Umar bin Khattab

oleh Muhammad Husain Haekal

Indeks Islam | Indeks Haekal | Indeks Artikel | Tentang Penulis


ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

 

25. Terbunuhnya Umar (4/4)

Pembaiatan Usman dan sikap Ali

Ia memanggil Ali dan sambil memegang tangannya ia berkata: "Bersediakah Anda saya baiat atas dasar Kitabullah dan sunah Rasulullah serta perangai kedua orang penggantinya?"Ali menjawab: "Saya harap saya dapat berbuat dan bekerja apa yang saya ketahui dan menurut kemampuan saya." Tangan Ali dilepaskan lalu ia memanggil Usman dan memegang tangannya seraya berkata: "Bersediakah Anda saya baiat atas dasar Kitabullah dan sunah Rasulullah serta perangai kedua orang penggantinya?" Usman menjawab: Ya, demi Allah! Abdur-Rahman mengangkat mukanya ke langit-langit Masjid dan sambil memegang tangan Usman ia berkata tiga kali: "Dengarkanlah dan saksikanlah !" dilanjutkan dengan katanya: "Saya sudah melepaskan apa yang dipikulkan di atas bahu saya dan saya letakkan di bahu Usman!" Setelah itu ia membaiat Usman, orang-orang di dalam Masjid pun beramai-ramai membaiatnya.

Bagaimana sikap Ali dengan terpilih dan dibaiatnya Usman bin Affan? Inilah masalahnya, sumber-sumber itu masih saling berbeda. Ibn Sa'd dengan sanadnya menyebutkan, bahwa orang pertama yang membaiat Usman adalah Abdur-Rahman bin Auf, kemudian Ali bin Abi Talib. Dengan sanad lain ia menuturkan, bahwa Ali adalah orang yang pertama membaiat Usman, kemudian berturut-turut yang lain juga membaiatnya. Ibn Kasir menuturkan bahwa Abdur-Rahman bin Auf di mimbar duduk di tempat duduk Nabi, dan Usman sesudah dibaiat didudukkan di tingkat kedua. "Dan orang datang ramai-ramai membaiatnya, dan yang pertama kali membaiat Ali bin Abi Talib, ada yang mengatakan yang terakhir." Tetapi Tabari membawa dua sumber, salah satunya hampir sama dengan sumber-sumber tersebut dan yang kedua sangat berbeda, dan keduanya menunjukkan bahwa pemilihan Usman ini meninggalkan pengaruh yang dalam sekali dalam hati Ali. Sumber pertama berpendapat bahwa sesudah orang berdatangan membaiat Usman - sesudah dibaiat oleh Abdur-Rahman - Ali masih maju-mundur. Maka kata Abdur-Rahman: "Barang siapa melanggar janji, sebenarnya ia telah melanggar janjinya sendiri, dan barang siapa menepati janji yang dijanjikannya kepada Allah, maka Ia akan memberinya pahala yang besar." (Qur'an, 48: 10). Kemudian Ali kembali dan setelah menyeruak di tengah orang banyak ia membaiat seraya berkata: Suatu tipu muslihat yang luar biasa.17 Mengenai sumber kedua mengatakan bahwa setelah Abdur-Rahman membaiat Usman, Ali berkata kepadanya: "Anda merangkak untuk selamanya. Ini bukan yang pertama kali Anda memperlihatkan kekuatan Anda kepada kami. Sabarlah itulah yang terbaik, dan memohonkan pertolongan hanya kepada Allah atas segala yang kalian lukiskan! Sungguh, Anda mengangkat Usman itu hanya supaya kekuasaan kembali kepada Anda! Dan setiap hari Allah memperlihatkan kekuasaan baru." Dalam hal ini Abdur-Rahman berkata: "Ali, janganlah Anda menjerumuskan diri! Sudah saya pertimbangkan dan sudah saya musyawarahkan dengan khalayak ramai, tetapi ternyata mereka tidak membedakan Usman." Ali keluar sambil berkata: "Akan tiba waktunya."

Ibn Kasir menafikan kedua sumber Tabari ini dengan mengatakan: "Orang-orang yang sering disebutkan oleh para sejarawan seperti Ibn Jarir (Tabari) dan yang lain tidak dikenal. Bahwa Ali berkata kepada Abdur-Rahman: Anda telah menipu saya, dan Anda mengangkatnya hanya karena dia ipar Anda dan agar dapat berunding dengan Anda setiap hari, dan bahwa dia masih maju mundur sehingga Abdur-Rahman berkata kepadanya: Barang siapa melanggar janji, sebenarnya ia telah melanggar janjinya sendiri.... hingga akhir ayat, dan berita-berita lain yang bertentangan dengan yang terdapat dalam kitab-kitab yang sahih, tertolak kembali kepada yang mengatakannya dan yang melakukannya. Wallahualam."

Sudah kita lihat sumber-sumber yang saling bertentangan ini. Tetapi semua itu membuktikan bahwa kalangan Kuraisy lebih menyukai kenabian dan kekhalifahan itu jangan hanya di satu tangan Banu Hasyim. Kata-kata ini dihubungkan kepada Ali setelah pelantikan Usman: "Orang melihat kepada Kuraisy dan Kuraisy melihat kepada keluarganya dengan mengatakan: Kalau Banu Hasyim sudah menguasai kalian, kalian tidak akan pernah lepas dari mereka, juga Kuraisy yang lain tidak dapat saling bergantian di antara kalian." Kata-kata ini benar dihubungkan kepada Ali atau tidak, sudah sesuai dengan kejadian waktu itu. Ali orang yang paling tahu dan paling jujur berpegang pada kebenaran dan keadilan. Tetapi dalam hal ia tak jadi ditampilkan memperlihatkan ambisi Kuraisy yang ingin memegang pimpinan kaum Muslimin secara bergantian di antara mereka, tidak hanya diwarisi oleh ahlulbait seperti raja-raja yang mewarisi takhta nenek moyang mereka, dan barangkali pembaiatan itu jatuh kepada Ali kalau tidak karena perasaan itu yang memang sudah berurat berakar dalam kalangan Kuraisy.

Usman menolak menghukum Ubaidillah dan menebusnya dengan diat

Sesudah pembaiatan itu Usman duduk di samping Masjid. Setelah itu ia memanggil Ubaidillah bin Umar dari penjaranya untuk diadili karena tindakannya membunuh Hormuzan, Jufainah dan anak perempuan Abu Lu'lu'ah sesudah ia yakin bahwa mereka terlibat dalam komplotan yang telah membunuh ayahnya. Setelah Ubaidillah tampil di depannya, Amirulmukminin menanyakan pendapat kaum Muhajirin dan Ansar dengan permintaan. Berikanlah pendapat kalian mengenai orang yang telah melakukan pembunuhan dalam Islam ini! Dalam hal ini Ali berkata: Tidak adil membiarkan dia, dan saya berpendapat dia juga harus dibunuh. Tetapi beberapa orang dari Muhajirin melihat pendapat yang terlalu keras menekan perasaan itu berkata: Umar baru kemarin terbunuh, sekarang anaknya akan dibunuh pula! Mendengar penolakan ini semua yang hadir terdiam, Ali juga tidak meneruskan kata-katanya. Usman melihat ke sekeliling, kepada mereka yang hadir, mengharapkan pendapat mereka. Andaikata pendapat yang menghendaki Ubaidillah dibunuh dikabulkan niscaya luka dalam hati keluarga Umar yang belum sembuh itu akan terkoyak lagi, dan akan menimbulkan kemarahan besar, yang hanya Allah yang tahu segala akibatnya. Ini akan menjadi contoh kekerasan yang tak dapat dibandingkan dengan orang yang paling kejam sekalipun. Sesuai dengan watak Usman yang selalu lemah lembut, ia ingin menghindari kekerasan semacam itu. Ingin sekali ia sekiranya ada di antara yang hadir itu dapat memberikan jalan keluar dari situasi itu. Ketika itu Amr bin As yang ikut hadir berkata: "Allah telah membebaskan Anda dari kejadian ini. Waktu itu Anda tidak punya kekuasaan atas kaum Muslimin. Peristiwa semacam itu belum ada pada zaman Anda. Tinggalkan sajalah !" Usman melihat kata-kata Amr itu tidak masuk akal, dan dia tidak puas dengan pendapatnya itu, tetapi terasa ada kesan membolehkan diat. Karenanya Usman menjawab: "Sayalah yang akan menjadi wali mereka - maksudnya wali mereka yang terbunuh - sudah saya jadikan diat dan saya yang akan menanggungnya dari harta saya sendiri."

Sebenarnya fatwa pembunuhan terhadap Ubaidillah itu kejam, dan dari segi keadilan masih merupakan syubhat. Anggaplah salah dalam keyakinannya bahwa Hormuzan dan Jufainah berkomplot dengan Abu Lu'lu'ah untuk membunuh ayahnya. Tetapi dalam hal ini ia masih dapat dimaafkan dalam arti dapat menghilangkan syubhat tadi dan melindunginya dari hukuman serta meringankan pelaksanaan hukumnya. Bolehjadi persekongkotan makar itu akan terbongkar kalau Usman mengadakan penyelidikan yang saksama, dan dengan cara yang meyakinkan dapat menghilangkan semua keraguan. Kesaksian Abdur-Rahman bin Abu Bakr dan Abdur-Rahman bin Auf sudah cukup untuk membela Ubaidillah atas perbuatannya itu, sekalipun tak dapat dijadikan bukti terhadap Hormuzan dan Jufainah. Dan kesaksian keduanya sudah memperkuat bahwa senjata tajam yang digunakan membunuh Umar di tangan komplotan rahasia itu. Barangkali Usman berpendapat untuk tidak mengadakan penyelidikan yang bukan tidak mungkin dapat membangkitkan kemarahan Persia, dan menambah dendam mereka terhadap Arab. Oleh karena itu ia membayar diat para korban pembunuhan itu dari hartanya sendiri, dan dalam waktu yang bersamaan ia menyuruh Ziyad bin Labid al-Bayadi agar menghentikan segala sindiran kepada Ubaidillah bin Umar. Dengan demikian padamlah segala desas desus dan fitnah yang tak perlu diungkit-ungkit, dan kaum Muslimin di seluruh kawasan Islam kembali ke dalam kehidupan seperti sebelum Umar wafat.

***

Usman: Komplotan makar tak perlu diperpanjang

Dengan bunuh dirinya Abu Lu'lu'ah dan terbunuhnya Hormuzan dan Jufainah, kemudian diat Usman atas kedua orang itu dari hartanya sendiri serta larangannya memperpanjang persoalan Ubaidillah, tertutuplah sudah rahasia sekitar terbunuhnya Umar, yang sampai sekarang belum juga terungkap, dan para sejarawan pun masih belum mau menyingkapkannya. Menurut hemat saya Umar memang benar sebagai penyebab, kesaksian Abdur-Rahman bin Auf dan Abdur-Rahman bin Abu Bakr memperkuat keyakinan Ubaidillah bin Umar dan saudaranya Hafsah Ummulmukminin tentang persekongkotan orang-orang Persia itu terhadapnya ayahnya. Alasan Abu Lu'lu'ah dan Hormuzan ketika mengadakan persekongkolan karena pasukan Muslimin menaklukkan negeri mereka, dan rajanya terpaksa melarikan diri yai:ig berakhir dengan nasib mengenaskan dan hina. Kalau hati mereka tergerak oleh nasib yang menimpa negeri mereka kemudian merencanakan perbuatan makar, lalu Umar yang menjadi korban makar itu tidaklah terlalu mengherankan. Tetapi yang sungguh mengherankan, orang masih percaya bahwa Fairuz (Abu Lu'lu'ah) membunuh Umar karena dia tidak diperlakukan secara adil untuk meringankan pajaknya, padahal dari pihaknya untuk mengulangi pengaduannya mengenai soal pajak itu tidak mudah.

Kalaupun karena pertimbangan-pertimbangan waktu soal komplotan makar itu oleh Usman harus dikubur, buat para sejarawan bukan alasan. Orang-orang Persia sudah menganut Islam dan mereka merasa bangga dengan itu dan sangat dihormati. Mereka sama dengan bangsa-bangsa lain yang sudah menganut Islam. Maka sudah menjadi kewajiban setiap ahli sejarah untuk memberikan pendapatnya mengenai masalah yang sudah menjadi milik sejarah itu dan untuk mengungkapkannya sudah menjadi kewajibannya. Oleh karenanya, saya memberikan pendapat saya, dengan keyakinan bahwa dengan pendapat ini segala yang terjadi antara Arab dengan Persia itu nanti akan banyak mengundang orang membuat komentar.18

Mereka berkata tentang Umar

Masalah ini perlu dibahas secara terbuka karena menyangkut Amirulmukminin Umar bin Khattab. Orang ini, yang namanya selalu, dan sepanjang masa akan selalu menjadi lambang sejarah tentang keadilan dan kejujuran; tentang ketegasan dengan pandangan yang bijaksana, dengan kemauan yang sungguh-sungguh; tentang pengabdian yang sepenuhnya kepada Allah dan kepada agama Allah, sehingga karenanya Allah memperkuat Islam dan panjinya berkibar di timur dan di barat. Jika teringat pada terbunuhnya Umar Abdullah bin Mas'ud menangis seraya berkata: "Umar adalah benteng Islam yang sungguh kuat: orang masuk ke dalam Islam dan tak ada yang keluar lagi. Tetapi sesudah Umar wafat benteng itu retak dan orang keluar dari Islam." Sumber mengenai Huzaifah menuturkan bahwa dia berkata: "Islam di masa Umar seperti orang yang menyongsong datang dan terus berdatangan, tetapi sesudah ia terbunuh orang berbalik surut dan terus surut." Suatu sumber menyebutkan bahwa Abu Ubaidah bin Jarrah berkata - ketika dia masih di puncak kegiatannya dan sedang kuat-kuatnya: "Kalau Umar meninggal Islam jadi lemah. Saya tak ingin hidup lagi sesudah dia tidak ada. Kalau kalian masih hidup kalian akan menyaksikan apa yang saya katakan ini. Jika ada yang tampil memimpin sesudah Umar dan meneruskan jejaknya orang tidak akan menaatinya dan tidak akan tahan, dan jika dia tidak mampu menangani mereka, mereka akan membunuhnya."

Semoga Allah melimpahkan rahmat dan rida-Nya kepada Umar

Apa yang dikatakan Ibn Mas'ud, Huzaifah dan Abu Ubaidah menunjukkan adanya keterpaduan sifat-sifat Umar, dan terpadunya sifat-sifat itulah yang membuat kaum Muslimin tahan di bawah kepemimpinannya, yang sekiranya berada di bawah yang lain mereka tidak akan tahan. Itulah yang membuat mereka sangat sedih dengan kematiannya, sehingga seolah hanya baru sekali itu mereka mengalami malapetaka. Bagaimana mereka tidak akan sedih, pada saat permulaan ia menjadi Khalifah, dulu mereka dalam keadaan miskin, Allah memberi kekayaan kepada mereka; mereka dulu dalam serba ketakutan terhadap Persia dan Rumawi, kemudian menjadi tuan atas Persia dan Rumawi; mereka dulu terpuruk di sudut bumi, hampir tak dikenal dunia, dengan karunia Allah kemudian menjadi buah bibir dan perhatian orang di seluruh jagat raya ini. Semua itu terjadi, Umar tetap itu itu juga, penampilannya tidak berubah, hidupnya pun tidak berubah. Ia tak pernah memikirkan kepentingan dirinya atau keluarganya, tetapi yang menjadi perhatiannya adalah nasib umat yang sekarang dipikulkan di atas pundaknya. Yang selalu dipikirkan, janganlah di kawasan yang menjadi tanggung jawabnya itu ada rasa ketidakpastian dari penduduk atau dari dia sendiri, hak dan kewajiban masing-masing harus dapat ditunaikan. Dengan demikian Allah memperkuat Islam, dan bumi ini diwariskan kepada hamba-hamba-Nya yang saleh.

Semoga Allah melimpahkan rahmat dan rida-Nya kepada Umar! Dia adalah salah seorang hamba-Nya yang sungguh beriman.

Catatan Kaki:

  1. Ibn Sa'd mengutip beberapa macam khutbah yang dihubungkan kepada Umar bahwa itu disampaikannya dalam khutbah Jumat sekembalinya dari ibadah hajinya yang terakhir. Hari Jumat terakhir bulan Zulhijah tahun itu jatuh pada hari ke-29. Umar tidak berkhutbah hari itu seperti yang akan kita lihat nanti karena ia sudah bertolak kembali dari Mina pada hari ke-12 Zulhijah. Kalaupun dia tidak tinggal di Mekah dan langsung pulang ke Medinah tentu ia akan sampai sesudah hari ke-15 Zulhijah dan hari Jumat bulan itu hanya tinggal hari yang ke-22, yaitu hari yang memungkinkan Umar mengadakan khutbah Jumat.
  2. Lihat catatan bawah h. 741. - Pnj.
  3. Mungkin sama dengan yang dikenal sekarang sebagai ESP (extrasensory perception), yakni kemampuan merasakan atau mengetahui sesuatu atau kejadian sebelumnya, di luar bantuan pancaindera. - Pnj.
  4. I'tafa, dari kata 'a'if ('yf, 'iyafah) 'meramal dengan burung dari namanya, suara dan arahnya, yang menjadi adat Arab dan banyak terdapat dalam syair-syair mereka (N).' Dan 'a'if, ahli meramal dengan burung. Arti lain dalam kamus-kamus umum i'tafa. menyiapkan bekal untuk perjalanan. - Pnj.
  5. Ibn Umar ialah Abdullah bin Umar bin Khattab, anak Umar bin Khattab Amirulmukminin. - Pnj.
  6. Tabari dan Ibn Asir meringkaskan cerita syura dan bagaimana Umar mencalonkan mereka sebagai khalifah sebagai berikut: "Setelah Umar ditikam ada yang berkata kepadanya: Amirulmukminin, mengapa Anda tidak menunjuk seorang pengganti? Kalau Abu Ubaidah masih hidup tentu saya tunjuk dia sebagai pengganti saya, dan kalau ditanya Tuhanku akan kukatakan: Aku mendengar Nabi-Mu mengatakan bahwa dia orang kepercayaan umat ini; dan kalau Salim bekas budak Abu Huzaifah masih hidup niscaya saya tunjuk dia sebagai pengganti saya, dan kalau aku ditanya Tuhanku akan kukatakan: Aku mendengar Nabi-Mu berkata bahwa Salim sangat mencintai Allah. Ada orang yang mengatakan kepadanya: Saya menyarankan Abdullah bin Umar. Dijawab oleh Umar: Orang celaka Anda ini ! Sekali-kali Allah tidak menghendaki yang begini ! Bagaimana saya akan menunjuk orang yang tidak mampu menceraikan istrinya! Saya tidak perlu dengan persoalan kalian. Tidak ada dari keluarga saya yang ingin saya libatkan. Kalau dia baik maka itulah yang kita kehendaki, kalau dia jahat berarti sudah meninggalkan kita. Cukuplah keluarga Imran mempertanggungiawabkan dari mereka satu orang, dan ia menanyakan tentang umat Muhammad. Bahwa saya sudah membanting tulang dan meninggalkan keluargaku, kalaupun saya sudah selamat dengan hidup ala kadarnya, tanpa beban dan tanpa imbalan, maka saya sudah cukup bahagia! Perhatikanlah, kalaupun saya akan menunjuk pengganti, orang yang lebih baik dari saya pun sudah menunjuk penggantinya, dan kalaupun saya biarkan, orang yang lebih baik dari saya sudah pula membiarkan. Allah tidak akan menyia-nyiakan agama-Nya. Mereka itu keluar dari tempat Umar setelah itu mereka berkata: Amirulmukminin, sebaiknya Anda membuat sebuah pesan. Ia menjawab: Sesudah kata-kata saya itu saya sudah memutuskan akan melihat orang yang paling pantas di antara kalian, tetapi saya tidak ingin menanggungnya waktu hidup dan sesudah mati. Pilihlah orang-orang yang oleh Rasulullah Sallalliihu 'alaihi wa sallam sudah dikatakan mereka itu dari keluarga penghuni surga. Lalu mcnyebutkan nama keenam orang itu."
    Ibn Qutaibah mengatakan dalam bukunya, al-Imamah was-Siyasah bahwa Umar mengatakan: "Kalau Mu'az bin Jabal masih hidup akan saya tunjuk dia menjadi pengganti, dan kalau Khalid bin Walid masih hidup akan saya angkat dia." Untuk kedua orang ini disertai pula hadis-hadis dari Nabi yang menyatakan akan mengemukakan alasan itu kepada Tuhannya jika ia ditanya. Saya sendiri sebenarnya meragukan sumber ini, terutama mengenai Khalid. Umar tidak akan menunjuknya menjadi penggantinya sebagai amirulmukminin, mengingat dia sendiri yang sudah memecatnya dari kedudukannya di Kinnasrin.
  7. Ada sebuah sumber yang menyebutkan bahwa Umar berkata: Hendaklah mereka masuk ke dalam sebuah rumah. Kalau sesudah memilih seseorang ada yang menentang, penggallah lehernya. Setelah keluar dari tempat Umar, ia berkata: Kalau mereka mengangkat orang yang botak itu - maksudnya Ali bin Abi Talib - tentu mereka akan dibawa ke jalan yang benar. Anaknya berkata kepadanya: Amirulmukminin. apa salahnya jika Ayah yang mengatakan? Kata Umar: Saya tidak suka menanggungnya, waktu hidup atau sesudah mati. Ada sebagian yang menafikan sumber ini dan menganggapnya dikarang-karang kemudian untuk maksud-maksud politik.
  8. Berbagai sumber mengenai hari ditikamnya Umar dan dikebumikan terdapat perbedaan. Salah satunya menyebutkan bahwa ia ditikam hari Rabu dan dikebumikan hari Kamis malam ketiga Zulhijah. Sumber lain menyebutkan bahwa penikaman itu terjadi hari Rabu dan ia dikebumikan hari Ahad pagi 1 Muharam tahun 24 H. Sumber ketiga menyebutkan bahwa ia meninggal malam keempat Zulhijah. Kemudian sumber-sumber yang lain menyebutkan bahwa dia meninggal tanggal 8 atau 10 Muharam tahun 24.
  9. Salah seorang sahabat Nabi, orang Yahudi yang menganut Islam. - Pnj.
  10. Maksudnya, menjalankan kebijakan pemerintahannya tepat sekali (N). - Pnj.
  11. Yakni menyelesaikan tugas kenegaraan tanpa cacat. - Pnj.
  12. Harfiah: Sungguh! Dia tidak mengatakannya, tetapi dia diajarinya, yakni diberi ilham dan benar sekali apa yang dikatakannya (N). - Pnj.
  13. Ini menurut sumber at-Tabari dan Ibn Asir. Tetapi Ibn Sa'd yang mengambil dari Abu Huwairis lewat Jabir yang mengatakan: Yang turun ke lahad Umar: Usman bin Affan, Sa'id bin Zaid bin Nufail, Suhaib bin Sinan dan Abdullah bin Umar.
  14. Dalam al-Bidayah wan-Nihayah Ibn Kasir menyebutkan Ubaidillah membunuh Hormuzan dan Jufainah, dengan mengatakan: "Umar pernah memerintahkan agar ia dipenjarakan untuk kemudian diadili oleh Khalifah yang sesudahnya." Maksud kata-kata itu bahwa pembunuhan yang dilakukan Ubaidillah itu Umar masih hidup dan memerintahkan supaya ia dipenjarakan. Sumber itu cukup banyak, dan yang terkuat menurut hemat saya, bahwa apa yang dilakukan Ubaidillah itu sesudah Umar wafat dan sebelum Usman dilantik.
  15. Abdur-Rahman menikah dengan saudara perempuan Usman seibu, Umm Kulsum bin Uqbah bin Abi Mu 'ait. - Pnj.
  16. Harfiah, "Demi Yang mencabut nyawa Umar.' - Pnj.
  17. Tabari menafsirkan kata-kata Ali "suatu tipu muslihat" itu karena pada suatu malam selama berlangsung Majelis Syura, Amr bin As menemui Ali dan mengatakan kepadanya: "Abdur-Rahman orang yang suka bekerja keras, dan kalau Anda memperlihatkan ketegasan kepadanya, ia akan menjauhi Anda. Tetapi dengan kerja keras dan kemampuan ia akan lebih cenderung kepada Anda. Setelah itu ia menemui Usman dan berkata kepadanya bahwa Abdur-Rahman orang yang suka bekerja keras dan membaiat Anda hanya karena ketegasan, maka sambutlah. Itu sebabnya Ali mengatakan itu tipu muslihat." Sumber ini sangat lemah, yang sengaja dibuat-buat sesudah terjadi perselisihan antara Ali dengan Mu'awiah. Sebenarnya Abdur-Rahman memilih Usman sesudah bermusyawarah dan meminta pendapat penduduk Medinah dan yang lain.
  18. Dalam 'Abqariat 'Umar Abbas Mahmud al-Aqqad sejalan dengan pendapat saya dengan mengatakan: Tidak diragukan lagi Umar - semoga dalam rahmat Allah - pasti mati syahid akibat adanya persekongkotan musuh-musuh kedaulatan Islam itu. Cerita tentang pajak itu hanya alasan saja untuk dijadikan tempat bersembunyi kaum makar itu di Medinah dan tempat-tempat lain, sebab mereka khawatir akan terkena hukum kisas jika rencana mereka terbongkar atau alasan mereka melakukan pengintaian demikian itu diketahui. Menurut pendapatnya Ka'b al-Ahbar terlibat dalam komplotan itu. Tetapi saya berpendapat bahwa dia mengetahui adanya rencana itu, namun saya tidak dapat memastikan bahwa dia juga terlibat.

(sebelum, sesudah)


Umar bin Khattab
"Sebuah teladan mendalam tentang pertumbuhan Islam dan Kedaulatannya masa itu"
 
Judul asli "Al-Faruq Umar" cetakan ke 7 oleh Muhammad Husain Haekal, Ph.D.,
dengan izin ahli waris, Dr. Ahmad Muhammad Husain Haekal, kepada penerjermah.
diterjemahkan oleh Ali Audah.
Cetakan pertama, April 2000
Diterbitkan oleh P.T. Pustaka Litera AntarNusa
Jln. Arzimar III, Blok B No. 7A, Tel. (0251) 330505, 370505, Fax. (0251) 380505 Bogor 16152.
Jln. Rukem I-19, Rawamangun, Tel./Fax. (021) 4722889, Jakarta 13220.
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang No. 7/1987
ISBN 979-8100-38-7
Anggota IKAPI.
Setting dan kulit luar oleh Litera AntarNusa
Dicetak oleh P.T. IKRAR MANDIRIABADI, Jakarta.
 
Indeks Islam | Indeks Haekal | Indeks Artikel | Tentang Penulis
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team