Ketinggian Roh dan Kepedihan Tubuh
(Adorno, 12 Juli 1978)
Sannan Kabir, arsitek Sultan Suleiman al-Kabir --sejak
tahun 1539-- mencapai puncak karier seninya ketika membangun
Masjid Sulaimaniyyah di Aderna, antara tahun 1567 hingga
tahun 1574.
Hanya sejumlah kecil pengunjung masjid ini saja yang
mengetahui bahwa ia dapat membuat tiga tangga berbeda
sekaligus di dalam satu menara yang tinggi. Ketiga tangga
ini saling berkelindan satu sama lain tanpa berbenturan,
kecuali pada tempat masuk, dan tempat keluar bersama.
Tidak seperti lazimnya, penjaga masjid mempersilakan aku
untuk menaiki tangga tersebut. Aku merasa sangat tegang
ketika berusaha keras menaiki tangga dalam kegelapan pekat
yang membuat terkejutnya walet-walet dan burung-burung
--mereka juga membuat aku terkejut dengan gerakan mereka.
Aku terus melangkah ke depan melalui tangga yang miring
sekali itu. Di depanku tidak ada jalan lain untuk bergerak
di dalam lingkaran tangga yang sempit ini. Tiba-tiba lututku
bergetar, namun aku tidak berpikir untuk kembali, karena aku
tidak bisa memutar tubuhku.
Meskipun situasi tersebut amat berat, aku merasakan
sesuatu yang dalam. Aku tidak tahu kapan akan selesai
menaiki tangga ini, meskipun aku tahu itu pasti dan akan
terjadi. Aku telah memilih satu jalan dan mengambil sikap
yang tidak bisa dicabut kembali.
Ketika aku turun, tubuhku telah dikotori berbagai macam
kotoran. Perasaan capai menggelayutiku dan pegal-pegal
begitu terasa. Aku merasa telah melakukan sesuatu yang
besar, yaitu menggapai ketinggian rohani dengan menanggung
kepedihan tubuh.
(sebelum,
sesudah)
|