|
25. Terbunuhnya Umar (4/4)
Pembaiatan Usman dan sikap Ali
Ia memanggil Ali dan sambil memegang tangannya ia
berkata: "Bersediakah Anda saya baiat atas dasar Kitabullah
dan sunah Rasulullah serta perangai kedua orang
penggantinya?"Ali menjawab: "Saya harap saya dapat berbuat
dan bekerja apa yang saya ketahui dan menurut kemampuan
saya." Tangan Ali dilepaskan lalu ia memanggil Usman dan
memegang tangannya seraya berkata: "Bersediakah Anda saya
baiat atas dasar Kitabullah dan sunah Rasulullah serta
perangai kedua orang penggantinya?" Usman menjawab: Ya, demi
Allah! Abdur-Rahman mengangkat mukanya ke langit-langit
Masjid dan sambil memegang tangan Usman ia berkata tiga
kali: "Dengarkanlah dan saksikanlah !" dilanjutkan dengan
katanya: "Saya sudah melepaskan apa yang dipikulkan di atas
bahu saya dan saya letakkan di bahu Usman!" Setelah itu ia
membaiat Usman, orang-orang di dalam Masjid pun
beramai-ramai membaiatnya.
Bagaimana sikap Ali dengan terpilih dan dibaiatnya Usman
bin Affan? Inilah masalahnya, sumber-sumber itu masih saling
berbeda. Ibn Sa'd dengan sanadnya menyebutkan, bahwa orang
pertama yang membaiat Usman adalah Abdur-Rahman bin Auf,
kemudian Ali bin Abi Talib. Dengan sanad lain ia menuturkan,
bahwa Ali adalah orang yang pertama membaiat Usman, kemudian
berturut-turut yang lain juga membaiatnya. Ibn Kasir
menuturkan bahwa Abdur-Rahman bin Auf di mimbar duduk di
tempat duduk Nabi, dan Usman sesudah dibaiat didudukkan di
tingkat kedua. "Dan orang datang ramai-ramai membaiatnya,
dan yang pertama kali membaiat Ali bin Abi Talib, ada yang
mengatakan yang terakhir." Tetapi Tabari membawa dua sumber,
salah satunya hampir sama dengan sumber-sumber tersebut dan
yang kedua sangat berbeda, dan keduanya menunjukkan bahwa
pemilihan Usman ini meninggalkan pengaruh yang dalam sekali
dalam hati Ali. Sumber pertama berpendapat bahwa sesudah
orang berdatangan membaiat Usman - sesudah dibaiat oleh
Abdur-Rahman - Ali masih maju-mundur. Maka kata
Abdur-Rahman: "Barang siapa melanggar janji, sebenarnya
ia telah melanggar janjinya sendiri, dan barang siapa
menepati janji yang dijanjikannya kepada Allah, maka Ia akan
memberinya pahala yang besar." (Qur'an, 48: 10).
Kemudian Ali kembali dan setelah menyeruak di tengah orang
banyak ia membaiat seraya berkata: Suatu tipu muslihat yang
luar biasa.17 Mengenai sumber kedua mengatakan
bahwa setelah Abdur-Rahman membaiat Usman, Ali berkata
kepadanya: "Anda merangkak untuk selamanya. Ini bukan yang
pertama kali Anda memperlihatkan kekuatan Anda kepada kami.
Sabarlah itulah yang terbaik, dan memohonkan pertolongan
hanya kepada Allah atas segala yang kalian lukiskan!
Sungguh, Anda mengangkat Usman itu hanya supaya kekuasaan
kembali kepada Anda! Dan setiap hari Allah memperlihatkan
kekuasaan baru." Dalam hal ini Abdur-Rahman berkata: "Ali,
janganlah Anda menjerumuskan diri! Sudah saya pertimbangkan
dan sudah saya musyawarahkan dengan khalayak ramai, tetapi
ternyata mereka tidak membedakan Usman." Ali keluar sambil
berkata: "Akan tiba waktunya."
Ibn Kasir menafikan kedua sumber Tabari ini dengan
mengatakan: "Orang-orang yang sering disebutkan oleh para
sejarawan seperti Ibn Jarir (Tabari) dan yang lain tidak
dikenal. Bahwa Ali berkata kepada Abdur-Rahman: Anda telah
menipu saya, dan Anda mengangkatnya hanya karena dia ipar
Anda dan agar dapat berunding dengan Anda setiap hari, dan
bahwa dia masih maju mundur sehingga Abdur-Rahman berkata
kepadanya: Barang siapa melanggar janji, sebenarnya ia telah
melanggar janjinya sendiri.... hingga akhir ayat, dan
berita-berita lain yang bertentangan dengan yang terdapat
dalam kitab-kitab yang sahih, tertolak kembali kepada yang
mengatakannya dan yang melakukannya. Wallahualam."
Sudah kita lihat sumber-sumber yang saling bertentangan
ini. Tetapi semua itu membuktikan bahwa kalangan Kuraisy
lebih menyukai kenabian dan kekhalifahan itu jangan hanya di
satu tangan Banu Hasyim. Kata-kata ini dihubungkan kepada
Ali setelah pelantikan Usman: "Orang melihat kepada Kuraisy
dan Kuraisy melihat kepada keluarganya dengan mengatakan:
Kalau Banu Hasyim sudah menguasai kalian, kalian tidak akan
pernah lepas dari mereka, juga Kuraisy yang lain tidak dapat
saling bergantian di antara kalian." Kata-kata ini benar
dihubungkan kepada Ali atau tidak, sudah sesuai dengan
kejadian waktu itu. Ali orang yang paling tahu dan paling
jujur berpegang pada kebenaran dan keadilan. Tetapi dalam
hal ia tak jadi ditampilkan memperlihatkan ambisi Kuraisy
yang ingin memegang pimpinan kaum Muslimin secara bergantian
di antara mereka, tidak hanya diwarisi oleh ahlulbait
seperti raja-raja yang mewarisi takhta nenek moyang mereka,
dan barangkali pembaiatan itu jatuh kepada Ali kalau tidak
karena perasaan itu yang memang sudah berurat berakar dalam
kalangan Kuraisy.
Usman menolak menghukum Ubaidillah dan
menebusnya dengan diat
Sesudah pembaiatan itu Usman duduk di samping Masjid.
Setelah itu ia memanggil Ubaidillah bin Umar dari penjaranya
untuk diadili karena tindakannya membunuh Hormuzan, Jufainah
dan anak perempuan Abu Lu'lu'ah sesudah ia yakin bahwa
mereka terlibat dalam komplotan yang telah membunuh ayahnya.
Setelah Ubaidillah tampil di depannya, Amirulmukminin
menanyakan pendapat kaum Muhajirin dan Ansar dengan
permintaan. Berikanlah pendapat kalian mengenai orang yang
telah melakukan pembunuhan dalam Islam ini! Dalam hal ini
Ali berkata: Tidak adil membiarkan dia, dan saya berpendapat
dia juga harus dibunuh. Tetapi beberapa orang dari Muhajirin
melihat pendapat yang terlalu keras menekan perasaan itu
berkata: Umar baru kemarin terbunuh, sekarang anaknya akan
dibunuh pula! Mendengar penolakan ini semua yang hadir
terdiam, Ali juga tidak meneruskan kata-katanya. Usman
melihat ke sekeliling, kepada mereka yang hadir,
mengharapkan pendapat mereka. Andaikata pendapat yang
menghendaki Ubaidillah dibunuh dikabulkan niscaya luka dalam
hati keluarga Umar yang belum sembuh itu akan terkoyak lagi,
dan akan menimbulkan kemarahan besar, yang hanya Allah yang
tahu segala akibatnya. Ini akan menjadi contoh kekerasan
yang tak dapat dibandingkan dengan orang yang paling kejam
sekalipun. Sesuai dengan watak Usman yang selalu lemah
lembut, ia ingin menghindari kekerasan semacam itu. Ingin
sekali ia sekiranya ada di antara yang hadir itu dapat
memberikan jalan keluar dari situasi itu. Ketika itu Amr bin
As yang ikut hadir berkata: "Allah telah membebaskan Anda
dari kejadian ini. Waktu itu Anda tidak punya kekuasaan atas
kaum Muslimin. Peristiwa semacam itu belum ada pada zaman
Anda. Tinggalkan sajalah !" Usman melihat kata-kata Amr itu
tidak masuk akal, dan dia tidak puas dengan pendapatnya itu,
tetapi terasa ada kesan membolehkan diat. Karenanya Usman
menjawab: "Sayalah yang akan menjadi wali mereka - maksudnya
wali mereka yang terbunuh - sudah saya jadikan diat dan saya
yang akan menanggungnya dari harta saya sendiri."
Sebenarnya fatwa pembunuhan terhadap Ubaidillah itu
kejam, dan dari segi keadilan masih merupakan syubhat.
Anggaplah salah dalam keyakinannya bahwa Hormuzan dan
Jufainah berkomplot dengan Abu Lu'lu'ah untuk membunuh
ayahnya. Tetapi dalam hal ini ia masih dapat dimaafkan dalam
arti dapat menghilangkan syubhat tadi dan melindunginya dari
hukuman serta meringankan pelaksanaan hukumnya. Bolehjadi
persekongkotan makar itu akan terbongkar kalau Usman
mengadakan penyelidikan yang saksama, dan dengan cara yang
meyakinkan dapat menghilangkan semua keraguan. Kesaksian
Abdur-Rahman bin Abu Bakr dan Abdur-Rahman bin Auf sudah
cukup untuk membela Ubaidillah atas perbuatannya itu,
sekalipun tak dapat dijadikan bukti terhadap Hormuzan dan
Jufainah. Dan kesaksian keduanya sudah memperkuat bahwa
senjata tajam yang digunakan membunuh Umar di tangan
komplotan rahasia itu. Barangkali Usman berpendapat untuk
tidak mengadakan penyelidikan yang bukan tidak mungkin dapat
membangkitkan kemarahan Persia, dan menambah dendam mereka
terhadap Arab. Oleh karena itu ia membayar diat para korban
pembunuhan itu dari hartanya sendiri, dan dalam waktu yang
bersamaan ia menyuruh Ziyad bin Labid al-Bayadi agar
menghentikan segala sindiran kepada Ubaidillah bin Umar.
Dengan demikian padamlah segala desas desus dan fitnah yang
tak perlu diungkit-ungkit, dan kaum Muslimin di seluruh
kawasan Islam kembali ke dalam kehidupan seperti sebelum
Umar wafat.
***
Usman: Komplotan makar tak perlu
diperpanjang
Dengan bunuh dirinya Abu Lu'lu'ah dan terbunuhnya
Hormuzan dan Jufainah, kemudian diat Usman atas kedua orang
itu dari hartanya sendiri serta larangannya memperpanjang
persoalan Ubaidillah, tertutuplah sudah rahasia sekitar
terbunuhnya Umar, yang sampai sekarang belum juga terungkap,
dan para sejarawan pun masih belum mau menyingkapkannya.
Menurut hemat saya Umar memang benar sebagai penyebab,
kesaksian Abdur-Rahman bin Auf dan Abdur-Rahman bin Abu Bakr
memperkuat keyakinan Ubaidillah bin Umar dan saudaranya
Hafsah Ummulmukminin tentang persekongkotan orang-orang
Persia itu terhadapnya ayahnya. Alasan Abu Lu'lu'ah dan
Hormuzan ketika mengadakan persekongkolan karena pasukan
Muslimin menaklukkan negeri mereka, dan rajanya terpaksa
melarikan diri yai:ig berakhir dengan nasib mengenaskan dan
hina. Kalau hati mereka tergerak oleh nasib yang menimpa
negeri mereka kemudian merencanakan perbuatan makar, lalu
Umar yang menjadi korban makar itu tidaklah terlalu
mengherankan. Tetapi yang sungguh mengherankan, orang masih
percaya bahwa Fairuz (Abu Lu'lu'ah) membunuh Umar karena dia
tidak diperlakukan secara adil untuk meringankan pajaknya,
padahal dari pihaknya untuk mengulangi pengaduannya mengenai
soal pajak itu tidak mudah.
Kalaupun karena pertimbangan-pertimbangan waktu soal
komplotan makar itu oleh Usman harus dikubur, buat para
sejarawan bukan alasan. Orang-orang Persia sudah menganut
Islam dan mereka merasa bangga dengan itu dan sangat
dihormati. Mereka sama dengan bangsa-bangsa lain yang sudah
menganut Islam. Maka sudah menjadi kewajiban setiap ahli
sejarah untuk memberikan pendapatnya mengenai masalah yang
sudah menjadi milik sejarah itu dan untuk mengungkapkannya
sudah menjadi kewajibannya. Oleh karenanya, saya memberikan
pendapat saya, dengan keyakinan bahwa dengan pendapat ini
segala yang terjadi antara Arab dengan Persia itu nanti akan
banyak mengundang orang membuat komentar.18
Mereka berkata tentang Umar
Masalah ini perlu dibahas secara terbuka karena
menyangkut Amirulmukminin Umar bin Khattab. Orang ini, yang
namanya selalu, dan sepanjang masa akan selalu menjadi
lambang sejarah tentang keadilan dan kejujuran; tentang
ketegasan dengan pandangan yang bijaksana, dengan kemauan
yang sungguh-sungguh; tentang pengabdian yang sepenuhnya
kepada Allah dan kepada agama Allah, sehingga karenanya
Allah memperkuat Islam dan panjinya berkibar di timur dan di
barat. Jika teringat pada terbunuhnya Umar Abdullah bin
Mas'ud menangis seraya berkata: "Umar adalah benteng Islam
yang sungguh kuat: orang masuk ke dalam Islam dan tak ada
yang keluar lagi. Tetapi sesudah Umar wafat benteng itu
retak dan orang keluar dari Islam." Sumber mengenai Huzaifah
menuturkan bahwa dia berkata: "Islam di masa Umar seperti
orang yang menyongsong datang dan terus berdatangan, tetapi
sesudah ia terbunuh orang berbalik surut dan terus surut."
Suatu sumber menyebutkan bahwa Abu Ubaidah bin Jarrah
berkata - ketika dia masih di puncak kegiatannya dan sedang
kuat-kuatnya: "Kalau Umar meninggal Islam jadi lemah. Saya
tak ingin hidup lagi sesudah dia tidak ada. Kalau kalian
masih hidup kalian akan menyaksikan apa yang saya katakan
ini. Jika ada yang tampil memimpin sesudah Umar dan
meneruskan jejaknya orang tidak akan menaatinya dan tidak
akan tahan, dan jika dia tidak mampu menangani mereka,
mereka akan membunuhnya."
Semoga Allah melimpahkan rahmat dan
rida-Nya kepada Umar
Apa yang dikatakan Ibn Mas'ud, Huzaifah dan Abu Ubaidah
menunjukkan adanya keterpaduan sifat-sifat Umar, dan
terpadunya sifat-sifat itulah yang membuat kaum Muslimin
tahan di bawah kepemimpinannya, yang sekiranya berada di
bawah yang lain mereka tidak akan tahan. Itulah yang membuat
mereka sangat sedih dengan kematiannya, sehingga seolah
hanya baru sekali itu mereka mengalami malapetaka. Bagaimana
mereka tidak akan sedih, pada saat permulaan ia menjadi
Khalifah, dulu mereka dalam keadaan miskin, Allah memberi
kekayaan kepada mereka; mereka dulu dalam serba ketakutan
terhadap Persia dan Rumawi, kemudian menjadi tuan atas
Persia dan Rumawi; mereka dulu terpuruk di sudut bumi,
hampir tak dikenal dunia, dengan karunia Allah kemudian
menjadi buah bibir dan perhatian orang di seluruh jagat raya
ini. Semua itu terjadi, Umar tetap itu itu juga,
penampilannya tidak berubah, hidupnya pun tidak berubah. Ia
tak pernah memikirkan kepentingan dirinya atau keluarganya,
tetapi yang menjadi perhatiannya adalah nasib umat yang
sekarang dipikulkan di atas pundaknya. Yang selalu
dipikirkan, janganlah di kawasan yang menjadi tanggung
jawabnya itu ada rasa ketidakpastian dari penduduk atau dari
dia sendiri, hak dan kewajiban masing-masing harus dapat
ditunaikan. Dengan demikian Allah memperkuat Islam, dan bumi
ini diwariskan kepada hamba-hamba-Nya yang saleh.
Semoga Allah melimpahkan rahmat dan rida-Nya kepada Umar!
Dia adalah salah seorang hamba-Nya yang sungguh beriman.
Catatan Kaki:
- Ibn Sa'd mengutip beberapa macam khutbah yang
dihubungkan kepada Umar bahwa itu disampaikannya dalam
khutbah Jumat sekembalinya dari ibadah hajinya yang
terakhir. Hari Jumat terakhir bulan Zulhijah tahun itu
jatuh pada hari ke-29. Umar tidak berkhutbah hari itu
seperti yang akan kita lihat nanti karena ia sudah
bertolak kembali dari Mina pada hari ke-12 Zulhijah.
Kalaupun dia tidak tinggal di Mekah dan langsung pulang
ke Medinah tentu ia akan sampai sesudah hari ke-15
Zulhijah dan hari Jumat bulan itu hanya tinggal hari yang
ke-22, yaitu hari yang memungkinkan Umar mengadakan
khutbah Jumat.
- Lihat catatan bawah h. 741. - Pnj.
- Mungkin sama dengan yang dikenal sekarang sebagai ESP
(extrasensory perception), yakni kemampuan merasakan atau
mengetahui sesuatu atau kejadian sebelumnya, di luar
bantuan pancaindera. - Pnj.
- I'tafa, dari kata 'a'if ('yf, 'iyafah) 'meramal
dengan burung dari namanya, suara dan arahnya, yang
menjadi adat Arab dan banyak terdapat dalam syair-syair
mereka (N).' Dan 'a'if, ahli meramal dengan burung. Arti
lain dalam kamus-kamus umum i'tafa. menyiapkan bekal
untuk perjalanan. - Pnj.
- Ibn Umar ialah Abdullah bin Umar bin Khattab, anak
Umar bin Khattab Amirulmukminin. - Pnj.
- Tabari dan Ibn Asir meringkaskan cerita syura dan
bagaimana Umar mencalonkan mereka sebagai khalifah
sebagai berikut: "Setelah Umar ditikam ada yang berkata
kepadanya: Amirulmukminin, mengapa Anda tidak menunjuk
seorang pengganti? Kalau Abu Ubaidah masih hidup tentu
saya tunjuk dia sebagai pengganti saya, dan kalau ditanya
Tuhanku akan kukatakan: Aku mendengar Nabi-Mu mengatakan
bahwa dia orang kepercayaan umat ini; dan kalau Salim
bekas budak Abu Huzaifah masih hidup niscaya saya tunjuk
dia sebagai pengganti saya, dan kalau aku ditanya Tuhanku
akan kukatakan: Aku mendengar Nabi-Mu berkata bahwa Salim
sangat mencintai Allah. Ada orang yang mengatakan
kepadanya: Saya menyarankan Abdullah bin Umar. Dijawab
oleh Umar: Orang celaka Anda ini ! Sekali-kali Allah
tidak menghendaki yang begini ! Bagaimana saya akan
menunjuk orang yang tidak mampu menceraikan istrinya!
Saya tidak perlu dengan persoalan kalian. Tidak ada dari
keluarga saya yang ingin saya libatkan. Kalau dia baik
maka itulah yang kita kehendaki, kalau dia jahat berarti
sudah meninggalkan kita. Cukuplah keluarga Imran
mempertanggungiawabkan dari mereka satu orang, dan ia
menanyakan tentang umat Muhammad. Bahwa saya sudah
membanting tulang dan meninggalkan keluargaku, kalaupun
saya sudah selamat dengan hidup ala kadarnya, tanpa beban
dan tanpa imbalan, maka saya sudah cukup bahagia!
Perhatikanlah, kalaupun saya akan menunjuk pengganti,
orang yang lebih baik dari saya pun sudah menunjuk
penggantinya, dan kalaupun saya biarkan, orang yang lebih
baik dari saya sudah pula membiarkan. Allah tidak akan
menyia-nyiakan agama-Nya. Mereka itu keluar dari tempat
Umar setelah itu mereka berkata: Amirulmukminin,
sebaiknya Anda membuat sebuah pesan. Ia menjawab: Sesudah
kata-kata saya itu saya sudah memutuskan akan melihat
orang yang paling pantas di antara kalian, tetapi saya
tidak ingin menanggungnya waktu hidup dan sesudah mati.
Pilihlah orang-orang yang oleh Rasulullah Sallalliihu
'alaihi wa sallam sudah dikatakan mereka itu dari
keluarga penghuni surga. Lalu mcnyebutkan nama keenam
orang itu."
Ibn Qutaibah mengatakan dalam bukunya, al-Imamah
was-Siyasah bahwa Umar mengatakan: "Kalau Mu'az bin Jabal
masih hidup akan saya tunjuk dia menjadi pengganti, dan
kalau Khalid bin Walid masih hidup akan saya angkat dia."
Untuk kedua orang ini disertai pula hadis-hadis dari Nabi
yang menyatakan akan mengemukakan alasan itu kepada
Tuhannya jika ia ditanya. Saya sendiri sebenarnya
meragukan sumber ini, terutama mengenai Khalid. Umar
tidak akan menunjuknya menjadi penggantinya sebagai
amirulmukminin, mengingat dia sendiri yang sudah
memecatnya dari kedudukannya di Kinnasrin.
- Ada sebuah sumber yang menyebutkan bahwa Umar
berkata: Hendaklah mereka masuk ke dalam sebuah rumah.
Kalau sesudah memilih seseorang ada yang menentang,
penggallah lehernya. Setelah keluar dari tempat Umar, ia
berkata: Kalau mereka mengangkat orang yang botak itu -
maksudnya Ali bin Abi Talib - tentu mereka akan dibawa ke
jalan yang benar. Anaknya berkata kepadanya:
Amirulmukminin. apa salahnya jika Ayah yang mengatakan?
Kata Umar: Saya tidak suka menanggungnya, waktu hidup
atau sesudah mati. Ada sebagian yang menafikan sumber ini
dan menganggapnya dikarang-karang kemudian untuk
maksud-maksud politik.
- Berbagai sumber mengenai hari ditikamnya Umar dan
dikebumikan terdapat perbedaan. Salah satunya menyebutkan
bahwa ia ditikam hari Rabu dan dikebumikan hari Kamis
malam ketiga Zulhijah. Sumber lain menyebutkan bahwa
penikaman itu terjadi hari Rabu dan ia dikebumikan hari
Ahad pagi 1 Muharam tahun 24 H. Sumber ketiga menyebutkan
bahwa ia meninggal malam keempat Zulhijah. Kemudian
sumber-sumber yang lain menyebutkan bahwa dia meninggal
tanggal 8 atau 10 Muharam tahun 24.
- Salah seorang sahabat Nabi, orang Yahudi yang
menganut Islam. - Pnj.
- Maksudnya, menjalankan kebijakan pemerintahannya
tepat sekali (N). - Pnj.
- Yakni menyelesaikan tugas kenegaraan tanpa cacat. -
Pnj.
- Harfiah: Sungguh! Dia tidak mengatakannya, tetapi dia
diajarinya, yakni diberi ilham dan benar sekali apa yang
dikatakannya (N). - Pnj.
- Ini menurut sumber at-Tabari dan Ibn Asir. Tetapi Ibn
Sa'd yang mengambil dari Abu Huwairis lewat Jabir yang
mengatakan: Yang turun ke lahad Umar: Usman bin Affan,
Sa'id bin Zaid bin Nufail, Suhaib bin Sinan dan Abdullah
bin Umar.
- Dalam al-Bidayah wan-Nihayah Ibn Kasir menyebutkan
Ubaidillah membunuh Hormuzan dan Jufainah, dengan
mengatakan: "Umar pernah memerintahkan agar ia
dipenjarakan untuk kemudian diadili oleh Khalifah yang
sesudahnya." Maksud kata-kata itu bahwa pembunuhan yang
dilakukan Ubaidillah itu Umar masih hidup dan
memerintahkan supaya ia dipenjarakan. Sumber itu cukup
banyak, dan yang terkuat menurut hemat saya, bahwa apa
yang dilakukan Ubaidillah itu sesudah Umar wafat dan
sebelum Usman dilantik.
- Abdur-Rahman menikah dengan saudara perempuan Usman
seibu, Umm Kulsum bin Uqbah bin Abi Mu 'ait. - Pnj.
- Harfiah, "Demi Yang mencabut nyawa Umar.' - Pnj.
- Tabari menafsirkan kata-kata Ali "suatu tipu
muslihat" itu karena pada suatu malam selama berlangsung
Majelis Syura, Amr bin As menemui Ali dan mengatakan
kepadanya: "Abdur-Rahman orang yang suka bekerja keras,
dan kalau Anda memperlihatkan ketegasan kepadanya, ia
akan menjauhi Anda. Tetapi dengan kerja keras dan
kemampuan ia akan lebih cenderung kepada Anda. Setelah
itu ia menemui Usman dan berkata kepadanya bahwa
Abdur-Rahman orang yang suka bekerja keras dan membaiat
Anda hanya karena ketegasan, maka sambutlah. Itu sebabnya
Ali mengatakan itu tipu muslihat." Sumber ini sangat
lemah, yang sengaja dibuat-buat sesudah terjadi
perselisihan antara Ali dengan Mu'awiah. Sebenarnya
Abdur-Rahman memilih Usman sesudah bermusyawarah dan
meminta pendapat penduduk Medinah dan yang lain.
- Dalam 'Abqariat 'Umar Abbas Mahmud al-Aqqad sejalan
dengan pendapat saya dengan mengatakan: Tidak diragukan
lagi Umar - semoga dalam rahmat Allah - pasti mati syahid
akibat adanya persekongkotan musuh-musuh kedaulatan Islam
itu. Cerita tentang pajak itu hanya alasan saja untuk
dijadikan tempat bersembunyi kaum makar itu di Medinah
dan tempat-tempat lain, sebab mereka khawatir akan
terkena hukum kisas jika rencana mereka terbongkar atau
alasan mereka melakukan pengintaian demikian itu
diketahui. Menurut pendapatnya Ka'b al-Ahbar terlibat
dalam komplotan itu. Tetapi saya berpendapat bahwa dia
mengetahui adanya rencana itu, namun saya tidak dapat
memastikan bahwa dia juga terlibat.
|