|
|
ESENSI PAHAM AHMADIYYAH (3/3) oleh Sir Muhammad Iqbal Jadi para pembaca akan melihat bahwa kecemasan Ahmadiyyah yang kita temukan pada wajah Islam India sekarang bukanlah gejala yang tiba-tiba muncul dalam sejarah pemikiran keagamaan dalam Islam di India itu. Gagasan-gagasan yang akhirnya menjelma dalam bentuk gerakan ini dulu sudah terkenal dalam pembahasan-pembahasan teologik [Ilmu Kalam] jauh sebelum pendiri Ahmadiyyah itu lahir. Namun saya tidak bermaksud menyatakan secara tidak langsung bahwa pendiri Ahmadiyyah dan teman-temannya itu secara sengaja merencanakan program mereka. Saya berani mengatakan bahwa pendiri gerakan Ahmadiyyah itu benar-benar mendengar suara; tetapi apakah suara itu datang dari Allah yang Maha Hidup dan Maha Kuasa ataukah timbul dari kemiskinan spiritual rakyat tentunya tergantung pada sifat gerakan yang telah ditimbulkannya dan jenis pemikiran serta emosi yang telah diberikannya kepada orang-orang yang telah mendengarkannya. Para pembaca hendaknya jangan beranggapan bahwa saya mempergunakan bahasa metaforik. Sejarah kehidupan bangsa-bangsa menunjukkan bahwa apabila arus kehidupan dalam suatu bangsa mulai bergerak mundur, kemunduran itu sendiri menjadi salah satu sumber inspirasi, yang mengilhami para penyair, filosuf, wali, dan negarawannya, dan yang mengubah mereka menjadi kelompok rasul yang tugas satu-satunya adalah memuji-muji, dengan kekuatan seni atau logika yang merangsang, semua hal yang tidak terpuji dan jelek dalam kehidupan rakyat mereka. Para rasul ini secara tidak sadar menutupi kecemasan mereka dengan baju-baju gemerlapan yang berisi harapan-harapan, meremehkan nilai-nilai tingkah-laku yang tradisional dan dengannya menghancurkan kekuatan spiritual orang-orang yang akan dijadikan korban mereka. Orang hanya dapat membayangkan kondisi kehendak rakyat yang telah mengalami kemunduran, yang berdasarkan otoritas Ketuhanan, disuruh menerima lingkungan politik mereka sebagai sesuatu yang final. Jadi semua pelaku yang ikut ambil bagian dalam drama Ahmadiyyah tersebut, saya kira, hanyalah orang-orang tidak bersalah yang terbelenggu oleh kebodohannya. Drama serupa sudah pernah terjadi di Persia; tetapi ia tidak, dan bahkan tidak dapat memunculkan isu-isu keagamaan dan politik sebagaimana dimunculkan Ahmadiyyah terhadap Islam di India. Rusia menunjukkan sikap tolerannya kepada paham Babiyyah[3] (yang muncul di Persia tersebut) dan mengizinkan para pengikutnya untuk mendirikan pusat kegiatan dakwahnya di Isyqabad. Inggris juga menunjukkan sikap toleran yang sama kepada paham Ahmadiyyah dengan mengizinkan para pengikutnya untuk membuka pusat kegiatan dakwahnya di Woking (Inggris). Apakah sikap toleran Rusia dan Inggris ini didasarkan atas kepentingan penjajahan atau karena pandangan luasnya yang murni sulit untuk kita katakan secara pasti. Yang jelas bahwa toleransi ini telah menimbulkan berbagai persoalan rumit bagi Islam di Asia. Dengan memperhatikan struktur ajaran Islam, sebagaimana saya pahami, saya sama sekali tidak ragu-ragu bahwa Islam akan muncul secara lebih murni (setelah terhindar) dari berbagai kesulitan tersebut. Waktu berjalan terus. Berbagai hal di India sudah berbalik arah. Semangat baru dalam demokrasi yang masuk ke India benar-benar mengikis keyakinan kelompok Ahmadi yang keliru dan meyakinkan mereka akan kegagalan total penemuan-penemuan teologik mereka. Islam tidak akan bersikap toleran lagi terhadap kebangkitan kembali Tasawwuf Abad Pertengahan yang telah merampas naluri-naluri sehat para pengikutnya dan hanya memberikan pemikiran yang tidak jelas sebagai imbalannya. Dalam beberapa abad yang lalu ia telah menjerumuskan para pemikir Muslim terbaik, sembari mengabaikan masalah-masalah kenegaraan, dan menjadikan mereka sekedar pemikir-pemikir yang tidak cakap. Islam modern tidak dapat memberikan peluang untuk terulangnya pengalaman tersebut. Dan ia juga tidak dapat bersikap toleran terhadap terulangnya pengalaman di Punjab di mana ummat Muslim terkurung selama setengah abad dalam persoalan-persoalan teologik yang sama sekali tidak berguna bagi kehidupan. Islam sudah memasuki masa cerah dalam pemikiran dan pengalamannya; dan tidak ada seorang wali atau nabi pun dapat membawanya kembali ke dalam kabut Tasawwuf abad pertengahan. Catatan kaki: [3] Babiyyah (bab = pintu) adalah nama aliran dalam Syi'ah Ismailliyah yang didirikan dan dipimpin oleh 'Ali Muhammad Syirazi, yang menyatakan diri sebagai bab atau pintu gerbang menuju kebenaranIlahi dan rahasia-rahasia agama. Syirazi dihukum mati pada tahun 1850 atas tuduhan menentang Syah Iran. Aliran ini terpecah menjadi dua: Babiyyah atau Azaliyyah dan Bahaiyyah. Lihat juga catatan kaki 5. (MH) ------------------------------------------------------------ ISLAM DAN AHMADIYYAH oleh Sir Muhammad Iqbal JAWABAN TERHADAP PERTANYAAN-PERTANYAAN PANDIT JAWAHARLAL NEHRU Diterjemahkan oleh Machnun Husein (IAIN Walisongo Semarang) ISLAM DAN AHMADIYYAH Judul asli : ISLAM AND AHMADISM Replay to Questions Raised by Pandit Jawaharlal Nehru Pengarang: Sir Muhammad Iqbal Penerjemah: Machnun Husein Edisi bahasa Indonesia ini diterbitkan oleh PT BUMI AKSARA Jakarta Anggota IKAPI Cetakan pertama, Oktober 1991 Dicetak oleh Radar Jaya Offset Disain kulit oleh Ibnu Wahyudi Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) IQBAL, Muhammad, Sir. Islam dan ahmadiyah: jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan Jawaharlal Nehru/oleh Sir Muhammad Iqbal; penerjemah, Machnul Husein. -Ed.1, Cet. 1.- Jakarta: Bumi Aksara, 1991. xviii, 68 hlm,; 21 cm. Judul asli: Islam and Ahmadism, with a reply to questions raised by Pandit Jawaharlal Nehru. Untuk umum dan mahasiswa ISBN 979-526478-2. 1. Islam - Aliran dan sekte. 2. Ahmadiyah I. Judul. II. Husein, Makhnun. |
|
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota Please direct any suggestion to Media Team |