Bab Dua. Kerajaan Suci


Wahai Nabi! Kobarkanlah semangat kaum Mukmin itu untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar di antara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang (yang sabar) di antara kamu, mereka dapat mengalahkan seribu orang kafir, karena orang-orang kafir itu adalah kaum yang tidak mengerti. (QS 8: 65)

Al-Quran menyatakan: "Hendaklah di antara kamu ada segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar; merekalah orang-orang,yang beruntung" (QS 3: 104). Rasulullah bersabda, "Tidaklah sempurna iman seseorang kecuali tetangganya merasa aman dan tenteram berada di sampingnya; dan tidak pula sempurna iman seseorang apabila tetangganya kelaparan sementara dia kekenyangan."

Islam sangat menekankan konsep bermasyarakat dan persaudaraan. Setiap pemimpin besar Muslim di Amerika Serikat berusaha sekuat tenaga untuk memberi kebebasan (dan perlindungan) dari diskriminasi, mengobarkan konsep Islami bahwa manusia itu berasal dari ibu dan bapak yang sama, menciptakan keluarga-keluarga yang kuat di suatu wilayah di mana banyak keluarga yang berantakan, menyediakan lapangan kerja bagi orang-orang yang telah dicabut haknya dan menciptakan kekuatan ekonomi di daerah minoritas yang diabaikan oleh Kristen dan Yahudi. Singkatnya, masyarakat Islam akan membasmi keburukan-keburukan yang berhubungan dengan ajaran-ajaran serta ideologi lain.

Pemimpin-pemimpin Muslim Amerika telah terbukti banyak akal. Elijah Muhammad telah berhasil dengan menakjubkan. Dengan menamakan dirinya "Sang Utusan" dan mendukung prinsip-prinsip pertolongan terhadap diri sendiri secara nasional yang dipinjam dari Marcus Garvey, juga ide-ide religius dari pelopornya, Noble Drew Ali, dia membangun kembali kerajaan yang "pernah ada lalu runtuh" di Harlem dan bagian selatan Amerika. Dia menjadi guru, saksi kebenaran, pemberi nafkah, pemimpin utusan Tuhan yang menawarkan kepada orang-orang kulit hitam yang tertindas seorang dewa kulit hitam yang kuat.

Elijah Muhammad --atau, terlebih, Malcolm X, wakil nasionalnya-- mendapat liputan yang lebih luas dibanding semua pemimpin Islam lain dalam sejarah Amerika Serikat. Tetapi pendapat-pendapat Elijah tidak selalu disambut baik oleh orang-orang Muslim ortodoks, yang bagi mereka Islam adalah dan selalu merupakan agama universal. Putra dan penerus Elijah Muhammad sendiri menghindari ajaran-ajarannya dan mengakhiri pemusnahan satu bangsa yang dulu pernah menjadi bangsa yang kuat. Mereka mendirikan banyak masjid, dan di dalam masjid tersebut nasionalisme kulit hitam terhapuskan oleh rasa kesalehan dan persamaan umat manusia, hitam atau putih atau ras apa pun.

Meskipun demikian sisa-sisa konsep rasial Elijah tetap hidup, dan sementara sebagian tempat berkumpul telah disebut sebagai masjid, banyak juga yang masih merupakan tempat ibadah ajaran agama asli daerah tersebut. Di markas Fruit of Islam, sebuah organisasi kemiliteran yang didirikan pada masa Elijah, berkumpul para lelaki yang berdasi kupu-kupu dan para ulama yang masih muda yang dengan bersemangat menggempur mimbar dan mengkhutbahkan ajaran-ajaran yang diambil dari buku Elijah Muhammad dan dengan berapi-api melancarkan protes terhadap pelajaran dari sekolah Minggu.

Sementara itu, di dalam masjid-masjid yang tanpa kursi, jajaran umat Islam bersimpuh di atas permadani, mendengarkan para imam mencaci-maki mereka karena tidak berbuat sesuai dengan ajaran Islam yang mereka warisi, dan kemudian bersujud kepada Allah.


Jihad Gaya Amerika, Islam Setelah Malcolm X oleh Steven Barbosa
Judul Asli: American Jihad, Islam After Malcolm X
Terbitan Bantam Doubleday, Dell Publishing Group, Inc., New York 1993
Penterjemah: Sudirman Teba dan Fettiyah Basri
Penerbit Mizan, Jln. Yodkali No. 16, Bandung 40124
Cetakan 1, Jumada Al-Tsaniyah 1416/Oktober 1995
Telp.(022) 700931 Fax.(022) 707038
Indeks artikel kelompok ini | Disclaimer
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Dirancang oleh MEDIA, 1997-2000.
Hak cipta © dicadangkan.