Kesalahan Fatal Perancang Mode
(Istambul, awal Agustus 1981)
Hari ini adalah Idul Fitri, hari raya terbesar dalam
Islam. Secara kebetulan, aku berkesempatan melihat tiga
wajah berbeda agama Islam.
Pada pagi hari, aku ikut melaksanakan shalat-shalat yang
panjang yang memisahkan antara akhir puasa Ramadhan dan
acara "Hari Raya manis-manisan dan kue-kue", yang
berlangsung selama tiga hari.
Masjid di Tsiviky tampak penuh sesak dengan manusia.
Banyak dari mereka membawa sajadah sendiri untuk shalat.
Namun, seperti mayoritas yang lain, aku melaksanakan shalat
di halaman depan masjid, di atas selembar kertas koran
pagi.
Pada waktu siang, kami mengunjungi Masjid Sultan Ayyub
yang terletak di dataran tinggi daerah Tanduk Emas. Semenjak
bangunan itu didirikan di atas kuburan Ayyub "pembawa
bendera Muhammad", yang ditemukan secara mengejutkan pada
saat pengepungan Turki pada tahun 1453. Mitos-mitos dan
legenda memenuhi masjid ini, di samping letaknya yang
memikat.
Tempat ini termasuk tempat yang paling dekat ke tempat
perziarahan umat Kristen. Apalagi yang dapat aku katakan
mengenai tradisi minum dari empat keran yang terletak di
empat pojok pagar yang melingkari sebuah pohon di dekat
masjid, setelah semua keran pertama kali dibuka semua
kemudian ditutup satu per satu?
Para pecinta, orangtua, pelajar, tentara, dan semua orang
yang mempunyai hajat, memberikan makan 1001 burung dengan
satu kilogram jagung, sambil menyimpan beberapa biji untuk
ditanam setelah cita-citanya terkabul.
Dari pasar yang dekat, para pelancong lain berdatangan
membawa hewan-hewan untuk dikurbankan. Diserahkan kepada
fakir miskin yang berdiam di samping Masjid Sultan Ayyub.
Tentunya, gerombolan manusia di Masjid Sultan Ayyub
menampakkan ciri khas masing-masing. Anak-anak memakai
pakaian jenderal, admiral, dan raja-raja, bersiap-siap untuk
dikhitan pada hari berikutnya --acara seperti ini dilakukan
bagi anak laki-laki, begitu juga bagi anak-anak wanita
ketika akan menikah.
Yang jelas, kaum Wahabi akan memberikan kata putus yang
tegas atas fenomena-fenomena folklor dan khurafat masyarakat
Islam ini. Sehingga mereka tidak membolehkan kegaduhan apa
pun, atau kegiatan investasi dekat Masjid Nabawi untuk
menjaga kelayakan, meskipun hal itu merugikan warna tempat
dan hiburan rakyat.
Pada sore hari, aku menghadiri pameran pakaian. Pada
pameran tersebut, aku melihat pakaian terbuat dari kain
sutra hitam. Pakaian itu adalah pakaian yang paling menarik,
namun sebenarnya ada "kesalahan fatal" di sana, yaitu hiasan
peraknya tersusun dari ayat-ayat Al-Qur'an ditulis dalam
bahasa Arab dengan cara Barat. Keindahan bordir baju
tersebut mendapatkan tepuk tangan hangat dari penonton.
Mereka akan takut seandainya dapat memahami tulisan Arab
itu. Dalam satu generasi pasca-Attaturk, tulisan Arab,
seperti huruf Cina, telah menjadi asing bagi manusia yang
terbiasa membaca dan menulis dengan bahasa Arab.
Inikah yang dimaksud dengan kemajuan?
(sebelum, sesudah)
|