|
|
Ahmadiyah dalam Perspektif |
PENDAHULUAN (2/2)
oleh Drs. Muslih Fathoni, M.A.
Masalah Mahdi tersebut di atas, rupanya tidak disinggung
sama sekali baik dalam al-Quran maupun dalam Sahih Bukhari
maupun Sahih Muslim, sebagaimana dikenal dalam sejarah.3
Akan tetapi, bagi kaum Syi'ah dan Ahmadiyah, hadis-hadis
Mahdiyyah yang terdapat di dalam kitab-kitab Sunan mereka
pandang sebagai hadis mutawatir (otentik). Oleh sebab itu
kedua aliran ini menjadikan paham Mahdi sebagai prinsip
keyakinan. Mereka beranggapan bahwa seorang Muslim yang
menolak Mahdi, berarti Islamnya belum benar. Sikap dan
anggapan seperti ini sering menimbulkan perselisihan dan
permusuhan.
Selanjutnya tentang paham kewahyuan kedua aliran tersebut,
dapat dikatakan tidak jauh berbeda, masing-masing
beranggapan bahwa Tuhan tetap akan menurunkan wahyu-Nya
sampai hari kiamat. Dan wahyu yang diturunkan itu menurut
golongan Syi'ah dikenal dengan wahyu ta'lim (wahyu
pengajaran), sedangkan menurut golongan Ahmadiyah dikenal
dengan wahyu walayah (wahyu kewalian), atau wahyu tajdid
(wahyu pembaharuan), atau dikenal pula dengan Wahyu muhaddas
(wahyu yang diterima dengan cara berdialog langsung dengan
Tuhan). Term wahyu yang terakhir ini, tampaknya telah
dicipta dan dikenal oleh golongan Syi'ah jauh sebelum
lahirnya Ahmadiyah. Wahyu seperti itu, oleh kedua golongan
di atas sangat dibutuhkan untuk membimbing ummat dan memberi
interpretasi sesuai dengan perkembangan zaman terhadap
pernyataan-pernyataan al-Quran. Adapun perbedaan kedua paham
kewahyuan tersebut, pada dasarnya dapat dikatakan berpangkal
pada perbedaan motivasi yang melatarbelakangi lahirnya
gerakan kedua aliran itu.
Sebelum lahirnya paham Mahdi dalam Islam, paham seperti itu
sebenarnya telah dimiliki oleh agama-agama besar lainnya,
terutama dari golongan Hindu, Yahudi, Nasrani dan lain
sebagainya Dan wajarlah apabila golongan Syi'ah yang
memunculkannya untuk pertama kalinya. Sebab kaum Syi'ah lah
yang pertama kali menyerap paham tersebut dari golongan
Yahudi maupun Nasrani. Kemudian dibuatlah hadis-hadis
Mahdiyyah, karena kaum Syi'ah sangat berkepentingan dengan
ide kemahdian tersebut dalam meneruskan perjuangan menuntut
hak legitimasi kekhilafahan. Dan dengan demikian hadis-hadis
Mahdiyyah yang mereka buat cepat menguasai opini masyarakat,
sehingga golongan non Syi'ah pun tidak ketinggaIan membuat
hadis-hadis Mahdiyyah dengan versi lain sesuai dengan
identitas golongannya masing-masing. Oleh sebab itu banyak
di kalangan para intelektual Muslim yang datang kemudian
menilai hadis-hadis Mahdiyyah tidak ada yang otentik bahkan
keseluruhannya adalah palsu.
Selanjutnya dalam kajian ini akan dibahas ciri-ciri utama
doktrin dan gerakan Mahdiisme Syi'ah dan Ahmadiyah, dengan
harapan pembaca akan memperoleh informasi atau keterangan
yang lebih jelas tentang sifat-sifat kedua gerakan Mahdi
tersebut. Terlepas dari sikap setuju atau tidak setuju
terhadap ajaran mereka, pembaca diharap dapat menilai
sendiri secara obyektif, sejauh mana penyimpangan atau
relevansinya dengan ajaran al-Quran dan Sunnah Rasul.
Maksud dan tujuan penulisan buku ini ialah memberikan
pengertian secara obyektif kepada masyarakat luas tentang
gerakan Mahdiisme tersebut dan tentang cara-cara mereka
mewujudkan cita-cita perjuangannya. Untuk itu, diharapkan
agar seluruh ummat Muslim, tidak mudah terpengaruh dan
terlibat dalam tindakan-tindakan yang ekstrem, apalagi
terseret ke dalam permusuhan dengan sesama Muslim, hanya
karena keyakinan yang tidak fundamental bahkan tidak ada
dasar otentiknya sama sekali. Barangkali perlu selalu
diingat bahwa gerakan Syi'ah khususnya dalam memenuhi
ambisinya yang ditopang oleh ide-ide Mahdiisme, manakala
masih menjadi kelompok minoritas ia selalu menyembunyikan
identitasnya namun, bila ia merasa kuat, ia tidak
segan-segan bertindak ekstrem dan menyeret pada para
pengikutnya untuk bersikap konfrontatif terhadap pengikut
paham lain.
Dengan mengetahui dan memahami keyakinan dan paham kemahdian
Syi'ah dan Ahmadiyah, seorang akan bersikap toleran dan akan
terhindar dari sikap picik karena pandangan yang sempit dan
tindakan ekstrem. Perlu dijelaskan, mengapa dalam kajian ini
tidak dibahas paham Mahdi Ahlus-Sunnah. Hal ini disebabkan
oleh langkanya literatur yang dapat menunjang pembahasan
tersebut, seperti: Al-Mahdiyyah fil-Islam tulisan Sa'ad
Muhammad Hasan, al-Mahddyyah karya Dr. Ahmad Amin, dan lain
sebagainya. Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam
kajian ini adalah: Dimanakah letak persamaan dan perbedaan
antara paham Mahdi Syi'ah dan paham Mahdi Ahmadiyah? Dengan
demikian, pembahasannya akan dapat memberi informasi,
manakah diantara ajaran kedua golongan tersebut yang lebih
relevan dengan al-Quran dan Sunnah, apabila dilihat dari
aspek teologi. Untuk memecahkan permasalahannya, akan
digunakan pendekatan secara historis dan komparatif.
Selanjutnya dalam bahasan ini penulis akan membicarakan
pokok-pokok persoalan sebagai berikut: Dalam Bab 1, yang
berupa pendahuluan, disini akan diberikan deskripsi global
tentang paham Syi'ah dan Ahmadiyah Selanjutnya paham Mahdi
Syi'ah yang meliputi:
a. Pengertian al-Mahdi dalam Syi'ah dan Ahmadiyah.
b. Sejarah lahirnya Syi'ah, di sini akan dijelaskan mengenai
latar belakang sejarahnya, pertumbuhan dan perkembangan
sekte-sektenya berikut paham mereka masing-masing.
c. Beberapa ajaran pokok Syi'ah yang berkaitan dengan paham
Mahdi yaitu masalah imamah, 'aqidah raj'ah, dan masalah
al-gaibah.
Kemudian diuraikan pula tentang paham Mahdi Ahmadiyah dalam
Bab III, di sini dijelaskan tentang:
a. Sejarah lahirnya Ahmadiyah yang mencakup latar belakang
sejarah berdirinya Ahmadiyah, pertumbuhan dan perkembangan
sekte-sektenya.
b. Beberapa ajaran pokok Ahmadiyah yang meliputi: Masalah
wahyu, nubuwwah, dan masalah jihad yang berkaitan dengan
paham Mahdiisme.
Uraian tentang perbandingan antara paham Mahdi Syi'ah dan
paham Mahdi Ahmadiyah dimuat dalam Bab IV. Dalam bab ini
dijelaskan tentang:
a. Asal mula lahirnya paham Mahdi yang mencakup tentang
situasi yang melatar belakanginya, dan beberapa faktor
penyebabnya.
b. Persamaan dan perbedaan antara paham Mahdi Syi'ah dan
paham Mahdi Ahmadiyah.
c. Corak kemahdian Syi'ah dan Ahmadiyah, dan
d. Paham Mahdi dan masalah 'akidah.
Selanjutnya Bab V menjelaskan tentang: Paham kewahyuan
Syi'ah dan Ahmadiyah, yang mencakup masalah-masalah:
a. Al-Quran dan paham kewahyuan ummat Muslim, disini juga
diterangkan: Hubungan paham kewahyuan Syi'ah dengan doktrin
keimaman serta sikap Syi'ah yang eksklusif, dan
b. Paham kewahyuan Ahmadiyah yang berkaitan dengan ide
pembaharuan Mirza Ghulam Ahmad dan doktrin kenabian.
Dalam Bab VI diuraikan tentang Paham Mahdi dalam perspektif
rasional. Di sini akan dijelaskan mengenai aspek landasan
idiil paham Mahdiisme yang mencakup:
a. Hadis-hadis Mahdiyyah dan identitas kelompok,
b. Beberapa pendapat tentang hadis-hadis Mahdiyyah sebagai
hadis palsu. Selanjutnya disusul dengan uraian tentang:
Beberapa interpretasi mengenai al-Mahdi dan proses
tersebarnya paham Mahdi.
Kemudian diakhiri dengan Bab VII, yaitu: Penutup. Pada bab
ini diajukan beberapa kesimpulan serta saran-saran yang
berkaitan dengan penulisan naskah ini. Dalam kajian ini,
perlu dikemukakan dua pendekatan, yaitu, pertama, pendekatan
historis. Dengan pendekatan ini penulis harus mengumpulkan
data sejarah yang berkaitan dengan golongan Syi'ah dan
Ahmadiyah khususnya, dan sejarah umrnat Muslim pada umumnya.
Setelah data sejarah diperoleh, diklasifikasikan secara
kronologis, dan diseleksi, dihubung-hubungkan satu sama
lain, serta diperbandingkan antara data yang bersumber dari
karya-karya penulis dari kedua golongan tersebut dan data
yang berasal dari karya-karya penulis non-Syi'ah dan
non-Ahmadiyah. Kedua, pendekatan komparatif. Disini penulis
mencoba membandingkan baik yang menyangkut ide, paham,
doktrin, maupun corak gerakan dari kedua golongan di atas,
yaitu: golongan Syi'ah dan Ahmadiyah, untuk dianalisis lebih
jauh guna memperoleh tingkat obyektivitas yang diharapkan.
Adapun metode yang dipergunakan dalam penulisan ini, adalah
dengan metode verstehen (memahami permasalahannya). Di sini
penulis berusaha memahami dan mengerti pokok permasalahan
yang hendak dibahas terlebih dahulu, dengan menggunakan dua
pendekatan di atas. Setelah datanya dianalisis kemudian
disusun dalam kesatuan yang harmonis dan sistematis,
sehingga mudah dimengerti maksudnya, kemudian baru ditarik
suatu kesimpulan yang utuh dan menyeluruh.
Catatan kaki:
[1] Sartono Kartodirdjo, Ratu Adil,
Jakarta: Sinar Harapan, 1984, hlm. 57
[2] Al-Mawdudi, Ma hiyal-Qadiyaniyah,
(Kuwait: Darul-Qalam, hlm. 22, 25).
Selanjutya lihat pula Susmoyo Djoyo Sugito,
Hazrat Mirza Ghulam Ahmad Bukan Nabi Hakiki,
(Pedoman Besar Ahmadiyah Lahore Indonesia, 1984), hlm. 6-8.
[3] Dwight M. Donaldson, 'Aqidah asy-Syi'ah,
terj. dalam bahasa Arab, selanjutnya disebut
Donaldson (Mesir: Matba'ah as-Sa'adah, tt.), hlm. 231.
-------------------------------------------------
Faham Mahdi Syi'ah dan Ahmadiyah dalam Perspektif
Drs. Muslih Fathoni, M.A.
Edisi 1 Cetakan 1 (1994)
PT. RajaGrafindo Persada
Jln. Pelepah Hijau IV TN.I No.14-15
Telp. (021) 4520951 Kelapa Gading Permai
Jakarta Utara 14240
| |
|
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota |