Industri Perikanan Nation

H.Nasif Mahmoud


Allahlah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya, dan supaya kamu dapat mencari sebagian karunia-Nya dan mudah-mudahan kamu bersyukur. (QS 45:12)

Dia adalah seorang karyawan di firma hukum Internasional yang berkedudukun di Washington,D.C. dan Pasadena, dan juga seorang profesor di fakultas hukum Universitas Howard. Dia ingat masa mudanya, ketika masih berusia dua puluhan, sebagai pegawai di Kementerian Perikanan Peru, dia bernegosiasi untuk kontrak-kontrak yang bernilai jutaan dolar. Ingatan itu membawanya kepada salah satu lagu: "How you gonna keep'em down on the farm after they've seen Paree?"

Pada 1970-an, Nasif yang baru menyelesaikan studinya di fakultas hukum Harvard, berhasil melakukan negosiasi di Peru, menyingkirkan segala gangguan yang konon dirancang oleh pejabat pemerintahan Amerika Serikat. Keahliannya di bidang hukum merupakan faktor yang sangat penting untuk mendukung rencana Elijah Muhammad membangun sebuah kerajaan bisnis.

Tetapi orang tua tersebut mengajarkan pada Nasif beberapa trik yang cerdik. Nasif, yang menyebut dirinya sebagai "atlit akademis", menggunakan pelajaran tersebut untuk melancarkan karir yang membawanya ke Peru, Equador, Canada, Abu Dhabi, Dubai, Kuwait, Libanon, Saudi Arabia, Jerman, Swiss, Inggris, Belize dan El-Salvador. Tetapi perjalanan keliling dunianya didahului oleh pertengkaran dan bentrokan dengan orang-orang yang bodoh.

Saya melewatkan masa-masa sekolah saya dengan mudah berkat bantuan para wanita dalam keluarga saya: nenek saya yang menganut agama Islam, yaitu ibu dari ayah saya, nenek saya yang kristen, yaitu ibu dari ibu saya, dan ibu saya sendiri. Mereka menanamkan benih dalam diri saya untuk menjadikan saya seorang manusia yang berguna.

Nenek saya, semoga Tuhan memberkatinya, adalah pengikut Moorish Scientist. Ketika masih kecil, saya menyaksikan beliau shalat lima kali dalam satu hari. Sering kali beliau tiba-tiba berhenti di tengah-tengah sebuah perbincangan, mengambil air wudhu, dan menuju ke sudut ruangan, menghadap ke kiblat dan shalat. Beliau memiliki artefak-artefak dan kenang-kenangan dari Moorish Science Temple yang dipajang di setiap sudut rumahnya.

Beliau bertanya kepada saya, "Siapa kamu?"

Saya menjawab, "Saya Henry Camberlon Tyson Junior.

Beliau berkata, "Tidak, itu bukan kamu. Kamu adalah orang kulit hitam berdarah Asia, kamu berasal dari sebuah suku yang besar di Afrika. Kamu berasal dari orang Moor kulit hitam. Mereka adalah orang-orang yang berperadaban dan berbudi pekerti serta kaya raya, dan orang-orang Eropa datang ke Afrika dan merampas sebagian besar harta mereka, mereka juga mengambil orang-orang kulit hitam Afrika dan membawa mereka kemari, ke Amerika. Begitulah cara kamu menjadi orang Amerika. Jadi kamu sebenarnya adalah seorang bangsa Moor Amerika".

Kemudian beliau berkata lagi, "Mereka yang disebut sebagai orang kulit putih adalah orang yang seharusnya tidak dipanggil sebagai orang putih, sebab sifat putih itu menunjukkan kesucian, kesucian menunjukkan kesalehan, dan orang-orang itu sesungguhnya tidak bertingkah laku sebagaimana yang diperintahkan Tuhan. Kenyataannya, mereka dipengaruhi oleh iblis, sebab rasialisme merupakan sifat iblis --yang membuat mereka menjadi iblis. Seiring dengan pertumbuhanmu, orang jahat tersebut akan berusaha menghalangimu. Dia akan memanggilmu tidak dengan namamu sendiri. Dia akan memanggilmu jigaboo. Dia juga akan memanggilmu orang hitam, negro. Tetapi jangan kau dengarkan nama-nama itu, sebab dia tidak membicarakan kamu --dia tidak tahu siapa kamu sebenarnya."

Lalu beliau melanjutkan, "Kamu tidak boleh membiarkan iblis itu mengalahkanmu dalam segala bidang --tidak dalam hal membaca, menulis, aritmetika, di lapangan baseball, di lapangan basket, di lapangan sepak bola dan juga di arena atletik. Jika engkau telah cukup umur, engkau akan mengubah namamu dan engkau akan berbuat sesuatu yang mengagumkan sebelum engkau wafat, dan masyarakat akan membanggakanmu."

Saya merasa bahwa saya diharapkan untuk bisa berbicara, menulis, membaca dan berkomunikasi dengan baik, juga menjadi seorang atlit yang hebat di semua arena olah raga. Bagi saya, itu bukanlah sesuatu yang luar biasa. Jadi selama di sekolah, saya selalu menjadi seorang atlit akademis.

Saya biasanya berjalan kaki pulang sekolah. Suatu hari tiga orang laki-laki membuntuti saya dari belakang. Dan saya tahu bahwa di antara ketiga orang itu pasta ada pemimpinnya. Tiba-tiba buku yang saya bawa dihantam hingga berjatuhan. Saya tidak tahu pasti siapa yang melakukannya, tetapi dalam keadaan itu pasti Anda tidak akan berbalik dan menanyakannya kepada mereka; tetapi langsung memukul salah seorang di antaranya. Dan tentu saja yang terdekat dengan sayalah yang menjadi sasaran. Jika yang terkena pukulan itu adalah pemimpinnya, itu bagus. Tetapi jika dia bukan pemimpinnya, dia akan berkata, "Stop!, engkau memukulku padahal bukan aku yang melakukannya." Yah, "Itulah akibatnya jika bersama dengan seseorang yang jahat tapi tidak mengatakan siapa pelakunya."

Nenek saya yang Kristen juga berlomba-lomba merebut perhatian saya. Beliau berkata kepada saya bahwa orang-orang kulit putih itu bukan orang jahat, bukan iblis. Ada orang kulit putih yang baik, mereka adalah orang Yahudi yang taat. Beliau memberikan propagandanya kepada saya. Sementara ibu saya tidak menjelek-jelekkan siapa pun. Beliau mengajarkan kepada saya untuk selalu berjuang, tetapi selalu menasihati saya untuk rendah hati dan sederhana terlebih dahulu.

Dalam menanggapi kasus orang-orang yang mengganggu saya tadi, nenek saya yang Islam akan menyoraki saya dan berkata, "Tepat sekali! Engkau memukul orang yang pertama kali terlihat." Nenek saya yang Kristen mungkin akan berkata, "Seharusnya engkau tanya dulu pada mereka siapa yang melakukan itu, lalu engkau peringatkan mereka untuk tidak melakukannya lagi, kemudian pungut buku-bukumu dan pulang ke rumah, dan jika mereka mengulangi perbuatannya lagi, baru engkau boleh memukul."

Saya mendapatkan beasiswa akademis ke Dartmouth. Saya mengambil ekonomi sebagai mata pelajaran utama dan saya menyelesaikannya dengan memuaskan. Setelah lulus saya mendapatkan dua beasiswa penuh, yang satu untuk ke Harvard Business School dan satu lagi ke Amos Tuck Business School di Dartmouth. Saya berubah pikiran dan memutuskan untuk tidak masuk ke fakultas ekonomi. Sejak tingkat empat saya ingin menjadi seorang ahli hukum (pengacara). Saya bekerja selama satu tahun, lalu menikah, dan kemudian diterima di fakultas hukum Harvard.

Dia tinggal di Providence, Rhode Island; istrinya adalah mahasiswa Universitas Brown.

Setahun sebelum berangkat, saya banyak membaca tentang filsafat, agama, sejarah, pemerintahan, dan politik. Kemudian saya sadar bahwa saya tidak hanya ingin menjadi pengacara tetapi juga tertarik pada masalah-masalah internasional dan hubungan internasional.

Saya juga kagum terhadap organisasi Nation of Islam. Saya berkata bahwa saya akan bergabung dengan organisasi tersebut. Saya meminta nasihat nenek saya. Saya katakan kepadanya rencana saya, dan beliau berkata, "Elijah Muhammad adalah seorang nabi palsu yang memiliki banyak program yang hebat --berhati-hatilah." Menengok kembali ke tahun 1965 ketika Malcolm X terbunuh, beliau menyalahkan Elijah Muhammad. Beliau berkata Elijahlah yang bertanggung jawab atas pembunuhan itu.

Saya menulis surat kepada Elijah Muhammad dan mengatakan kepadanya bahwa saya akan masuk fakultas hukum di Harvard Law School pada bulan September; dan bertanya kepadanya jurusan apa yang sebaiknya saya ambil yang dapat membawa manfaat besar bagi Nation of Islam? Seandainya beliau membalas surat saya dan berkata, Jangan masuk fakultas hukum, jualkan saja koran-koran saya, saya tidak akan bergabung dengan organisasi tersebut, sebab saya akan berpikir bahwa beliau adalah orang yang sangat tolol. Tetapi ternyata beliau membalas surat saya dan berkata, "Saudaraku, untuk memberi manfaat yang besar bagi Nation of Islam, sebaiknya engkau mempelajari hukum internasional."

Sebelum mendengar tentang itu, saya pernah membaca tentang mata pelajaran tersebut pada 1970 yang mengatakan bahwa dalam dua puluh atau tiga puluh tahun mendatang Amerika Serikat akan dipenuhi oleh para ahli hukum, tetapi ada dua bidang yang akan sangat dibutuhkan yaitu: hukum internasional dan hukum perkotaan. Dan kemudian Elijah Muhammad menulis kepada saya dan mengatakan tentang hal tersebut! Saya merasa sangat antusias. Saya memutuskan untuk mengambil jurusan hukum internasional.

Elijah Muhammad mempunyai satu rencana yang tak seorang pun mengetahuinya. Rencana itu adalah perdagangan internasional. Beliau telah merencanakan ini selama bertahun-tahun, tetapi beliau tidak memiliki orang yang mumpuni di lingkungannya; beliau dimata-matai oleh FBI.

Banyak orang memperbincangkan tentang pengalaman memeluk Islam dan mereka tiba-tiba harus menghentikan kebiasaan lama mereka, tidak boleh begini, tidak boleh begitu, dan seterusnya. Saya tidak makan daging babi, saya tidak minum minuman keras, saya tidak menghisap ganja. Saya telah menikah. Saya tidak pernah bermain-main dengan wanita. Jadi tidak ada perubahan yang mencolok dalam hidup saya. Saya ingin membantu Elijah Muhammad membangun organisasi yang hebat ini.

Saya tidak percaya pada katekismus. Bukan hanya disebabkan oleh nenek saya. Saya selalu merasa bahwa saya telah 'di dalam' tetapi nyatanya 'di luar'. Saya melihat ada perbedaan antara prinsip-prinsip (teori) dan prakteknya. Menurut prinsipnya, kita semua adalah saudara; tetapi pada prakteknya, engkau cemburu pada kapten ini dan letnan itu yang berlomba-lomba menempati posisi tertentu dalam organisasi untuk mendapatkan status sosial yang terhormat. Saya tidak pernah berharap untuk menjadi pejabat atau sekretaris dalam organisasi tersebut.

Pada suatu hari datang sekelompok orang dari Boston. Kuil di Providence merupakan cabang dari kuil yang berkedudukan di Boston. Saya selalu berpembawaan diam. Saya memakai kaca mata. Saya dapat berbicara bahasa Inggris dengan fasih. Ketika sedang duduk di kuil, seseorang menepuk bahu saya dan berkata bahwa letnan ingin bertemu dengan saya di luar, di dalam mobil. Saya pergi keluar dan masuk ke mobil. Lalu dia memulai tipuan psikologisnya.

Dia mengatakan bahwa saya bukanlah siapa-siapa. Bahwa saya tidak "tergabung" dalam program Elijah Muhammad. Saya harus "masuk" ke dalam program Elijah Muhammad.

Satu langkah yang saya ambil (saya menjawabnya dengan suara cengeng): "Saya telah menulis kepada Elijah Muhammad dan beliau berkata bahwa saya harus mengambil jurusan hukum internasional". Tetapi urusan saya dengan Elijah Muhammad tidak ada kaitannya dengan para letnan ataupun kapten dungu ini. Kemudian saya berkata (dengan lembut), "Allah adalah Tuhan."

Dan dia memandang kepada saya, "Apa maksudmu, saudaraku?"

Saya menjawab, "Allah adalah Tuhan... (dengan suara lantang dan hampir berteriak): Sebab jika saya masih berada di 'alam mati', saya pasti telah menghantam pantatmu yang menyebalkan itu sekarang juga!"

Saya berkata kepadanya bahwa dia tolol sekali membawa saya keluar dari kuil dan mencoba memperalat saya secara psikologis seperti ini. Dia berkata, "Saya akan datang khusus dari Boston untuk memberi pelajaran padamu."

Saya berkata kepadanya, "Bawalah selusin pembual bersamamu jika engkau datang nanti --sebab saya tidak punya banyak waktu! Jangan permainkan saya!"

Saya membanting pintu mobil dan kembali ke dalam kuil.

Tiga minggu kemudian, kami mendapat sinyal merah di Providence. Kami mendapat panggilan pada hari Sabtu sore. Semua orang harus segera ke Boston dan berkumpul di kuil pada pukul tujuh. Saya pikir pasti ada masalah dengan kepolisian di Boston. Kami segera masuk ke mobil dan bergegas ke Boston, lalu berkumpul di masjid. Kami diberi pelajaran latihan khusus dari FOI2 Kami harus belajar beladiri.

Kini, saya telah menyaksikan seluruh program tersebut. Kami dilatih mematahkan papan-papan kayu dan batu bata. Saya tidak pernah terkesan dengan segala omong kosong itu. Anda bisa saja mematahkan sebuah papan. Itu hanyalah papan kayu. Saya akan memutar tangan kananmu dulu, lalu merobohkanmu dengan tangan kanan atau kiri saya, dan habislah kamu.

Mereka mengeluarkan semua kursi dan menggelar matras. Kami disuruh membuat satu barisan, lalu dua baris berhadap-hadapan. Orang-orang yang berada di barisan tinggal merupakan barisan pertahanan. Peraturannya adalah: Anda boleh memukul bagian dada, perut dan papa. Tetapi dilarang memukul lutut, wajah dan pangkal paha. Orang-orang di barisan tunggal selalu berjaga-jaga. Dua orang menyerang mereka, dan orang-orang yang di barisan tunggal selalu mendapatkan pukulan yang menyakitkan dari mereka.

Saya berada di barisan ganda. Kapten itu datang menghampiri, membawa saya keluar dari barisan, dan memasukkan saya ke barisan tunggal. Kemudian dia membawa dua orang yang sangar ke barisan ganda. Dia memberi saya tiga hitungan; mereka tiga hitungan.

Saya berkata, Tuhan Maha Penyayang! Saya telah memenuhi panggilan untuk datang kemari Sabtu sore ini. Ternyata saya datang hanya untuk dipermainkan seperti ini. Mereka pikir saya akan diam saja dan menerima pukulan yang keras dari mereka! Saya mulai naik pitam. Saya tak pernah cerita pada mereka bahwa saya pernah belajar judo ketika berumur tujuh tahun. Selama ini saya menjadi anak yang manis.

Lalu mereka menyerang. Saya menghampiri orang yang lebih lemah. Saya tidak menunggu, saya serang dia dan dia mengambil langkah persis seperti yang saya perkirakan: Dia mulai menendang. Sekarang yang harus saya lakukan adalah menangkis tendangannya dan memukulnya di dada atau perut untuk melemahkannya, kemudian saya dapat membereskan orang yang satu lagi. Tetapi yang saya lakukan adalah menangkap tumitnya di lipatan tangan saya dan mengangkatnya. Kemudian saya lemparkan tumitnya ke atas dan pantatnya terlempar keluar dari matras. Dia jatuh di lantai dan berdebum keras sekali, dan dia berteriak seperti seekor babi bodoh.

Sampai di sini, orang yang lebih kuat itu terkejut. Saya kira dia telah diberitahu sebelumnya bahwa saya orang yang jinak dan lemah. Saya gampang dikalahkan.

Saya serang dia. Saya marah sekali. Sebenarnya saya tidak ingin menendang wajah dan pangkal pahanya. Tetapi bodoh sekali rasanya jika saya berusaha bertanding dengan jujur sementara dia bergerak dan saya kehilangan kesempatan.

Semua yang hadir di sana terdiam bungkam, kecuali seorang. Namanya James X. Dia berteriak, "Terus, Henry! Terus, Henry! Saya telah mengatakan pada mereka untuk tidak mengusikmu! Saya sudah beritahu mereka bahwa engkau seorang jagoan! Saya dapat melihatnya dari matamu! Saya dapat melihatnya dari matamu!"

Saya marah, histeris dan berteriak-teriak. James menangkap saya dari belakang dan dia menarik saya menjauhi orang itu. Setiap orang di ruangan itu menjadi bungkam --ternyata mereka datang ke sana hanya untuk menyaksikan saudara mereka yang akan belajar di fakultas hukum Universitas Harvard dihajar habis-habisan.

James menarik saya ke pinggir dan berkata, "Henry, tenang. Sudah saya bilang pada mereka engkau seorang jagoan, walaupun engkau seorang yang pendiam."

Saya berkata, "James, engkaulah satu-satunya saudaraku di tempat ini!"

Dia berkata, "Jangan berkata begitu." .

Saya berkata, "Saya tahu arti persaudaraan. Engkau satu-satunya saudaraku di sini. Orang lain datang hanya untuk melihat saya dihajar." Kecuali, tentu saja, saudara-saudara saya dari Providence.

Dan saya berkata lagi, "James, saya tidak main-main. Saya akan masuk ke fakultas hukum di Harvard, karena saya telah memilih untuk melanjutkan ke jurusan itu. Saya tidak akan membiarkan mereka mencampuri urusan saya karena pikiran mereka yang sempit dan licik"

Dia berkata, "Sudahlah, sekarang engkau jangan berpaling dari Islam."

Saya menjawab, "Ini bukan persoalan agama; ini hanya urusan dengan orang-orang negro ini!"

Dia berkata, "Ya, aku mengerti."

Dan saat itulah saya membuat sumpah rahasia saya yang tercetus karena protes saya: Saya tidak akan pernah membeli atau memakai satu pun atribut FOI. Dan saya benar-benar tidak pernah melakukannya.

Mulai saat itu tak seorang pun yang mempermainkan saya. Mengapa? Karena mereka merasa Brother Henry dari Providence, Rhode Island, akan menghajar mulut besarmu. Jangan ganggu dia!

Pada tahun ketiga di sekolah hukum, istri saya lulus dari Brown dan kami pindah ke Cambridge. Dan sejak saat itu, saya jarang sekali pergi ke Masjid Roxbury.

Ketika pindah ke Chicago, sudah sejak awal saya merasakan adanya tekanan. Dan saya berkata bahwa saya harus menghentikannya sekarang.

Saya berbicara pada kapten FOI, "Saya tahu Anda tidak mengenal saya, jadi saya akan mengatakannya pada Anda. Saya membuka praktek hukum di kota, dan saya orang yang tidak bisa berdiam diri dan membiarkan orang merendahkan saya. Sekarang saya di sini untuk mempelajari Islam. Saya datang bukan untuk tunduk kepadamu atau letnan, kapten, atau orang yang lain. Sekarang, saya ingatkan kalian, para pembual, untuk tidak mengusik saya, jangan ganggu saya."

Mereka tidak mengganggu saya lagi.

Saya menyadari bahwa tindakan terbaik bagi saya adalah mengembangkan praktek hukum saya di firma hukum yang besar dan kemudian merangkul organisasi itu sebagai klien. Itulah yang saya lakukan.

Kearifan Elijah Muhammad dapat saya rasakan dari kejauhan. Dia selalu melakukan sesuatu melalui para perantara. Anda tidak akan dapat kesempatan untuk duduk dan bicara omong kosong dengan Elijah Muhammad. Dia terlalu sibuk.

Ketika saya pergi ke Chicago, banyak kalangan bisnis di kuil yang menyukai saya, karena mereka lihat saya adalah seorang pengacara lulusan Harvard, seorang ahli di bidang bisnis internasional, seorang ahli di bidang hukum internasional. Mereka mulai menarik saya untuk bergabung. Tetapi saya mampu melakukannya dengan basis profesionalisme, karena saya bekerja untuk sebuah firma hukum. Untuk dapat memakai saya, Anda harus menyewa firma hukum tersebut.

Elijah Muhammad membeli sebuah bank di Stony Island Avenue. Pembelian ini bukan dilakukan begitu saja, bukan hanya supaya dikatakan bahwa kaum Muslimin memiliki bank tersebut. Yang sebenarnya terjadi adalah sebagai berikut:

Setelah pembelian ikan yang pertama3 dari orang-orang Jepang, kami mengetahui bahwa ikan-ikan tersebut sebenarnya berasal dari Peru. Jadi kami memutuskan untuk langsung ke sana. Elijah Muhammad memberi kami beberapa instruksi untuk tidak bersitegang masalah harga, tidak usah tawar-menawar: "Biarkan mereka menetapkan harga yang pantas bagi mereka. Berlakulah dengan sopan, lembut dan ramah. Tetapi capailah persetujuan itu."

Lihat, beliau tahu apa-apa yang tidak kami mengerti. Beliau mengetahui bahwa pemerintah Amerika Serikat berusaha untuk menghentikan bisnis kami. Henry Kissingerr4 terbang ke Peru, memberitahu pemerintah Peru untuk tidak mengadakan persetujuan dengan kami karena Nation of Islam adalah organisasi subversif. Pemerintah Peru berkata, apa yang tengah engkau lakukan terhadap kami? Anda dan Nixon dapat tidak bisa mendikte kami. Bahkan atase Peru di Washington sendiri mengirimkan kepada kami dokumen-dokumen yang dipertukarkan di antara mereka.

Elijah Muhammad menginginkan persetujuan tersebut karena beliau tahu setelah itu peluang akan terbuka lebar. Jadi walaupun harganya agak tinggi, tidak menjadi masalah. Sebab, tahun depan jika kami datang untuk bernegosiasi masalah harga, mereka sendiri yang akan menurunkan harga karena kami telah menguasai pasar.

Nah, alasan Elijah Muhammad membeli bank itu bukanlah untuk pamer; itu berguna untuk perdagangan internasional, sebab bank-bank yang lain di kota itu curang. Mereka ingin tahu apa yang kami lakukan. Mengapa kami memerlukan surat-surat kredit untuk membeli berjuta-juta ikan dari Peru? Lalu Elijah Muhammad berkata, Tidak, tidak, saya tidak mau direpotkan, beli saja bank itu.

Pernahkah ada seorang klien seperti dia? Saya jawab sendiri, tidak. Saya telah menamatkan sekolah hukum saya sekitar dua tahun lalu. Usia saya sekitar dua puluh enam atau dua puluh tujuh. Delegasi itu mengandalkan saya untuk urusan-urusan hukum. Di sinilah pelajaran saya yang sangat berat terasa bermanfaat dalam arti yang sebenarnya, sebab jika saya tidak belajar dan menjadi seorang ahli hukum yang cerdik, saya pasti akan membuat banyak kesalahan besar bagi klien saya. Tanpa pengawasan seorang pengacara senior, saya harus mengambil keputusan-keputusan sendiri. Itulah trial by fire.

Di satu sisi, beliau merupakan ancaman bagi pemerintah AS. Tetapi di sisi lain, tidak, sebab Elijah Muhammad tidak pernah benar-benar melampaui Batas kekuasaannya. Tampaknya beliau benar-benar tahu sejauh mana beliau harus melangkah. Beliau akan mengembangkannya lebih jauh dari yang mereka inginkan. Tetapi beliau tahu cara berurusan dengan orang-orang.

Sekretaris Walikota Daley5 di Chicago yang menyatakan pada saya bahwa walikota pernah berkata kepadanya, "Hanya ada satu orang di muka bumi ini yang saya takuti, yaitu Elijah Muhammad." Saya percaya pada ucapannya itu, sebab Elijah Muhammad memang bukan orang bumi.

Beliau melakukan segala sesuatu dalam waktu yang tepat, direncanakan dengan matang, dan mereka berhasil karena beliau mempunyai satu cara untuk mengalihkan perhatian orang pada hal-hal lain.

Satu langkah paling hebat yang pernah dilakukannya adalah tentang South Shore Country Club. Klub tersebut akan dijual. Orang-orang kulit putih berkali-kali berupaya menghalangi kaum Muslimin membeli South Shore Country Club, karena itu merupakan lambang supremasi orang kulit putih di Chicago. Sementara itu, beliau juga membeli sebuah bank. Beliau membangun Pioneer Office Building. Beliau juga membeli bangunan real estate dan apartemen yang bernilai ratusan ribu dolar --karena mereka semua memusatkan perhatian untuk menghalanginya membeli klub tersebut. Dengan kearifannya, beliau tahu bahwa itu akan menjadi sesal yang berkepanjangan.

Beliau sungguh bijaksana. Lee Iacocca, Joseph Kennedy, tak satu pun dari orang-orang ini dapat menggoyahkan pendirian Elijah Muhammad, padahal beliau hanya mengenyam pendidikan sampai kelas tiga. Dan beliau dihadang oleh suatu sistem yang besar. Joe Kennedy membantunya. Lee Iacocca juga membantunya. Elijah Muhammad berjuang melawan sistem yang dipenuhi oleh peraturan diskriminasi Jim Crow. Dan beliau membangun kerajaan di tempat yang mengerikan di Amerika Utara. Perbuatannya menjadi simbol tentang apa yang dapat dilakukan oleh orang-orang kulit hitam Amerika jika mereka bersatu. Apa saja dapat dilakukannya jika beliau memiliki orang-orang yang kompeten dan tak ada pihak-pihak yang dapat menghalanginya!

Pada masa kejayaan kami, dengan mudah kami mendapatkan penghasilan antara 27 sampai 30 juta dolar per tahun. Kami beli sarden dari Maroko. Kami beli ikan dari tempat-tempat lain. Berbagai macam proyek perdagangan internasional telah tersedia di atas meja. Kami memiliki proyek-proyek fantastis, ini bekerja sama dengan bank-bank Islam di Timur Tengah. Wow, begitu hebat rencana proyek-proyek yang telah terbentang itu! Semuanya dapat membuat Anda terkagum-kagum.

Putranya6 mempunyai filosofi yang berbeda dengan beliau dan segala sesuatunya mulai berangsur-angsur berkurang karena dia tidak memiliki visi dan semangat seperti yang dimiliki ayahnya.

Elijah Muhammad telah mengajukan semua ide dan petunjuk tersebut sejak awal. Visinya adalah memutuskan rantai perbudakan dengan mengembangkan bisnis perdagangan internasional ke luar negeri sehingga kami sendiri dapat memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan pagan kami. Dengan program perikanan, beliau telah berusaha untuk memberi mata pencaharian bagi banyak orang. Di bawah pemerintahan Nixon, inflasi merajalela. Pada saat beliau mengadakan persetujuan pembelian ikan, beliau menjual ikan pada masyarakat Afro-Amerika dengan harga rendah, yaitu sekitar 25, 30, 40, 50, sen setiap pon. Saat itu harga daging sekitar 1,50 dolar.

Begitu pula dengan sistem distribusinya. Beliau mengatur masalah perkapalan. Nation of Islam menyewa kapal-kapal. Kami mengawasi buruh pelabuhan untuk bongkar-muat barang ke kapal. Rekan-rekan FOI datang dari markas untuk menurunkan ikan. Ketika semuanya mulai berjalan, muncul persoalan. Ada orang-orang yang tidak suka dengan bisnis kami yang bernilai jutaan dolar ini. Tetapi mereka segera sadar, kami -orang-orang Muslim ini-- tidak main-main. Di sinilah saya melihat bahwa paramiliter FOI benar-benar dibutuhkan.

Sistem distribusinya tertutup, jadi uang yang diperoleh berasal dari dalam tubuh organisasi itu sendiri. Dan uang itu terus diputarkan disana.

Ini sistem yang menarik sekali. Para utusan turun tangan langsung dan melaksanakan pembelian pertama menggunakan uang simpanan Nation of Islam yang didapat dari sumbangan sukarela para anggotanya. Ikan tersebut dibeli dari Peru. Pada waktu-waktu tertentu, di tengah lautan bebas akan tampak dua puluh sampai tiga puluh kapal layar datang dan pergi. Ikan-ikan itu dibawa ke dua belas sampai delapan belas pelabuhan di sekitar Amerika Serikat. Itu semua ditangani oleh organisasi, dan organisasi-organisasi cabang membeli ikan tersebut dari organisasi pusat di Chicago. Ikan-ikan itu kemudian dijual. Sehingga organisasi di daerah juga mencari keuntungan sendiri-sendiri. Ini menyediakan lapangan kerja bagi rekan-rekan yang tidak memperoleh pekerjaan. Mereka mengubah berbagai macam truk menjadi truk-truk pendingin untuk penyimpanan ikan.

Kegiatan ini terjadi di seluruh penjuru negara. Ini adalah satu hal yang paling fantastis yang pernah saya lihat selama hidup saya. Orang kulit hitam yang kecil ini, yang hanya berpendidikan sampai kelas tiga, telah membuktikan kecerdasannya pada dunia.

Saya begitu menghormati orang itu, karena kepemimpinannya, kecerdasannya, kearifannya, dan cintanya pada orang-orang Afro-Amerika. Saya tak peduli bahwa beliau memiliki lebih dari satu istri. Saya berharap setiap orang yang memiliki lebih dari satu istri dalam masa hidupnya dapat berbuat seperti Elijah Muhammad, jika itu yang menjadi tolok ukurnya.

Saya merasa beruntung sekali memahami agama Islam dan Kristen dan dipengaruhi oleh kedua agama tersebut. Sebagaimana ada hal-hal yang tidak saya percayai ketika Elijah Muhammad mengajarkan katekismusnya, ada pula hal-hal yang tidak pernah benar-benar saya setujui dari agama Kristen. Saya tidak dapat menerima konsep Trinitas --Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Saya selalu menganggap bahwa Tuhan adalah Pemimpin.

Orang-orang Afro-Amerika yang datang kepada Elijah Muhammad menjalankan Islamnya dengan serius, dan mereka merupakan teladan yang hebat, kendati secara teoretis ada banyak perbedaan. Elijah Muhammad menduduki banyak jabatan di organisasi tersebut; dan beberapa kuliahnya disampaikan bersamaan dengan waktu shalat.

Tetapi pada pokoknya, apakah masyarakat Islam ortodoks pernah melakukan seperti yang telah dilakukan oleh Elijah Muhammad untuk kemajuan Islam di Barat? Tidak. Kehancuran orang-orang negro Amerika telah sempurna, dan dari abunya bangkitlah seekor Phoenix.

Saya pikir benih-benih yang telah ditanamkan oleh Elijah Muhammad telah tersebar ke empat sudut bumi. Dan dari benih tersebut akan tumbuh pohon-pohon yang besar. Kalian harus menyadari bahwa kami adalah rusa-rusa jantan, dan hidup kami tidak berakhir. Kami sekarang berada di usia empat puluhan. Kami benar-benar akan menjadi diri kami sendiri.

Catatan kaki:

2 Fruit of Islam, sayap paramiliter dari Nation of Islam.

3 Nation of Islam menjalankan bisnis importir ikan.

4 Menteri Luar Negeri A.S. 1973-77.

5 Walikota Richard Daley.

6 Warith D. Mohammed, yang mewarisi kepemimpinan di Nation of Islam.


Jihad Gaya Amerika, Islam Setelah Malcolm X oleh Steven Barbosa
Judul Asli: American Jihad, Islam After Malcolm X
Terbitan Bantam Doubleday, Dell Publishing Group, Inc., New York 1993
Penterjemah: Sudirman Teba dan Fettiyah Basri
Penerbit Mizan, Jln. Yodkali No. 16, Bandung 40124
Cetakan 1, Jumada Al-Tsaniyah 1416/Oktober 1995
Telp.(022) 700931 Fax.(022) 707038
Indeks artikel kelompok ini | Disclaimer
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Dirancang oleh MEDIA, 1997-2000.
Hak cipta © dicadangkan.