Hadiah dari Tuhan

Attallah Shabazz


Sesungguhnya Allah benar-benar kuasa untuk mengembalikannya (hidup sesudah mati). (QS 86:8)

Empat dari keenam putri Malcolm X menyaksikan sebuah peristiwa horor yang hampir tidak dapat dipercaya di Audubon Ballroom, 21 Februari 1965. Sebuah bedil berlaras dua ditembakkan dari jarak dekat, membuat sebuah lobang yang mematikan di dada ayah mereka. Karena salah seorang dari anak-anak itu meratap dan meraung-raung, takut kalau-kalau pembunuh itu akan membunuh semua orang, ibu mereka, Betty Shabazz, segera mendorong mereka ke bawah kursi dan melindungi mereka dengan tubuhnya.

Anak-anak dan ibunya selamat dari peristiwa yang menimbulkan trauma itu. Mereka melewati hari-hari yang begitu menyedihkan, hidup mereka senantiasa dalam ketakutan, dihantui oleh ingatan akan peluru-peluru yang beterbangan, kegelisahan, dan orang yang sangat mereka cintai terkapar mati di lantai ruang pesta yang lembab.

Attallah Shabazz, putri tertua Malcolm, mewarisi warna kulit, wajah, keseriusan, sikap teguh, dan postur ayahnya yang agung. Dia tinggi semampai, dengan rambut panjang yang dikepangnya dengan jalinan memanjang ke punggungnya. Dia bermata hijau, paling tidak menurut surat izin mengemudinya, walaupun tampaknya agak kebiruan atau keabu-abuan, "Tergantung pada siapa yang melihatnya."

Sebagai seorang bocah, dia menciptakan "kolaborasi" orisinal ("musik, seni, tari, puisi, serta tangis dan tawa") menjembatani jurang pemisah antara orang-orang dan kebudayaan yang ada di sana ("untuk menunjukkan bahwa kita saling berhubungan dalam satu dan lain hal dari segi dentuman gendang dan denyut jantung"); dia mengambil bidang hukum internasional sebagai pelajaran utamanya di Briar Cliff College; tetapi tidak sampai lulus ("Saya harus mencari nafkah"). Dia menulis, mengajar, berkarya.

Untuk makan siang di salah satu tempat favoritnya di LA, yaitu sebuah restoran kecil yang murah, dia mengenakan jaket kulit berwarna hitam; memakai kacamata hitam dengan rantai yang berjuntai di lehernya, dia mencium pipi seorang pelayan Lebanon dan duduk di salah satu pojok restoran selama satu setengah jam, menuturkan kisah hidupnya.

Sesungguhnya terdapat persamaan-persamaan dalam ajaran-ajaran berbagai agama. Jadi ketika nenek saya berkata pada saya, "Jadilah kamu seorang gadis cilik Kristen yang baik karena kamu sekolah hari ini," dan ketika ibu saya berkata, "engkau harus menjadi seorang gadis kecil Muslim yang baik," kedua kalimat itu sesungguhnya menyiratkan arti yang sama.

Saya senang dan bahagia menjadi pemeluk agama yang menyatakan bahwa dasar ajarannya adalah persaudaraan. Perpindahan atau pergantian agama bagi saya tidak penting. Tetapi saya akan mengatakan bahwa mungkin saya sedikit mengalami pembentukan (jiwa) kembali dibanding dengan orang-orang lain yang meminta saya untuk berperilaku atau berfungsi menurut yang disarankan oleh orang lain.

Orang-tua saya mungkin saja telah membantu saya atau justru mentidakadili saya dengan memberitahu saya ketika saya masih berumur tiga atau empat tahun bahwa Tuhan adalah teman saya dalam setiap keadaan. Jadi saya tidak perlu khawatir tentang apa pun yang dikatakan orang lain. Bahkan apabila sekarang orang tua saya marah pada saya, saya tahu bahwa Tuhan masih tetap menjadi teman saya. Maka secara Islami saya merasa sangat aman. Pakaian dan gaya hidup saya mungkin sangat dekat dengan kebudayaan di sekeliling saya. Tetapi saya tidak akan menggampangkannya; saya hanya melakukan yang nyaman bagi saya.

Ayah saya adalah teman saya yang pertama. Sahabat saya dalam kesulitan. Dia adalah seseorang yang dengannya saya dapat berbagi segalanya. Kebanyakan orang merasa takut kepada orangtuanya atau menyembunyikan hal-hal tertentu dari mereka, karena mereka tidak ingin dianggap salah di mata orangtuanya. Saya tidak merasa bersalah kalau punya suatu pendapat, suatu pemikiran --saya dapat menyampaikan padanya segala hal yang terlintas di pikiran saya. Saya tidak pernah dianggap "kurang" karena saya tidak mengikuti pola yang mereka harapkan. Saya diperbolehkan menjadi diri saya sendiri.

Ayah saya, yang sangat terarah dan terkendali, benar-benar percaya akan keluwesan berpikir, perkembangan dan pertumbuhan. Kalau tidak dia tidak akan menjadi seperti itu.

Nama Anda?

Attallah. Otobiografi ayah3 ditulis pada suatu masa ketika orang-orang Afro-Amerika benar-benar sangat menekankan semangat revolusioner mereka. Mereka memandang diri sebagai prajurit-prajurit. Dan Attallah dekat dengan Attila sang 'Pemburu' (anggota dari suku Asia yang memporakporandakan Eropa pada abad ke-4 dan ke-5-pen.), sang prajurit.4

Tetapi saya dinamakan Attallah, yang dalam bahasa Arab berarti "Pemberian Tuhan'. Saya tidak pernah menjadi Attila.

Saya berdoa lebih dari lima kali sehari, karena beberapa alasan. Saya berdoa karena saya berada di pesawat dua atau tiga kali sehari. Saya seperti sedang berlomba. Saya shalat setiap hari.

Saya pikir hidup itu telah ditentukan sebelumnya, ditulis sebelumnya, dan jika Anda percaya pada diri Anda sendiri dan pada irama yang telah ditentukan, jawabannya akan datang pada Anda. Perjuangan berasal dari penolakan. Seperti ketika Anda memutuskan untuk belok ke kiri tapi Anda justru belok ke kanan, sehingga Anda harus berputar dan melakukan belokan-U untuk kembali ke jalan semula.

Saya berhubungan cukup dekat dengan Tuhan, dan selalu ditemani-Nya. Ketika masih kanak-kanak saya berpikir Dia ada di kamar, mengetahui pendapat yang terlintas di pikiran dan perasaan yang terlintas di hati. Dalam pengalaman hidup saya dan dalam menghadapi kenyataan bahwa ayah saya telah direnggut dari saya ketika saya masih kecil, saya mengenali pola-pola hidupnya dan menerima kenyataan bahwa kita semua berada disini untuk tujuan tertentu. Saya lebih senang kalau dia masih hidup saat ini. Saya memandang pusaka dan pesan-pesannya. Dia hidup cukup lama sehingga meninggalkan cukup banyak kenangan. Kahlil Gibran5 berkata --kita semua berada di sini untuk melewati suatu jalan, dan sebagai penyalur.

Saya tidak terbebani oleh kata-kata jihad. Jihad itu memang ada, tetapi saya tidak menyulitkan diri saya dengan mencoba memikirkannya. Tugas itu akan datang kepada Anda, baik ketika Anda sedang menghadap ke timur, atau bermeditasi, atau berdoa, atau berbaring dengan tenang pada malam hari sebelum tidur. Kita hanya menyulitkan dan membebani diri jika mencoba untuk melakukan sesuatu sebagaimana pola atau kerangka yang telah ditetapkan sebelumnya. Cobalah pergi ke negara lain. Di sana mereka menghabiskan waktu dua jam hanya untuk makan. Mereka tidak merasa resah. Mereka mengukur waktu menurut bayangan matahari. Mereka tidak dihukum karena menggunakan waktu yang lama itu. Maksud saya di Amerika ini kita melakukan segala sesuatu dengan tergesa-gesa, dan kita sangat dipengaruhi oleh penilaian orang.

Dalam otobiografinya, ayah Anda berkata, "Islam adalah satu-satunya agama yang menjelaskan pada suami dan istri pemahaman yang benar tentang arti cinta. Konsep 'cinta' Barat hanya nafsu berahi semata. Cinta lebih berarti dari sekedar kebutuhan fisik. Cinta adalah watak, tingkah laku, sikap, pemikiran, serta perasaan suka dan benci --inilah yang menciptakan wanita yang cantik, istri yang cantik. "Apakah Anda setuju?

Ya.

Apa Anda melihat adanya perbedaan yang mendasar mengenai konsep cinta dalam Islam dan di dunia Barat?

Saya melihat adanya perbedaan yang mendasar antara cinta dan nafsu berahi. Barat sebenarnya mempraktekkan nafsu berahi dan menyalahartikannya sebagai cinta ... Saya mengerti bahwa kaum muda di sini berpikir bahwa mereka diharapkan untuk melanjutkannya, dan bahwa mereka dibilang pengecut jika tidak berusaha untuk mencium seorang gadis. Anda dengarkan para wanita yang berkencan, dan para pria sopan yang bertingkah laku platonis, atau penuh hormat, kemudian mereka terheran-heran apakah ada sesuatu yang salah. Dan saya pasti tidak ingin melakukan sesuatu yang nantinya saya sesah, jadi saya tidak bereaksi cepat menanggapi masalah seperti itu.

Hal lain dalam otobiografi itu: Alex Haley menulis bahwa tiba-tiba, sekitar hari Natal, dia membeli dan boneka besar dan memberikannya pada ayah Anda untuk diberikan kepada Anda dan adik Anda.6

Itu hari ulang tahun saya.

Dan hal itu begitu mengharukan bagi ayah Anda. Karena --dikatakan di otobiografi itu-- dia sendiri tidak pernah membelikan Anda hadiah sebab dia terlalu sibuk.

Tidak, dia pernah melakukannya, tetapi waktu itu dia terlambat, hanya itu. Tetapi itu tidak menjadi masalah bagi saya. Seorang anak hanya ingin berada di dekat ayahnya. Tetapi ketika Anda ingin memberi sesuatu pada anak Anda, hanya Anda yang tahu apa yang seharusnya ada tapi tidak Anda kerjakan. Anda tahu apa yang tidak dapat Anda sediakan baginya di akhir minggu. Pikiran itu menghantui Anda. Tetapi bagi seorang anak, selama Anda dapat membacakan cerita untuk mereka, atau mereka dapat duduk di pangkuan Anda, atau apa saja, hanya itulah yang penting.

Ada saat-saat yang hangat ketika dia dan saya berdua. Jika dia menjemput saya dari sekolah dan waktu setelah itu. Anda tahu, Anda berdua akan merasa seperti sedang menunggang kuda tanpa pelana. Dia membuat Anda merasa menjadi sahabat. Cinta pertama saya adalah ibu saya. Tetapi ayah saya juga. Saya tidak memandang dia sebagai orang yang lebih tua, sebab dia tidak membuat Anda merasa "kurang" hanya karena Anda lebih muda. Jadi Anda akan merasa Anda dapat berbagi segala sesuatu yang terlintas di pikiran Anda dengannya.

Hati saya pernah berdebar-debar karena tergila-gila pada Frederick Douglass,7 yang saya pikir akan menikah dengan saya. Saya berpikir cinta berarti bahwa Anda menikah dengan dia. Orang tua saya saling mencintai, mereka menikah. Dan dia memberitahu saya bahwa saya tidak dapat menikah dengannya --karena dia sudah tiada. Saya merasa kehilangan. Saya benar-benar berpikir dia orang yang sangat mengagumkan --dari apa yang saya ketahui tentang dia. Dan [ayah saya] terus menceritakan pada saya siapakah Frederick Douglass. Ayah pernah membawa pulang sebuah buku tentang dia, jadi saya dapat mengisi ketidaktahuan saya dan mempelajari lebih jauh tentang orang itu.

Setelah kelahiran setiap anak dalam keluarga saya, akan diadakan pertemuan di rumah. Saya ingat, saya mendengar seorang laki-laki dari Nation berkata kepada [ayah saya], wah! Secara implisit ini artinya, "Sayang sekali, perempuan lagi." Kemudian saya bertanya kepadanya apakah dia berharap bahwa saya laki-laki, dan dia menjawab tidak. Dia menyayangi saya sebagaimana adanya. Lalu dia bilang, betapa istimewanya saya dan adik-adik saya yang lain. Karena dia telah memberitahu saya bahwa saya istimewa, maka saya merasa baik-baik saja ketika jenis kelamin mulai menjadi persoalan di masa remaja saya dan di masa awal kedewasaan saya, dan ketika ada perjuangan yang dilakukan oleh banyak wanita di negara ini.

Pada hari itu, 21 Februari 1965 --Anda berkata bahwa Anda mengingat segalanya. Apa Anda melihat ketika ayah Anda roboh?

Tentu.

Apa yang terjadi sesudah itu?

Ohh, segala sesuatu berputar-putar. Saat itu terlalu ribut, semua orang lari menyelamatkan diri. Tetapi saya melihatnya.

Apakah seseorang mendorong Anda keluar segera setelah itu?

Kami pergi ke belakang panggung, tetapi kejadian terus berlangsung.

Apa Anda segera menyadari bahwa ayah Anda telah wafat?

Dia tidak langsung meninggal. Saya tahu dia ditembak. Saya tahu dia ditembak sampai roboh. Saya tidak tahu --Anda tidak tahu kapan tarikan napas yang terakhir sampai mereka memberi tahu Anda.

Apakah ada kenangan lain terhadap hari itu? Setelah seseorang menghampiri Anda dan menjelaskan bahwa ayah Anda telah wafat?

Tidak. Saya tahu bahwa saya sedang duduk di pangkuan seorang wanita di balik panggung, dan banyak orang menangis, lalu ibu saya kembali, dan dia berkata, "Kamu sahabat terbaik saya sekarang." Tetapi sebelum dia datang, saya merasa tua. Sepertinya sesuatu yang "lama" telah terjadi. Terasa sesuatu yang hangat mengalir di diri saya. Saya merasa tua. Saya turun dari pangkuan wanita itu. Saya merasa terlalu tua untuk duduk di pangkuannya. Saya ingat saya merasa suhu tubuh saya berubah. Saya ingat kesadaran menghampiri benak saya. Rasanya seperti sedang duduk di pangkuan ayah Anda, Anda merasa tua, walaupun bagi seorang ayah Anda akan selalu menjadi anaknya, sehingga Anda boleh duduk di pangkuannya, atau di pangkuan ibu Anda.

Saya tahu pekerjaan ayah saya, saya tidak tahu penyakit itu --penyakit sosial. Penghinaan pertama yang terus-menerus muncul di benak saya berasal dari orang-orang di sekitar saya --ketidakpedulian. Hukuman pertama yang saya alami setelah kematiannya berasal dari orang kulit hitam. Maksud saya bukan keluarga yang selalu berada di sekeliling kami, tetapi yang saya maksud hanya, ketidakramahan, hukuman, tidak menginginkan anak-anak mereka bermain bersama kami, hanya itu... Orang kulit putih dapat dituduh bersifat penuh prasangka buruk, tetapi masyarakat kulit hitam melakukan hal itu juga.

Saya tidak pernah membiarkan semua itu menjadi sesuatu yang menyakitkan, karena saya selalu menganggap perbuatan seperti itu sebagai egois dan tidak pantas --itu adalah kekurangan dan kelemahan mereka. Saya dapat merasakan penderitaan orang lain, seperti saudara kandung atau ibu saya. Saya dapat merasakan penderitaan mereka.

Ada sebuah petisi yang ditandatangani bahwa kami tidak akan pindah ke lingkungan tetangga setelah kematian ayah saya. Mereka sekarang seperti bibi dan paman saya. Sungguh, banyak yang telah dilakukan, tetapi kami dapat melewati semua itu, dan saya mempunyai seorang model dan ukuran: ibu saya. Saya bersyukur pada Tuhan untuk itu.

Bagaimana pendapat Anda atas bangkitnya perhatian terhadap ayah Anda? Apakah Anda bahagia dengan kesadaran itu?

Tentu saja, saya berharap itu terus membangkitkan kesadaran, bukan saja tentang ayah saya, tetapi juga tentang segala hal yang sudah menjadi sesuatu yang tabu. Filosofi ayah saya bukanlah filosofi yang baru. Kita ini orang-orang yang terlambat berkembang jika kita baru menyadarinya hampir tiga puluh tahun kemudian. Jika seseorang seperti ayah saya mempunyai pesan yang dapat mempersatukan umat manusia dengan segera, maka kita harus bertanya pada diri sendiri, siapa yang menghalangi informasi itu, apa tujuan mereka? Saya berharap bahwa kita berpartisipasi dalam proses penyadaran ini. Kita perlu menghabiskan lebih banyak waktu di perpustakaan atau rumah arsip, dan mengetahui bahwa kita berhak untuk itu.

Apakah Anda pergi ke masjid di sini?

Tidak, tidak di California.

Bagaimana dengan masjid Malcolm Shabazz di New York?

Yang mana?

Yang di 116th dan Lennox.

Tidak, itu merupakan bagian dari Nation of Islam.

Mereka telah mengubah namanya.

Saya senang kalau masjid itu sudah berubah nama. Saya mengerti bahwa Wallace Muhammed telah menamakannya kembali ketika dia menjadi pewaris, dan dia melakukan itu atas dasar alasan yang dapat dimengerti, berusaha untuk menerima kembali saudaranya-saudara seiman, yang dihormati di Nation. Tetapi tidak ada alasan bagi saya untuk pergi ke sana. Banyak masjid lain sehingga saya tidak perlu pergi ke Kuil Nomor 7.8 ... Takkan pernah! ... Selamanya!

[Ayah saya] menjembatani jurang pemisah antara orang yang masuk Islam dan orang yang mempunyai pemahaman yang salah tentang Islam yang diajarkan Nation of Islam dan orang Timur. Dia melaksanakan ibadah haji, kembali pulang, lalu mempersatukan kaum Muslimin asing dan muslim Amerika. Dia menjembatani jarak itu karena sebagian besar anggota Nation tidak memikirkan kemurnian Islam. Wallace Muhammed, ketika mengambil alih Nation setelah kematian ayahnya, menggabungkan berbagai suku bangsa ke dalam kelompoknya. Mereka sangat berbeda dengan kami. Para pengikut setia Nation benar-benar mempunyai masalah dengan orang-orang Timur yang sangat beragam itu. Pada tahun-tahun terakhir masa hidup ayah saya, ada seorang syaikh yang tinggal di rumah kami --dia tampak seperti orang yang telah berusia seratus tahun, sangat berwibawa, berkulit hitam legam, rambut seputih salju, dan mengenakan pakaian gaya Saudi Arabia. Dia begitu saleh dan sangat mengagumkan; ayah saya tampak sangat sederhana di samping orang itu; dia benar-benar merasa nyaman berada di sana. Namanya Syaikh [Ahmed] Hassoun.9

Saya adalah generasi ketiga dari kedua pihak keluarga saya. Kakek saya dibunuh. Ayah saya juga mengalami apa yang dialami oleh orang tuanya, dan orang tua mereka. Hidupnya berakhir dengan kekerasan sebagai akibat dari usahanya menyebarluaskan sebuah kesadaran. Beban diletakkan di pundak ibu saya. Dia mempunyai teladan yang cukup di hadapannya, tentang cara untuk bertahan dalam menghadapi tekanan itu.

[Kakek-nenek saya] adalah orang internasionalis. Mereka berasal dari gerakan Carvey.10 Mereka memahami sejarah sejak awal mulanya. Nenek saya, yang berasal dari Karibia, dikelilingi oleh orang-orang Timur, yaitu orang Afrika Utara, orang Indian Timur; semua itu mempengaruhi sifatnya. Rangkaian kehidupan ayah saya berhubungan erat dengan apa yang dialaminya pada sepuluh tahun pertama pembentukan dirinya. Komitmennya pada rakyat, perubahan sosial, kehidupan swasembada. Nenek saya menguasai empat bahasa. Dia menulis dalam surat kabar. Ayah dan saudara-saudara kandung saya menyaksikan semua itu. Semua keterlibatan sosial itu --komitmen, tanggung jawab yang disebutkan tadi. Sehingga ketika kakek dan nenek saya telah tiada, anak-anaknya terpisah dan berpencar. Ayah saya mengembara di jalan-jalan. Jika dia tidak memiliki tujuan dan jalan yang kuat untuk memulai, dia tidak akan menemukan jalannya untuk kembali. Tetapi dia telah dididik sejak awal.

Yang cukup menarik, kakek-nenek saya berasal dari dua agama yang berbeda, walaupun pada saat itu Anda akan mengikut suami Anda secara otomatis. Tak seorang pun dari mereka yang mencela latar belakang agama yang lainnya. Kakek saya, sebagai akibat dari menjadi generasi pertama yang dilahirkan di masa perbudakan, dipaksa beragama Kristen. Nenek saya diarahkan kepada Islam tanpa paksaan karena itulah kebudayaan sekitarnya.

Saya menjalani hidup saya sebagaimana yang telah dibentuk, ditata, dipahat oleh orang tua saya. Berlakulah secara Islami, berlakulah sebagai seorang Amerika, berlakulah sebagai putri mereka, berlakulah sebagai seorang wanita kulit hitam --saya hidup sewajarnya sebagaimana kata hati saya. Orang-orang terlalu banyak berharap. Jika saya hidup seperti mereka, saya akan menjadi orang yang sesat.

Catatan kaki:

3 The Autobiography of Malcolm X,1965.

4 Hidup pada 406(?)-453. Raja para 'Pemburu', 433(?)-453. Disebut "Cambuk Tuhan".

5 1883-1931. Seorang penyair, filosof, artis, yang lahir di Lebanon. Pengarang buku Sang Nabi, yang terbit pertama kali pada 1923.

6 Edisi Ballantine Books, hlm. 461.

7 1817(?)-1895: anggota gerakan penghapusan (budak), dosen, penulis, diplomat AS.; terlepas dari perbudakan pada tahun 1838.

8 Pada Juni 1954, Elijah Muhammad menunjuk Malcolm X sebagai menteri di Kuil Nomor 7 Nation of Islam, yang masih merupakan sekretariat kecil. Di bawah kepemimpinan Malcolm, keanggotaannya berlipat ganda, dan dia mampu menggunakan posisinya untuk membangkitkan perhatian nasional terhadap Nation. Pada 1964, setelah perselisihannya dengan Nation, dia membuat masalah dengan mendirikan organisasinya sendiri, Muslim Mosque,Inc., dan pura-pura menantang Elijah Muhammad. Dalam otobiografi ini, Malcolm X menulis: "Saya pergi ke beberapa tempat dan menyadari bahwa beberapa saudara saya yang terdahulu merasa mereka akan merasa menjadi pahlawan Nation of Islam jika mereka berhasil membunuh saya:" Edisi Ballantine Books, hlm. 346.

9 Seorang ulama berkebangsaan Sudan.

10 Marcus Garvey (1887-1940), lahir di Jamaica, Hindia Barat, mendirikan organisasi nasionalis kulit hitam terbesar yang dikenal di Amerika Serikat sampai hari kematiannya. Pada 1917, setelah sembilan tahun di Harlem, dia mendirikan Universal Negro Improvement Association, yang menimbulkan kebanggaan rasial dan kesadaran bahwa Afrika adalah tanah tumpah darah bagi orang-orang Afro-Amerika. Kerajaannya runtuh pada 1924 setelah dia dihukum karena penipuan pos, dan dipenjara di Atlanta, lalu dideportasi dari AS. Earl Little, ayah Malcolm X dan kakek Attallah, terpilih sebagai presiden di Omaha, cabang dari UNIA-nya Garvey. Louisa, istri Earl, juga bergabung.


Jihad Gaya Amerika, Islam Setelah Malcolm X oleh Steven Barbosa
Judul Asli: American Jihad, Islam After Malcolm X
Terbitan Bantam Doubleday, Dell Publishing Group, Inc., New York 1993
Penterjemah: Sudirman Teba dan Fettiyah Basri
Penerbit Mizan, Jln. Yodkali No. 16, Bandung 40124
Cetakan 1, Jumada Al-Tsaniyah 1416/Oktober 1995
Telp.(022) 700931 Fax.(022) 707038
Indeks artikel kelompok ini | Disclaimer
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Dirancang oleh MEDIA, 1997-2000.
Hak cipta © dicadangkan.