Bab Tiga. Penderitaan Hidup


Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dan kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (QS 2:286)

Perpindahan ke agama Islam merupakan suatu peristiwa yang kadang-kadang diwarnai dengan perjuangan berat melawan masa lalu. Pelanggaran hukum atau melawan nasib, dan suatu perubahan yang dramatis juga sangat diperlukan. Orang-orang yang berganti agama itu juga mengembangkan pandangan baru setelah menghapuskan asumsinya yang terdahulu tentang kepercayaan yang melandasi pandangan kuno mereka. Pengalaman itu, yang seringkah emosional dan spiritual, memungkinkan mereka untuk memulai hidup baru, mencari pertumbuhan spiritual yang didasarkan pada landasan agama yang baru. Dengan bantuan rahmat Allah, mereka belajar memaafkan diri sendiri, menata kembali hidup mereka, bersikap dewasa, dan berubah dari keadaan putus asa menuju keadaan yang penuh harapan.

Beberapa orang Muslim, yang ditimpa penyakit bukan karena kesalahan mereka sendiri, berjuang keras untuk dapat diterima di kalangan saudara mereka sesama Muslim. Kisah-kisah sedih mereka menunjukkan sebuah masyarakat yang belum memahami tentang AIDS dan akibat yang ditimbulkannya. Korban yang lebih tegas menolak dikesampingkan atau dijauhi.

Sementara itu, setiap tahun, ribuan konversi (peralihan agama) terjadi di penjara-penjara di penjuru Amerika, di mana komunitas Muslim telah berkembang selama bertahun-tahun. Malcolm X sendiri masuk Islam dalam komunitas itu pada awal 1950-an. Terdapat lebih dari 140.000 narapidana Muslim di lembaga pemasyarakatan pusat dan daerah.1 Di penjara New York State saja terdapat 32 Muslim, termasuk 2 wanita. Angka itu merupakan 21 persen dari seluruh penghuninya. Narapidana Muslim terkenal akan kekompakan dan keakraban mereka. Di beberapa kompleks penjara, orang-orang Muslim ditempatkan di sel-sel yang terpisah dari narapidana yang lain.

Setelah beberapa lama belajar dengan sungguh-sungguh, seorang muallaf yang potensial dapat memahami pesan kaum Muslimin dari balik jeruji --seringkali Islam tampak sebagai suatu ide yang radikal bagi para narapidana: bahwa manusia dibimbing oleh Allah untuk bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri. Islam dapat memberi muallaf yang saleh suatu simbol kebebasan, sekalipun di balik jeruji dan kawat besi penjara. Tetapi jalan menuju ketakwaan dan kesalehan, terutama setelah menelusuri kehidupan sebagai seorang penjahat, bukanlah tanpa perjuangan yang berat.

Catatan kaki:

1 Sumber: American Muslim Council, 1993.


Jihad Gaya Amerika, Islam Setelah Malcolm X oleh Steven Barbosa
Judul Asli: American Jihad, Islam After Malcolm X
Terbitan Bantam Doubleday, Dell Publishing Group, Inc., New York 1993
Penterjemah: Sudirman Teba dan Fettiyah Basri
Penerbit Mizan, Jln. Yodkali No. 16, Bandung 40124
Cetakan 1, Jumada Al-Tsaniyah 1416/Oktober 1995
Telp.(022) 700931 Fax.(022) 707038
Indeks artikel kelompok ini | Disclaimer
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Dirancang oleh MEDIA, 1997-2000.
Hak cipta © dicadangkan.