|
PENGANTAR PENTERJEMAH
Meskipun karya Noam Chomsky ini tak terlalu tebal, proses
penterjemahannya merupakan pekerjaan yang sungguh tidak
mudah. Bahkan di bab terakhir, saya benar-benar merayap,
halaman demi halaman, nyaris putus asa dan ingin
menghentikannya.
Selain karena kemampuan bahasa Inggris saya yang agak
"payah", semua kesulitan itu mungkin karena saya tidak
terbiasa dengan gaya Chomsky. Buku yang bernada pamfletis
ini ditulis dengan gaya "rap" menyanyi dengan cara mengomel
cepat, yang kini melanda para penyanyi pop kita. Sejak
lembar pertama, dia memberondong dengan kalimat-kalimat
bersintaks ketat, sarat adjectives, sangat miskin
conjunction, dan secara umum bernada amat
sarkastis.
Cukup banyak kalimatnya yang terdiri dari lebih seratus
kata. Selain itu, Chomsky sering menggunakan kata bukan
dalam arti utama (setidaknya menurut Kamus
Inggris-Indonesia karya Echols dan Shadily). Barangkali,
begitulah gaya standar pakar yang dianggap "Einstein"-nya
linguistik itu.
Dalam hal kalimat-kalimatnya yang kelewat panjang, saya
memberanikan diri untuk memecahnya menjadi dua atau tiga
kalimat, agar orang yang membacanya tidak tersiksa.
Sayangnya, jauh lebih banyak kalimatnya yang jika dipecah
akan mereduksi pemahaman dan, agaknya juga, "efek
psikologis" yang ingin ditanamkan oleh penulis kepada
pembacanya. Maka, saya hanya dapat menyarankan supaya buku
ini dibaca dengan konsentrasi penuh sebab satu kata saja
terlewat dalam sebuah kalimat, pengertian yang ingin
disampaikan mungkin meleset.
Buku ini tampak sepenuhnya ditujukan bagi publik Amerika,
bahkan pembaca Amerika tingkat "lanjutan". Idiom-idiom
sosial politik yang dipakai penulisnya tak selalu mudah
diterjemahkan untuk pembaca Indonesia. Sejumlah besar nama
tokoh politik, wartawan, atau cendekiawan yang disebut, juga
dirasa tak perlu diberi keterangan subjek karena dianggap
pasti sudah dikenal oleh kalangan terpelajar Amerika.
Sepanjang nama-nama itu saya ketahui --dan sepanjang tidak
terasa menggurui-- saya memberi keterangan seperlunya,
biasanya dalam tanda kurung sebelum nama orang yang
bersangkutan.
Akhirnya, Saya merasa telah cukup berusaha
menyederhanakan penterjemahannya, sambil tetap menjaga
akurasinya. Namun, kedua keinginan ini tak selalu mudah
diupayakan secara serentak. Jadinya, buku ini tetap saja
harus dibaca dengan "kewaspadaan" dan konsentrasi penuh,
jika pembaca ingin memetik manfaat maksimum.
Hamid Basyaib
Yogyakarta, Juli 1991
|