk
mengejar waktu demi melaksanakan haji dengan meninggalkan
daerah kerajaan Parsi yang baru saja ditaklukannya itu.
Ketika khalifah Abubakar mendapat laporan akan kemenangan
Khalid yang gemilang ini ditambah pula oleh kecerobohan
Khalid meningglkan medan sebelum sempat mengadakan
pengamanan seperlunya, maka beliau menulis surat teguran
kepada panglimanya yang gagah perkasa ini.
Khalifah menulis: "Disamping rasa syukurku kepada Allah
SWT dan tanpa mengurangi rasa hormatku atas keteguhan iman
dan kecintaanmu kepada Allah, aku wajib memperingatkan
engkau, bahwa meninggalkan medan sebelum mengadakan
pengamanan seperlunya bukanlah tindakan seorang panglima
yang bertanggung jawab. Oleh karena itu, kami perintahkan
agar engkau pulang ke posmu secepat-cepatnya." Sadar akan
kesalahannya ini, Khalid segera melaksanakan perintah
khalifah itu sesudah menyelesaikan ibadah hajinya dan
melakukan tawaf wada'.
|