Bab 1. Kewajiban Bertaubat dan
Urgensinya
Taubat dari dosa yang dilakukan oleh seorang mu'min --dan
saat itu ia sedang berusaha menuju kepada Allah SWT --
adalah kewajiban agama. Diperintahkah oleh Al Quran,
didorong oleh sunnah, serta disepakati kewajibannnya oleh
seluruh ulama, baik ulama zhahir maupun ulama bathin. Atau
ulama fiqh dan ulama suluk. Hingga Sahl bin Abdullah
berkata: Barangsiapa yang berkata bahwa taubat adalah tidak
wajib maka ia telah kafir, dan barangsiapa yang menyetujui
perkataan seperti itu maka ia juga kafir. Dan ia berkata:
"Tidak ada yang lebih wajib bagi makhluk dari melakukan
taubat, dan tidak ada hukuman yang lebih berat atas manusia
selain ketidak tahuannya akan ilmu taubat, dan tidak
menguasai ilmu taubat itu (Di sebutkan oleh Abu Thalib Al
Makki dalam kitabnya Qutul Qulub, juz 1 hal. 179).
Taubat dalam Al Quran
Al Quran memberi perhatian yang besar terhadap taubat
dalam banyak ayat-ayat yang tersebar dalam surah-surah
Makkiah atau Madaniah. Kita akan membaca ayat-ayat itu
nantinya, insya Allah.
"Bertaubatlah kepada Allah SWT dengan Taubat
yang semurni-murninya".
Di antara perintah yang paling tegas untuk melaksanakan
taubat dalam Al Quran adalah firman Allah SWT:
"Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah
kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya,
mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus
kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga
yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika
Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman
bersama dengan dia; sedang cahaya mereka memancar di
hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka
mengatakan: "Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami
cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha
Kuasa atas segala sesuatu" (QS. At Tahrim: 8).
Ini adalah perintah yang lain dari Allah SWT dalam Al
Quran kepada manusia untuk melakukan taubat dengan taubat
nasuha: yaitu taubat yang bersih dan benar. Perintah Allah
SWT dalam Al Quran itu menunjukkan wajibnya pekerjaan ini,
selama tidak ada petunjuk lain yang mengindikasikan
pengertian selain itu. Sementara dalam ayat itu tidak ada
petunjuk yang lain itu. Oleh karena itu, hendaknya seluruh
kaum mu'min berusaha untuk menggapai dua hal atau dua tujuan
yang pokok ini. Yaitu:
- Menghapuskan dosa-dosa
- Masuk ke dalam surga.
Seluruh individu muslim amat membutuhkan dua hal ini:
Pertama: agar kesalahannya dihapuskan, dan
dosa-dosanya diampunkan. Karena manusia, disebabkan sifat
kemanusiaannya, tidak mungkin terbebas dari kesalahan dan
dosa-dosa. Itu bermula dari kenyatan elemen pembentukan
manusia tersusun dari unsur tanah yang berasal dari bumi,
dan unsur ruh yang berasal dari langit. Salah satunya
menarik ke bawah sementara bagian lainnya mengajak ke atas.
Yang pertama dapat menenggelamkan manusia pada perangai
binatang atau lebih buruk lagi, sementara yang lain dapat
mengantarkan manusia ke barisan para malaikat atau lebih
tinggi lagi.
Oleh karena itu, manusia dapat melakukan kesalahan dan
membuat dosa. Dengan kenyataan itu ia membutuhkan taubat
yang utuh, sehingga ia dapat menghapus kesalahan yang
diperbuatnya.
Kedua: agar ia dapat masuk surga. Siapa yang tidak
mau masuk surga? Pemikiran yang paling berat menghantui
manusia adalah: akan masuk kemana ia nantinya di akhirat.
Ini adalah masalah ujung perjalanan manusia yang paling
penting: apakah ia akan selamat di akhirat atau binasa?
Apakah ia akan menang dan bahagia ataukah ia akan mengalami
kebinasaaan dan penderitaan? Keberhasilan, kemenangan dan
kebahagiaan adalah terdapat dalam surga. Sedangkan
kebinasaan, kekecewaan serta penderitaan terdapat dalam
neraka:
"Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan
dimasukkan ke dalam surga maka sungguh dia telah
beruntung. Kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah
kesenangan yang memperdayakan" (QS. Ali Imran: 185.).
Bertaubatlah Kalian Semua Kepada
Allah SWT, Wahai Orang-orang yang Beriman
Di antara ayat Al Quran yang berbicara tentang taubat
adalah firman Allah:
"Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah,
hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung" (QS.
An-Nur: 31).
Dalam ayat ini, Allah SWT memerintahkan kepada seluruh
kaum mu'minin untuk bertaubat kepada Allah SWT, dan tidak
mengecualikan seorangpun dari mereka. Meskipun orang itu
telah demikian taat menjalankan syari'ah, dan telah menanjak
dalam barisan kaum muttaqin, namun tetap ia memerlukan
taubat. Di antara kaum mu'minin ada yang bertaubat dari
dosa-dosa besar, jika ia telah melakukan dosa besar itu.
Karena ia memang bukan orang yang ma'shum (terjaga dari
dosa). Di antara mereka ada yang bertaubat dari dosa-dosa
kecil, dan sedikit sekali orang yang selamat dari dosa-dosa
macam ini. Dari mereka ada yang bertaubat dari melakukan
yang syubhat. Dan orang yang menjauhi syubhat maka ia telah
menyelamatkan agama dan nama baiknya. Dan diantara mereka
ada yang bertaubat dari tindakan-tindakan yang dimakruhkan.
Dan di antara mereka malah ada orang yang melakukan taubat
dari kelalaian yang terjadi dalam hati mereka. Dan dari
mereka ada yang bertaubat karena mereka berdiam diri pada
maqam yang rendah dan tidak berusaha untuk mencapai maqam
yang lebih tinggi lagi.
Taubat orang awam tidak sama dengan taubat kalangan
khawas, juga tidak sama dengan taubat kalangan khawas yang
lebih tinggi lagi. Oleh karena itu ada yang mengatakan:
"Kebaikan kalangan abrar adalah kesalahan orang-orang
kalangan muqarrabin!" Namun, dalam ayat itu, semua mereka
diperintahkan untuk melakukan taubat, agar mereka
selamat.
Pengarang kitab Al Qamus memberikan komentar atas ayat
ini dalam kitabnya (Al Bashair): Ayat ini terdapat dalam
kelompok surah Madaniyyahh . Allah tujukan kepada kaum yang
beriman dan kepada makhluk-makhluk-Nya yang baik, agar
mereka bertaubat kepada-Nya, setelah mereka beriman, sabar,
hijrah dan berjihad. Kemudian mengaitkan keberuntungan
dengan taubat "agar kalian beruntung". Yaitu mengaitkan
antara sebab dengan yang disebabkan. Dan menggunakan dengan
'adat' "la'alla" untuk memberikan pengertian pengharapan.
Yaitu jika kalian bertaubat maka kalian diharapkan akan
mendapatkan keberuntungan, dan hanya orang yang bertaubat
yang berhak mengharapkan keberuntungan itu.
Sebagian ulama suluk berkata: Taubat adalah wajib bagi
seluruh manusia, hingga bagi para nabi dan wali-wali
sekalipun. Dan janganlah engkau duga bahwa taubat hanya
khusus untuk Adam a.s. saja. Allah SWT befirman:
"Dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah
ia, kemudian Tuhannya memilihnya maka Dia menerima
taubatnya dam memberinya petunjuk" (QS. Thahaa: 121-122).
Namun ia adalah hukum yang azali dan tertulis bagi umat
manusia sehingga tidak mungkin dapat diterima sebaliknya.
Selama sunnah-sunnah (ketentuan) Ilahi belum tergantikan.
Maka kembali --yaitu dengan bertaubat-- kepada Allah SWT
bagi setiap manusia adalah amat urgen, baik ia seorang Nabi
atau orang yang berperangai seperti babi, juga bagi wali
atau si pencuri. Abu Tamam berkata:
"Jangan engkau sangka hanya Hindun yang
berhianat, itu adalah dorongan peribadi dan setiap orang
dapat berlaku seperti Hindun!
Perkataan itu didukung oleh hadits:
"Seluruh kalian adalah pembuat salah dan dosa, dan orang
yang berdosa yang paling baik adalah mereka yang sering
bertaubat". Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dan lainnya
dari Anas. Juga taubat itu adalah wajib bagi seluruh
manusia. Ia wajib dalam seluruh kondisi dan secara terus
menerus. Pengertian itu dipetik dari dalil yang umum, Allah
SWT berfirman: " dan bertaubatlah kamu sekalian kepada
Allah". Karena manusia tidak mungkin terbebaskan dari dosa
yang diperbuat oleh anggota tubuhnya. Hingga para nabi dan
orang-orang yang saleh sekalipun. Dalam Al Quran dan hadits
disebutkan tentang dosa-dosa mereka, serta taubat dan
tangisan sesal mereka.
Jika suatu saat orang terbebas dari maksiat yang
dilakukan oleh tubuhnya, maka ia tidak dapat terlepas dari
keinginan berbuat maksiat dalam hatinya. Dan jikapun tidak
ada keinginan itu, dapat pula ia merasakan was-was yang
ditiupkan oleh syaitan sehingga ia lupa dari dzikir kepada
Allah SWT. Dan jika tidak, dapat pula ia mengalami kelalaian
dan kurang dalam mencapai ilmu tentang Allah SWT,
sifat-sifat-Nya serta perbuatan-perbuatan-Nya. Semua itu
adalah kekurangan dan masing-masing mempunyai sebabnya. Dan
membiarkan sebab-sebab itu dengan menyibukkan diri dengan
pekerjaan yang berlawanan berarti mengembalikan diri ke
tingkatannya yang rendah. Dan manusia berbeda-beda dalam
kadar kekurangannya, bukan dalam kondisi asal mereka (Lihat:
Syarh Ainul Ilmi wa Zainul Hilm, juz 1 hal. 175. Kitab ini
adalah mukhtasar (ringkasan) kitab Ihya Ulumuddin).
Orang yang tidak Bertaubat adalah
Orang yang Zhalim
Allah SWT berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu
kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi
mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang
mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita -wanita
(mengolok-olokkan) wanita-wanita yang lain (karena) boleh
Jadi wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari
wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela
dirimu sendiri dan kamu panggil memanggil dengan
gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk pangggilan ialah
(panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang
tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang
zalim." (QS .Al Hujurat: 11)
Setelah Allah SWT melarang kaum mu'minin untuk mencela
seorang muslim --baik ia laki-laki atau perempuan-- serta
mengejeknya dengan ucapan yang menyakitkan atau membuatnya
susah; dan al-Quran menganggap orang yang mengejek sesama
muslim sebagai orang yang mengejek dirinya sendiri, karena
kaum muslimin adalah seperti satu tubuh; Al-Quran juga
melarang untuk saling panggil memanggil dengan panggilan
yang buruk yang tidak disenangi orang. Perbuatan itu semua
akan memindahkan manusia dari derajat keimanan ke derajat
kefasikan. Dari seorang mu'min menjadi seorang fasik, dan
nama yang paling buruk setelah keimanan adalah kefasikan
itu.
Kemudian Allah SWT berfirman:
"Dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka
mereka itulah orang-orang yang zalim". Ini adalah dalil
akan kewajiban bertaubat. Karena jika ia tidak bertaubat
maka ia akan menjadi orang-orang zhalim. Dan orang-orang
yang zhalim tidak akan beruntung.
"Sesungguhnya orang-orang yang zalim tidak akan
beruntung." (QS. Yusuf: 23)
Juga tidak dicintai Allah SWT:
"Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang
zalim."( QS. Ali 'Imran: 57).
Serta mereka tidak mendapatkan petunjuk dari Allah
SWT:
"Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang zalim." (QS. Al Maidah: 51).
Dan mereka juga tidak selamat dari api neraka:
"Dan tidak ada seorangpun daripadamu, melainkan
mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu
kemestian yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami
menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan
orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan
berlutut." (QS. Maryam: 71-72.).
Ayat-ayat yang lain:
Di antara ayata-yat Al Quran yang mengajak kepada taubat
dan menganjurkannya, serta menjelaskan keutamaannya dan
buahnya adalah firman Allah SWT:
"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri."
(QS. Al Baqarah: 222).
Mengajak Kaum Musyrikin dan Kaum Kafir
untuk Bertaubat
Di antara ayat-ayat Al Quran ada yang mengajak kaum
musyrikin untuk bertaubat, serta membukan pintu bagi mereka
untuk bergabung dalam masyarakat muslim, serta menjadi
saudara seiman mereka. Seperti firman Allah SWT dalam surah
at-Taubah setelah memerintahkan untuk memerangi kaum
musyrikin yang melanggar perjanjian damai:
"Jika mereka bertaubat dan mendirikan shalat dan
menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka
untuk berjalan sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang." (QS. at-Taubah: 5).
"Jika mereka bertaubat, mendirikan shalat dan
menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah
saudara-saudaramu seagama." (QS. At-Taubah: 11)
Al Quran juga mengajak orang-orang Kristen untuk
bertaubat dari perkataan mereka tentang ketuhanan al Masih
atau ia sebagai satu dari tiga oknum tuhan! Sedangkan ia
sebetulnya hanyalah seorang hamba Allah. Dan baginya telah
terjadi apa yang terjadi bagi manusia biasa. Serta Al Quran
mengajak untuk menyembah Allah SWT saja.
Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang
berkata: "Sesungguhnya Allah ialah al Masih putera
Maryam", padahal al-Masih (sendiri) berkata: "Hai bani
Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu" Sesungguhnya
orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka
pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya
ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu
seorang penolongpun. Sesungguhnya kafirlah orang-orang
yang mengatakan: " bahwasanya Allah salah satu dari yang
tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Tuhan yang Esa. Jika mereka tidak
berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti
orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa
siksaan yang pedih. Maka mengapa mereka tidak bertaubat
kepada Allah dan memohon ampun kepadaNya? Dan Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al Maidah: 72-74 ).
Bahkan Allah SWT Yang Maha Pemurah juga membuka pintu
taubat bagi orang-orang kafir yang telah demikian keji
menyiksa kaum mu'mimin dan mu' minat, serta telah
melemparkan kaum mu'minin itu ke dalam api yang panas:
"Yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar.
Ketika mereka duduk di sekitarnya. Sedang mereka
menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang
beriman." (QS. al Buruj: 5-7.)
Allah SWT berfirman setelah menyebutkan kisah mereka itu,
bahwa mereka membenci kaum mu'minin itu semata karena kaum
mu'minin beriman kepada Allah SWT semata.
Allah SWT befirman:
"Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan
cobaan kepada orang-orang yang mu'min laki-laki dan
perempuan kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi
mereka azab jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang
membakar." (QS. al Buruuj: 10).
Hasan al Bashri mengomentari ayat ini: "lihatlah
kedermawanan dan kemurahan Allah SWT ini: mereka membunuh
para wali-Nya, dan Dia kemudian mengajak mereka itu untuk
bertaubat dan meminta ampun kepada-Nya!."
Hingga kemurtadan --yaitu orang yang kafir setelah iman-
taubat mereka masih dapat diterima. Allah SWT berfirman:
"Bagaimana Allah akan menunjuki suatu kaum yang
kafir sesudah mereka beriman, serta mereka telah mengakui
bahwa Rasul itu (Muhammad) benar-benar rasul, dan
keterangan-keteranganpun telah datang kepada mereka?
Allah tidak menunjukki orang-orang yang zalim. Mereka itu
balasannya ialah: Bahwasanya la'nat Allah ditimpakan
kepada mereka, (demikian pula) la'nat para malaikat dan
manusia seluruhnya. Mereka kekal di dalamnya, tidak
diringankan siksa dari mereka, dan tidak (pula) mereka
diberi tangguh, kecuali orang-orang yang taubat, sesudah
(kafir) itu dan mengadakan perbaikan. Karena sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Ali
Imran: 86-89.)
|