|
|
Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. (QS 94:4) Bijan Pakzad, seorang imigran Iran yang terkenal dengan iklan parfumnya yang hebat, mengelola sebuah kerajaan minyak wangi dan busana yang bermerk Rodeo Drive. Pelanggannya adalah para raja, presiden, dan pasha. Konon dia adalah salah seorang pengusaha pakaian laki-laki termahal di dunia. Dengan pesawat jet pribadinya, dia terbang mendatangi istana-istana yang jauh untuk menjual barang-barangnya. Tetapi dibanding kekayaan yang telah dikumpulkan para raja minyak, keberuntungan Pakzad, walaupun berjuta-juta, masih kalah jauh. Orang yang terkaya di dunia adalah seorang Muslim: Sultan Haji Hassanal Bolkiah Mu'izzaddin Waddaulah, yang lebih dikenal sebagai Sultan Brunei. Dia mempunyai kekayaan yang begitu mengagumkan, bahwa uang sejumlah 1 dolar, 2 dolar, 5 dolar, dan 10 milyar dolar (dalam mata uang Amerika) dalam peredarannya tidak setara dibanding kekayaannya. Pada kenyataannya, seluruh jumlah uang dalam peredaran yaitu 50 milyar dolar Amerika hampir setara dengan jumlah kekayaannya yang diperkirakan 37 milyar dolar, hanya kurang sekitar 2 milyar lebih.1 Sultan yang berusia empat puluh enam tahun beserta keluarganya dan dua orang Muslim, yaitu: Saja Fahd ibn Abdul Aziz dari Saudi Arabia (10 milyar dolar) dan Saja Kuwait Sheik Jaber al-Ahmed al-Sabah dan keluarganya (7.1 milyar dolar), berada di deretan sebelas orang terkaya di dunia. Pendapatan mereka dari minyak, real-estate dan investasi luar negeri, ditambah pengeluaran mereka yang benar-benar tak terbayangkan untuk pergi bersuka ria, dapat menimbulkan perasaan kagum pada diri manusia. Tetapi ketenaran mereka tidak sebanding dengan kekayaan mereka. Tampaknya orang-orang Muslim Amerikalah yang memonopoli ketenaran itu. Muhammad Ali dan Kareem Abdul-Jabbar --keduanya telah berhenti dari kegiatan olah raga mereka-- mempunyai penggemar di setiap sudut dunia. Daya tarik Ali dan Abdul-Jabbar di dalam dan luar negeri mungkin di satu sisi diperkuat oleh keberanian mereka mengumumkan keislaman mereka dengan mengesampingkan kecenderungan Amerika yang menganggap Islam sebagai agama para penghasut, pengikut fanatik, dan para rasis kulit hitam. Jimmy Breslin pernah memanggil Ali sebagai "seorang Muslim dan kutu busuk;" dan William F. Buckley, Jr. memohon setiap orang untuk menusukkan "kewarasan ke kepala Clay sebelum dia mencemari dunia olah raga."2 Tapi kini zaman telah berubah. Sebelum Cassius Clay (yang kemudian dikenal dengan nama Ali) merebut gelar juara tinju kelas berat dari Sonny Liston pada 25 Februari 1964, Elijah Muhammad, pimpinan Nation of Islam, mengingatkan agar Malcolm X tidak terlalu dekat dengan Clay; jika Clay kalah dalam pertandingan, dia akan membuat malu Nation. Tetapi setelah Clay mendapatkan kemenangan, Elijah mengambil sikap bungkam. Dia mengatakan Clay menang karena dia "mengakui Muhammad sebagai Utusan Allah." Belakangan dia memberikan nama Muhammad Ali kepada Clay; Muhammad berarti patut dipuji, dan Ali adalah sepupu Nabi dan khalifah keempat setelah wafatnya Nabi Muhammad. Meski diprotes dan mendapat penolakan di kampung halamannya, Ali disambut dengan gembira oleh seluruh umat Islam di dunia --di Pakistan, Indonesia, Turki, Tunisia, Saudi Arabia-- sebagai saudara seiman. Akhirnya dia, disusul oleh Abdul-Jabbar, mungkin mendapat jutaan pengagum dan penggemar sebagai akibat perubahan agama dan keyakinan mereka. Masuknya Ali ke agama Islam telah membawanya ke keanggotaan Nation of Islam. Hal ini berarti meninggalkan orang kulit putih Amerika, agama Kristen, daging babi, nama budak, iblis bermata biru. Abdul-Jabbar masuk ke Islam mainstream, yang agak berbeda dan waktu itu dipandang sebagai anti terhadap apa yang diimpikan oleh Elijah Muhammad. Ali digelari sebagai "Muslim Kulit Hitam"; Abdul-Jabbar dikenal dengan pemimpim Muslim mazhab Hanafi di Amerika yang berkulit hitam. Ali dan Abdul-Jabbar mencatat kemenangan demi kemenangan, dan karena popularitas mereka tersebar luas, Para penggemar semakin tergila-gila pada apa yang menggerakkan mereka. Dengan cara mereka sendiri, mereka memperjuangkan Islam ke seluruh penjuru dunia, memperkenalkannya kepada, berjuta-juta manusia sejauh yang dapat dilakukan seorang atlet melalui olah raga. Jihad mereka meliputi perjuangan pribadi untuk perbaikan diri dan perlawanan publik menegakkan ajaran-ajaran Islam. Kedua atlet itu juga mengikuti kepemimpinan Elijah Muhammad, mengajak Para milyuner Muslim kelahiran Amerika untuk bergabung dengan mereka. Di antaranya adalah orang-orang seperti Mujahid Ali (a.k.a. Clarence C. Lilley). Setelah bertahun-tahun, akhirnya Ali dan Abdul-Jabbar menjalankan ajaran Islam dengan cara yang sama, karena Ali berpindah menuju Islam ortodoks. Masih dalam rangka memperkenalkan Islam, Ali bergerak dalam kerumunan massa, membagikan pamflet-pamflet Islam. Putrinya, May May (Maryum) menulis dan menyanyikan lagu rap yang mengingatkan kepada puisi Ali "Float like a butterfly/Sting like a bee" (Terbang seperti seekor kupu-kupu dan menyengat seperti seekor lebah). Tapi lagu-lagunya juga memuat ayat-ayat Al-Quran. Sementara itu, putri Malcolm yang tertua, Attallah, adalah seorang model, produser, dan penulis yang tinggal di New York dan mendirikan sebuah kantor di Los Angeles. Catatan kaki:1 Brunei, satu sudut yang kecil di pulau Borneo, memiliki sumber minyak bumi dan gas yang dikendalikan oleh sultan. Majalah Fortune melaporkan bahwa dia berkendara sepanjang jalan dengan menggunakan kereta yang bersepuh emas yang ditarik oleh empat puluh orang pada peringatan ulang tahun penobatannya sebagai sultan yang kedua puluh lima. Dia memiliki 165 mobil Rolls-Royce. 2 Muhammad Ali dan Richard Durham, The Greatest: My Own Story (New York: Random House, 1975), h. 203. |
|
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota Dirancang oleh MEDIA,
1997-2000. |