|
Berburu Osama bin Laden
Rahimullah
Yusufzai
Kehidupan di Kandahar --Markas besar Pergerakan Islam
Taliban yang puritan di Afghanistan-- berjalan normal dan
hingga kini merupakan tempat tinggal Osama. Beberapa tahun
belakangan, Kandahar menjadi ibu kota de facto
sebagai pengganti Kabul dan dari kota ini pemimpin
tertinggi Taliban, Mulla Muhammad Omar, memulai pergerakan.
Lebih dari itu, Mulla Omar lebih menghendaki pengendalian
administrasi dan komando dari kota ini ketimbang Kabul.
Tidak ada kemajuan yang berarti di dalam kehidupan
masyarakat yang berpenduduk sekitar setengah juta jiwa ini .
Bahkan perkembangan negatif dan yang terjadi, para
Kandaharis harus selalu siap menghadapi ancaman AS yang
dapat menyerang kota ini dengan mudah untuk memaksa Taliban
mengusir Osama dan Afghanistan.
Sebagian besar penduduk Kandahar dan daerah lainnya tetap
meyakini bahwa Osama masih berada di Afghanistan. Dalam
wawancara baru-baru ini dengan berbagai strata sosial
masyarakat di Kandahar, mereka percaya bahwa Bin Laden, yang
dituduh sebagai otak pemboman di kedutaan besar AS di Kenya
dan Tanzania, masih tetap di Afghanistan.
Dalam kesempatan wawancara eksklusif Mulla Omar dengan
The News baru-baru ini, dikabarkan bahwa Bin Laden
telah menghilang. Tetapi, dia mengatakan bahwa bukan
merupakan otoritasnya untuk mengatakan bahwa Bin Laden telah
pergi meninggalkan Afghanistan. Menurut Mulla, keputusan
bulan Februari 1999 untuk memberikan sepuluh pengawal kepada
Bin Laden itu diambil saat ruang gerak Osama dibatasi dan
diawasi. Termasuk dalam pembatasan ini adalah menyeleksi
para pengunjung Osama dan memutuskan saluran teleponnya.
Taliban juga mengatakan bahwa Osama dapat tinggal di
Afghanistan sebagai tamu, namun tidak boleh menggunakan
tanah ini untuk mengumbar ambisi politik. Omar yang
kehilangan sebelah mata kanannya saat perang melawan Soviet
juga menyampaikan tiga alasan mengapa Osama tidak
diekstradisi oleh Taliban. Pertama, Bin Laden
terkenal dengan pandangan-pandangan keislamannya dan AS yang
bangga sebagai negara demokratik yang menjunjung tinggi hak
berekspresi dan kebebasan beragama dan yang menolak
dikatakan sebagai anti-Islam, selayaknya tidak terlalu
memaksakan kehendak. Kedua, Taliban tidak dapat
mempertaruhkan tradisi dan sejarah Afghanistan dengan
mengkhianati seorang yang meminta perlindungan saat
terdesak. Ketiga, saya merasa sangat sakit hati
karena tidak ada satu negara Muslim pun yang menampakkan
keinginan untuk melindungi orang yang membutuhkan."
Menurutnya, Taliban dibenci oleh Arab Saudi dan menderita
hujanan rudal pada bulan Agustus 1998 karena menolak untuk
menyerahkan Bin Laden kepada musuh-musuhnya. Dan, di sini
Mulla Omar menandaskan bahwa Taliban siap mengorbankan lebih
banyak lagi untuk tujuan ini. Bahkan kalau memang setengah
dari bumi Afghanistan harus hancur, tidak ada kompromi bagi
bangsa ini untuk dipaksa melaksanakan stigma di dalam agama
dan kultur mereka. Dia menerangkan bahwa tamu di Afghanistan
harus dilindungi dan bukan dikhianati.
Menurut Mulla Omar, yang biasa dipanggil Amirul Mukminin
oleh para anggota Taliban, AS telah gagal membawa
bukti-bukti keterlibatan Osama dengan aksi-aksi terorisme,
meskipun Taliban sudah menawarkan solusi bahwa Bin Laden
dapat dimahkamahkan di depan peradilan Islam di Afghanistan.
Lebih lanjut, menurutnya, bahwa ancaman AS untuk kembali
menggunakan kekerasan melawan Afghanistan tidak akan dapat
memaksa Taliban mengusir tamu kehormatannya. Dia menjelaskan
bahwa Soviet juga negara adidaya, tetapi terbukti gagal
memaksa Afghanistan agar tunduk di ketiak supremasinya.
Seperti komunitas Kandaharis dan yang lainnya, pejabat AS
juga percaya bahwa musuh mereka ini masih bercokol di
Afghanistan. Jubir Deplu AS mengatakan bahwa AS tidak punya
informasi bahwa Osama telah pergi dari Afghanistan. Dia
menegaskan, Taliban merupakan pihak yang bertanggung jawab
mengekstradisi dan membawa Bin Laden ke depan mahkamah
dengan tuduhan "tindakan kriminal keji dan brutal terhadap
rakyat sipil." Walaupun demikian, Taliban tetap saja
membantah tuduhan bahwa aksi pembatasan ruang gerak Osama
akhir-akhir ini merupakan jalan keluar Taliban untuk
menghindari serangan AS karena Inderfurth telah melayangkan
surat peringatan kepada wakil Menlu, Mulla Abdul Jalil di
Islamabad. Menurut jubir senior Taliban, Mulla Wakil Ahmad
Muttawakil, tidak ada perundingan resmi antara Jalil dan
Inderfurth. Dia mengatakan bahwa Inderfurth hanya memberikan
surat yang meminta Taliban untuk mengusir Osama atau
mengekstradisinya ke AS atau Arab Saudi, dan ini merupakan
ancaman terbuka bagi Taliban. Rumor tentang semakin dekatnya
serangan AS ke Kandahar sudah bukan rahasia lagi di kalaugan
penduduk. Sebagian besar penduduk Kandahar sudah terbiasa
dengan perang dan ancaman penyerangan AS tidak dapat
mengubah komitmen mereka untuk tidak tunduk kepada negara
adidaya ini setelah mereka merasa berhasil mengalahkan
negara adidaya lainnya, Soviet. Menurut Muttawakil, sejarah
menjadi saksi bahwa Afghanistan melawan dua kekuatan besar
di abad ini, Inggris dan Soviet, dan berhasil mengusir
mereka keluar dan bumi Afghanistan.
Motif keramahtamahan rakyat Kandahar kepada Bin Laden
lebih karena dia telah mati-matian berkorban untuk menolong
rakyat Afghanistan berjuang melawan invasi Soviet. Menurut
mereka, sungguh hina bagi rakyat Afghanistan, khususnya
rakyat Poshtoon, untuk tidak menghormati tamu dan
mengusirnya. Bagi mereka, Taliban sudah bulat dengan
keputusan mereka untuk tidak dapat berkompromi dengan
tradisi hospitalitas yang lestari berabad-abad walau negara
yang sudah hancur ini harus menanggung risiko kebencian dan
serangan AS, negara Barat, dan Arab Saudi. Kendati demikian,
sebagian rakyat Kandahar juga mengecam sikap Taliban seperti
ini . Menurut mereka, Afghanistan sudah hancur karena perang
dan tidak mungkin harus terus menderita selamanya. Mereka
sangat kritis dengan sikap Taliban yang, di satu sisi,
terlalu mengobral isu-isu kontroversial yang menjadi
bumerang dan membahayakan negara, sedangkan di sisi lain,
melupakan kewajiban mereka untuk memenuhi kebutuhan dasar
rakyat. Dan, bahkan seorang pemimpin Taliban mengatakan
bahwa rakyat Afghanistan menjadi satu-satunya "Muslim
sejati" yang tersisa di dunia ini dan oleh karenanya harus
dapat melindungi nilai-nilai keislaman serta
memperjuangkannya.
Karena gema berita bahwa Osama masih berada di
Afghanistan cukup terdengar dan pemimpin pucuk Taliban masih
enggan memastikan bahwa Osama benar-benar sudah hengkang,
spekulasi sekarang beralih ke fokus persembunyian Bin Laden
yang baru. Sejak kembali ke Afghanistan di bulan Mei 1996,
Bin Laden selalu menjaga kerahasiaan persembunyiannya dan
tidak pernah lalai dengan aspek keamanan. Persembunyian yang
sudah diketahui ada di empat tempat, di antaranya dekat
Jalalabad di Provinsi Nangrahar, di Provinsi Logar, di Khost
yang menjadi sasaran rudal-rudal AS, dan yang terakhir di
dekat Kandahar. Bisa jadi, ada tempat persembunyian baru dan
markas lain. Satu indikasi bahwa Bin Laden masih berada di
Afghanistan adalah pernyataan Muttawakil bahwa istri-istri
dan anak-anaknya masih berada di tempat yang
dirahasiakan.
Sebagaimana halnya Bin Laden, pembantu dekatnya, seperti
Syaikh Taseer Abdullah alias Abu Hafs Al-Misri --yang
menurut AS dikenal dengan Muhammad Atef -- kepalanya juga
dihargai 5 juta dolar AS. Sementara, Abu Hafs dan Dr. Ayman
Al-Zawahiri sama-sama menghilang dari peredaran selama ini
.
Lebih jauh, pernyataan ketidak tahuan Taliban perihal
persembunyian Osama dan pengikutnya serta pengawal terkesan
tidak masuk akal. Kelihatannya, Taliban berusaha keras
menjauhkan diri dari isu Osama, meskipun tidak terpikir oleh
mereka untuk mengusirnya. Beberapa pemimpin Taliban merasa
senang dapat membuat AS berspekulasi tempat persembunyian
Bin Laden. Namun, bagi AS, taktik yang mereka gunakan untuk
mengelabui AS tidaklah terlalu canggih. Rakyat biasa
Afghanistan tidak terlalu tertarik dengan persembunyian
Osama dan saat wawancara pada 22 Desember 1998, Bin Laden
mengatakan bahwa dia sengaja menjauhi keramaian penduduk
agar tidak membahayakan rakyat sipil yang tidak berdosa dari
kemungkinan serangan AS. Karena itu, Osama dapat bersembunyi
di kejauhan gurun dan pegunungan Afghanistan yang dapat
memberikan dia sedikit ketenangan, dan hanya segelintir
pemimpin Taliban yang tahu persis tempat persembunyian itu
berada serta tetap merahasiakannya. Yang jelas, AS tidak mau
menerima sikap Taliban seperti ini dan mungkin mereka akan
melakukan hal lain untuk dapat membongkar kebungkaman mereka
tentang tempat Osama bersembunyi dan mengusir dia ke AS.
Peristiwa teroris apa pun yang akan terjadi terhadap
kepentingan AS di dunia ini, Osama pasti menjadi sasaran
tuduhan AS. Untuk skenario ini, tekanan-tekanan atas Taliban
dan sekutu terdekatnya, Pakistan, tentu akan semakin
digalakkan dan akan mengakibatkan konsekuensi lain yang akan
terjadi di wilayah ini .
Bagi Bin Laden, sebagaimana biasanya, dia tidak dapat
tinggal diam untuk waktu yang lama karena dia perlu liputan
media dan menyebarkan pesan serta berupaya untuk tetap
berjuang secara politis di Dunia Islam. Dengan simpati yang
tumbuh dan berkembang di Dunia Islam, dia perlu menjaga
sikap anti-AS ini untuk dapat mempertahankan komitmen para
simpatisan. Kalau memang dia tidak berhasil mempertahankan
gelombang itu dan Taliban berpegang teguh membatasi ruang
geraknya, hal itu dapat menjerat Osama, dan ini memungkinkan
dia mencari tempat perlindungan lain --Sudan yang harus dia
tinggalkan dengan terpaksa pada Mei 1996; Saddam Hussein
yang tidak dapat dipercaya dan sulit untuk menjamin
keamanannya; Iran tempat para pengikut Syi'ah garis keras
terlibat di dalam kompetisi merebut kekuasaan dengan para
Sunni moderat dan Osama yang Sunni jelas akan alergi dengan
penguasa Syi'ah; Yaman yang merupakan negeri asal keluarga
Bin Laden sebelum tinggal di Arab Saudi; Chechnya yang
semi-independen tempat para pejuang mencemooh autoritas
pemerintahan Presiden Mashkhadov dan pemerintahan ini gagal
melindungi presiden mereka, Zokhtar Dudayev; atau Somalia
tempat Osama punya banyak kolega yang berpengaruh.
Kelihatannya, sampai sekarang ini tidak ada tempat yang
lebih aman bagi Osama keculi Afghanistan.
|