SEMBILAN BELAS
ISRAEL DAN DUNIA KETIGA
Israel mempunyai hubungan aktif dengan negara-negara
Dunia Ketiga, terutama karena penjualan-penjualan peralatan
militernya yang gencar dan ikatan kuatnya dengan Amerika
Serikat, yang ingin dimanfaatkan oleh negara-negara kecil.
Israel kadang-kadang juga bertindak sebagai wakil Amerika
Serikat dalam aktivitas-aktivitas dimana Washington ingin
menyembunyikan keterlibatannya. Sebuah contoh dramatis
adalah masalah Iran-Contra di mana Israel mengapalkan
senjata-senjata ke Iran dan keuntungan-keuntungannya
digunakan untuk membiayai para gerilyawan Contra di
Nikaragua yang bertentangan dengan larangan-larangan
Kongres.
OMONG KOSONG
"Kami tidak menjual senjata-senjata ke
Iran... Laporan-laporan itu sama sekali tidak
berdasar." --Shimon Peres, perdana menteri Israel,
19861
FAKTA
Hubungan Israel dengan Iran terus berlanjut bahkan
setelah perebutan kekuasaan oleh Ayatullah Ruhullah Khomeini
pada 1979. Meskipun hubungan itu mendingin di bawah
kebijaksanaan Khomeini yang anti-Zionis, Israel terus
memasok Iran dengan peralatan militer. Tidak ada kesangsian
bahwa Israel bekerja atas persetujuan Washington.
Penghinaan akibat penyanderaan yang dilakukan Iran atas
lima puluh dua orang Amerika pada akhir 1979 (dan penahanan
mereka hingga akhir masa kepresidenannya pada Januari 1981)
membuat Presiden Jimmy Carter menjatuhkan embargo penjualan
senjata ke Iran. Pemerintah Reagan yang baru diangkat secara
resmi meneruskan embargo tersebut, namun selama masa
kepresidenan Reagan, Israel mengirimkan sejumlah besar
materi ke Iran. Meskipun secara resmi Israel menyangkal pada
1986 melalui Perdana Menteri Peres, para pejabat Israel
lainnya berulang kali menyatakan secara terbuka bahwa
pengapalan dilakukan dengan persetujuan Washington.
Pemerintah Reagan pada waktu itu menyangkal persetujuan
semacam itu.2
Tetapi, ketika The New York Times melaporkan pada
1991 bahwa pemerintah Reagan telah secara diam-diam
mengizinkan Israel untuk menjual senjata-senjata buatan AS
senilai beberapa milyar dollar ke Iran sejak musim semi
1981, Menteri Luar Negeri James Baker pada dasarnya
membenarkan cerita itu dengan mengatakan bahwa Amerika
Serikat "kemungkinan besar telah" menyetujui
penjualan-penjualan semacam itu namun dia tidak mengetahui
seluk-beluknya.3
Wartawan Times Seymour M. Hersh mengatakan dia tidak
dapat menemukan mantan pejabat Reagan yang dapat
mengemukakan dasar pemikiran dari kebijaksanaan
itu.4
Ada beberapa kemungkinan. Penelanjangan persekongkolan
dengan segera menyatakan pengaturan itu sebagai bukti dari
apa yang dinamakan persekongkolan Kejutan Oktober. Menurut
beberapa kritikus, ini merupakan rencana dari para pejabat
kampanye Reagan yang secara rahasia menjanjikan Iran pasokan
senjata sebagai pertukaran untuk tidak dibebaskannya para
sandera tersebut hingga setelah pemilihan presiden tahun
1991. Persekongkolan itu, dikatakan, didorong oleh
kekhawatiran para pendukung Reagan bahwa pembebasan para
sandera di bulan Oktober akan meningkatkan kesempatan Carter
untuk dipilih kembali. Persekongkolan semacam itu sama
sekali tidak dapat dibuktikan, namun godaan dari
potongan-potongan bukti itu mendorong diadakannya
penyelidikan resmi.5
Tetapi masih ada penjelasan-penjelasan lain, terutama
yang melibatkan hubungan erat Israel dengan Iran.
Yang paling utama, Iran telah lama menjadi negara kunci
dalam "strategi batas luar" Israel. Ini adalah rencana
strategis Israel yang dikembangkan pada akhir 1940-an dan
awal 1950-an untuk menghadapi negara-negara Arab dengan
jalan menciptakan hubungan persahabatan dengan negara-negara
non-Arab di ujung-ujung Timur Tengah Arab dan dengan
kelompok-kelompok minoritas di wilayah itu. Dalam pengertian
luas, strategi itu menuntut dukungan Israel bagi setiap
kelompok minoritas seperti bangsa Kurdi, Druze, dan Maronit
di dalam wilayah Timur Tengah dan, di pinggirannnya,
negara-negara seperti Ethiopia, Turki dan, yang terpenting,
Iran.6
Akibat strategi ini, Iran menjadi negara Muslim pertama
yang memberikan pengakuan de facto atas Israel pada 1950.
Selama bertahun-tahun hubungan itu menjadi sangat erat: Iran
menjadi salah satu pemasok utama minyak Israel, dan Israel
bergabung dengan Amerika Serikat pada awal 1970-an membantu
Shah Iran mengganggu stabilitas Irak dengan jalan mendukung
bangsa Kurdi.7
Hubungan erat Israel dengan Iran terutama dimaksudkan
untuk membuat Irak lemah dan perhatiannya dialihkan dari
konflik Arab-Israel. Sebagaimana ditulis oleh kolumnis
Ha'aretz S. Schweitzer: "Iran membuat rusuh kamp Arab
dan menetralkan salah satu musuh potensial kita yang paling
kuat dan sengit, Irak... Ada kebenaran dalam hukum-hukum
geopolitik: siapa pun yang memerintah Teheran menjadi, mau
tak mau, sekutu dari siapa pun yang memerintah Jerusalem.
"8
Israel khawatir Irak akan mengalihkan perhatiannya dari
Teluk Persia dan mengarahkan mesin militernya yang sangat
kuat ke Israel. Sebagaimana dicatat oleh Menteri Pertahanan
Israel Yitzhak Rabin pada 1988, jika Irak mengirimkan
setengah saja dari tank-tank perangnya ke Yordania dan Syria
untuk melawan Israel, negara Yahudi itu akan menghadapi di
garis depan timurnya lebih banyak tank daripada yang
digerakkan NATO di Eropa.9
Dengan demikian, meskipun rezim baru Syi'ah Iran di bawah
Ayatullah Khomeini secara terbuka bersikap anti-Zionis,
Israel tetap memandang Iran yang kuat sebagai pihak yang
dapat memenuhi kepentingan-kepentingan Israel dalam
tahun-tahun mendatang.
Para pemimpin Israel berulang kali berusaha mempengaruhi
kebijaksanaan AS agar menjauhi Irak dan mendekati Iran pada
1980-an.10
Usaha ini dapat membantu menjelaskan mengapa Israel begitu
tertarik untuk mempromosikan apa yang kemudian dikenal
sebagai skandal Iran-Contra pada pertengahan 1980-an di mana
pemerintah Reagan menjual senjata-senjata ke Irak melalui
Israel. Peranan sebagai perantara yang demikian penting
menguatkan pengaruh Israel di Teheran, mengobarkan perang
antara Iran dan Irak, yang dipandang Israel dari sudut
kepentingan-kepentingan nasionalnya, dan melestarikan bisnis
yang sangat menguntungkan.11
Bahkan setelah terbongkarnya skandal Iran-Contra, Menteri
Pertahanan Rabin pada 1987 secara terbuka mengecam
kebijaksanaan AS yang terlalu bergantung pada dukungan Irak.
Rabin menuduh bahwa bantuan AS untuk Irak dan negara-negara
Arab di wilayah teluk telah mengakibatkan Uni Soviet menjadi
"satu-satunya adidaya yang dapat berbicara kepada dua pihak
dalam perang, sementara Amerika Serikat tidak dapat
melakukannya." Rabin mengatakan bahwa Iran sekarang adalah
musuh Israel, sambil menambahkan: "Tetapi pada saat yang
sama, izinkan saya untuk mengatakan bahwa selama dua puluh
delapan atau tiga puluh tujuh tahun Iran adalah sahabat
Israel. Jika itu dapat berlangsung selama dua puluh delapan
tahun... mengapa gagasan gila mengenai fundamentalisme
Syi'ah ini tidak dapat enyah?"12
Alasan terakhir bagi Israel untuk memasok senjata-senjata
ke Iran di tengah embargo senjata AS adalah dalam kaitannya
dengan komunitas Yahudi di sana. Ada sekitar tujuh puluh
ribu orang Yahudi di Iran, yang kebanyakan lari pada
beberapa bulan pertama revolusi Khomeini. Namun
setidak-tidaknya masih tinggal tiga puluh ribu orang, dan
Israel berusaha melindungi mereka dengan jalan berbaik-baik
dengan Teheran.13
OMONG KOSONG
"Negara-negara hitam Afrika tidak memutuskan
hubungan dengan Israel disebabkan oleh
pemikiran-pemikiran mengenai rasisme; kebanyakan merusak
ikatan mereka dengan negara Yahudi itu karena adanya
tekanan dari negara-negara Arab penghasil minyak pada
1973." --AIPAC,199214
FAKTA
Hari-hari penuh persahabatan antara Israel dengan Afrika
sub-Sahara hanya berlangsung singkat, dan berakhirnya
hubungan itu sangat erat kaitannya dengan
kebijaksanaan-kebijaksanaan agresif Israel dan juga dengan
uang minyak Arab.
Periode persahabatan dimulai pada 1956 dengan dijalinnya
hubungan diplomatik dengan Etiopia. Dengan segera terjalin
pula hubungan-hubungan resmi antara Israel dengan sebagian
besar negara yang baru merdeka dari penjajahan itu. Tetapi
pada pertengahan 1960-an kekecewaan terhadap
kebijaksanaan-kebijaksaan agresif Israel terhadap
tetangga-tetangga Arabnya dan persekutuannya yang tidak
terlalu dirahasiakan dengan CIA, mulai tumbuh di Afrika. CIA
dilaporkan telah membayar Israel sebanyak $80 juta pada
1960-an untuk "melakukan penetrasi politik ke negara-negera
yang baru mereka di benua hitam
Afrika."15
Sejak 1966, Konferensi Solidaritas Tiga Benua di Havana
mengeluarkan suatu resolusi anti-Israel yang sangat kuat,
termasuk kecaman terhadap bantuan teknis Israel (yang
didukung oleh CIA) sebagai suatu bentuk
imperialisme.16
Semua kecuali tiga negara Afrika telah memutuskan ikatan
mereka dengan Israel pada 1976.17
Perkecualian itu adalah Malawi, Swaziland, dan Lesotho. Dua
yang terakhir ini merupakan protektorat dari Afrika
Selatan.18
Perpecahan dengan Israel dimulai sebelum embargo minyak
Arab tahun 1973. Pemutusan ikatan itu benar-benar dimulai
pada 1972. Pada waktu itu para diplomat Israel secara lebih
tepat mengemukakan alasan-alasannya sebagai "radikalisasi
dari benua Afrika dan semakin besarnya kekecewaan yang
tumbuh pada dunia Barat di kalangan banyak pemimpin
Afrika."19 Ada
alasan-alasan lain yang lebih mendesak dan khusus.
Negara-negara Dunia Ketiga yang bermunculan mulai mengakui
perlakuan Israel yang menindas terhadap bangsa Palestina.
Setelah perang 1967, Israel tampak sebagai kekuatan penjajah
persis seperti para penjajah Barat di Afrika. Lebih-lebih,
hubungan persahabatan Israel dengan rezim rasis putih di
Rhodesia dan Afrika Selatan sangat dibenci, seperti juga
dukungannya pada upaya-upaya Portugal untuk mempertahankan
koloni-koloni di Angola, Guinea-Bissau, dan Mozambique.
Catatan pemberian suaranya di Perserikatan Bangsa-Bangsa
yang pada umumnya mendukung Barat juga dibenci oleh
orang-orang Afrika.20
Di samping itu, banyak orang Afrika kecewa dikarenakan
dukungan Israel pada beberapa rezim Afrika yang paling
menjijikkan termasuk rezim Idi Amin di Uganda, Mobutu di
Zaire, dan Bokassa di Republik Afrika
Tengah.21
OMONG KOSONG
"Kini setelah kekuatan koersif dari para
produsen minyak Arab telah terkikis, negara-negara Afrika
mulai membangun kembali hubungan dengan Israel dan
mengusahakan proyek-proyek kerjasama baru."
--AIPAC,199222
FAKTA
Motif yang paling mungkin untuk menjalin kembali hubungan
dengan Israel bagi negara-negara Afrika adalah harapan bahwa
tindakan itu akan mendatangkan keuntungan dikarenakan
pengaruh Israel dalam Kongres AS. Ada suatu keyakinan di
kalangan para pemimpin dunia --bukan hanya dari Afrika--
bahwa hubungan baik dengan Israel dengan sendirinya akan
memastikan hubungan baik dengan Amerika
Serikat.23
Zaire, misalnya, mulai menjalin kembali hubungan dengan
Israel pada 1982.24
Meskipun diktator Zaire Mobutu Sese Seko secara luas dikenal
sebagai salah seorang pemimpin Afrika yang paling korup,
jalinan kembali hubungan itu segera mendatangkan hasil.
Semua bantuan AS untuk Zaire sebelumnya telah dipotong,
namun setelah pembaruan ikatannya dengan Israel Kongres
segera merumuskan kembali suatu program bantuan untuk
Zaire.25 Dalam
kenyataannya, koran Israel melaporkan bahwa salah satu
permintaan paling khusus dari Mobutu ketika menjalin kembali
hubungan itu adalah agar Israel menaikkan citranya di mata
Amerika Serikat.26
Perdana Menteri Yitzhak Shamir berulang kali menjanjikan:
"Israel akan membantu Zaire melalui pengaruhnya atas
organisasi-organisasi Yahudi di Amerika Serikat, yang akan
dapat membantu menaikkan citra
[Zaire]."27
Rumania adalah contoh lain di luar Afrika. Meskipun ciri
pemerintahan Nicolae Ceausescu sangat mengerikan, tiran
Rumania itu tetap mendapatkan reputasi baik di Amerika
Serikat dikarenakan penolakannya untuk mengikuti Uni Soviet
dan negara-negara Eropa Timur lainnya pada masa perang 1967
yang memutuskan hubungan dengan Israel. Dengan demikian
Ceausescu secara umum diperlakukan lunak oleh media AS dan
Kongres. Israel dan kawan-kawannya mendorong Kongres untuk
meneruskan status negara paling banyak ditolong semasa
pemerintahan Ceausescu, suatu kategori yang mengurangi pajak
senilai jutaan dollar setiap tahun untuk
Rumania.28
Salah satu rahasia yang mendasari hubungan Israel dengan
Rumania adalah operasi yang dilaksanakan secara diam-diam di
mana Israel membayar Rumania agar membiarkan orang-orang
Yahudi Rumania berimigrasi ke Israel. Operasi itu dimulai
sekitar pertengahan 1950-an dan berlangsung selama lebih
dari tiga puluh tahun berikutnya. Israel dilaporkan telah
membayar lebih dari $1 milyar untuk membeli pembebasan dari
300.000 lebih orang-orang Yahudi Rumania. Bagian dari
perjanjian itu termasuk janji Israel untuk melobi Kongres
atas nama Rumania, suatu tindakan yang mendorong terjadinya
distorsi pandangan Amerika terhadap diktator negara
itu.29
Imelda Marcos dari Filipina secara terus terang
mengatakan pada koran Israel di tahun 1981 bahwa suaminya,
Presiden Ferdinand Marcos, ingin meningkatkan hubungan
dengan Israel dan orang-orang Yahudi Amerika sebagai suatu
cara "untuk memperbaiki citra yang ternoda [dari bangsa
Filipina] di media Amerika, dan untuk memperjuangkan
ketidakpopulerannya di Kongres Amerika."
30
OMONG KOSONG
"Banyaknya aktivitas-aktivitas Israel di
Dunia Ketiga mengagumkan dan menggelisahkan
sahabat-sahabat dan musuh-musuh Israel." --Benjamin
Beit-Hallahmi, ilrnuwan Israel31
FAKTA
Mestinya tak seorang pun terkejut melihat luasnya
keterlibatan Israel di Dunia Ketiga. Tentu saja kalangan
intelijen tidak. Mereka tahu benar bahwa bagian dari nilai
Israel di mata Amerika Serikat adalah kesediaannya untuk
bertindak sebagai wakil, dan dengan demikian memberi Israel
materai besar untuk membuka pintu-pintu di negara-negara
yang ukurannya berkali lipat dari negara Yahudi
tersebut.32
Amerika Tengah dan Latin --serta Afrika-- adalah
contoh-contoh yang gamblang. Tidak ada keraguan bahwa ketika
pemerintahan Reagan berusaha menghindari oposisi Kongres
untuk membantu para pemberontak Nikaragua yang dikenal
dengan nama Contra, mereka meminta bantuan dari orang-orang
Israel.33
Sebagaimana dikatakan oleh mantan Jenderal Mattiyahu Peled
pada pertengahan 1980-an: "Di Amerika Tengah, Israel menjadi
kontraktor 'pekerjaan kotor' bagi pemerintahan AS. Israel
bertindak sebagai kaki tangan Amerika
Serikat."34
Seperti para pemimpin negara-negara lainnya, para
penguasa Amerika Latin menghargai pengaruh Israel terhadap
Kongres. Wartawan Washington Post Edward Cody
melaporkan pada 1983 bahwa ada "harapan di kalangan
pemerintah Salvador bahwa lobi pro Israel yang berpengaruh
di Amerika Serikat [akan] mengulurkan bantuan secara
diam-diam dalam debat-debat Kongres mengenai kearifan dari
kebijaksanaan pemerintah menyangkut Amerika
Tengah."35
Upaya pemerintah Reagan untuk melangkahi amandemen Boland
yang melarang bantuan kepada para pemberontak Contra itulah
yang mendorong Israel untuk menyarankan bahwa keuntungan
yang didapat dari penjualan senjata ke Iran dialihkan untuk
membeli persenjataan bagi para pemberontak
Contra.36 Ini
merupakan inti skandal yang melibatkan Kolonel Oliver North
dan Laksamana John Poindexter yang dikenal sebagai
"Iran-Contra affair."
Menteri Luar Negeri Shimon Peres menyatakan pada waktu
itu bahwa "Israel tidak mendapatkan keuntungan satu sen pun
dari sini. Ini bukan operasi Israel, ini adalah urusan
Amerika Serikat, bukan Israel. Tujuan kami adalah membantu
sebuah negara sahabat untuk menyelamatkan hidup mereka.
Israel diminta untuk membantu dan Israel pun
melakukannya."37
Tetapi, laporan terakhir dari Komisi Tower yang
menyelidiki skandal itu menyimpulkan: "Jelaslah... bahwa
Israel mempunyai kepentingan-kepentingan sendiri, yang
sebagian bertentangan sekali dengan kepentingan-kepentingan
Amerika Serikat, dengan mendorong Amerika Serikat
melaksanakan inisiatif ini. Untuk ini, ia mendorong agar
inisiatif tersebut dilaksanakan. Ia berusaha melakukan ini
dengan mengadakan intervensi dengan staf NSC, Penasihat
Kemananan Nasional, dan Presiden."38
Ilmuwan Israel Aaron S. Klieman mencatat bahwa Amerika
Tengah telah menjadi pasar utama bagi senjata-senjata dan
dinas keamanan Israel: "Israel telah menawarkan untuk
berbagi cadangan persenjataan yang berhasil dirampas di
Lebanon, membantu aktivitas-aktivitas intelijen di Costa
Rica dan Guatemala, dan dilaporkan melatih angkatan
bersenjata pemerintah di kedua negara itu serta di Honduras
dan El Salvador untuk melawan para pemberontak
antipemerintah... Israel dilaporkan sebagai pemasok terbesar
kedua di Amerika Tengah."39
Israel beranggapan bahwa menjadi penasihat bagi beberapa
tokoh Amerika Selatan yang paling dibenci adalah aktivitas
yang menguntungkan. Di Panama, mantan agen Mossad Israel
Mike Harari menghindari pasukan penyerang AS ketika mereka
menyapu Panama untuk mencari diktator Manuel Noreiga pada
Desember 1989. Setelah pensiun pada 1980, dia masuk ke dalam
bisnis senjata dan usaha-usaha lain di Panama dan menjadi
penasihat terdekat Noreiga. Harari di kemudian hari muncul
di Israel sementara Noreiga ditangkap dan dipenjarakan di
AS.40
Di Colombia, mantan Letnan Kolonel Israel Yair Klein,
pemilik Spearhead Ltd., sebuah perusahaan keamanan yang
berpusat di Tel Aviv, dituduh melatih para pedagang obat
bius yang dikenal sebagai sicarios --para pembunuh--
dalam taktik-taktik militer yang canggih dan penggunaan
bahan-bahan peledak. Klein lari ke Israel dan menyatakan
bahwa dia mengira dia tengah melatih para petani Colombia
untuk melindungi diri mereka dari kaum
pemberontak.41
Israel di kemudian hari menuduh Klein telah mengekspor
senjata secara ilegal, dan dia dinyatakan bersalah telah
menjual persenjataan dan menyalahgunakan keahlian
militernya.42
Pada 3 Januari 1991, dia dihukum membayar denda $75.000 dan
diberi penundaan hukuman penjara satu tahun. Menteri Luar
Negeri Colombia Luis Fernando Jaramillo Correa memprotes
kelonggaran hukuman itu.43
Di samping para pedagang obat bius dan bajingan-bajingan
seperti Noreiga, Israel telah mendekati dan bersahabat
dengan para penguasa yang lalim dan kejam seperti Jendral
Augusto Pinochet Ugarte dari Cile, Roberto D'Aubuisson dari
El Salvador, Jenderal Romeo Lucas Garcia dari Guatemala,
Jean-Claude Duvalier dari Haiti, Anastasio Somoza Debayle
dari Nikaragua, dan Jenderal Alfredo Stroessner dari
Paraguay.44
Sedihnya, harus diakui bahwa Amerika Serikat juga telah
terlibat jauh dengan tokoh-tokoh bereputasi buruk yang sama
ini.
Catatan kaki:
1 Viorst, Sands of
Sorrow, 275.
2 Beit-Hallahmi, The
Israeli Connection,13.
3 Walter Pincus,
Washington Post, 9 Desember 1991. Juga lihat Seale,
Asad of Syria, 360-61.
4 Seymour Hersh, New
York Times, 8 Desember 1991
5 Gary Sick, New York
Times, 15 April 1991, dan bukunya October
Surprise. Juga lihat Jane Hunter, "Covert Operations:
The Human Factor", The Link, Agustus 1992.
6 Ball, The Passionate
Attatchment, 292-94; Beit- Hallahmi, The Israeli
Connection, 8; Cockburn, Dangerous Liaison, 99;
Seale, Asad of Syria, 265-66, 359-60; Tamir, A
Soldier in Search of Peace, 241. Suatu versi baru tak
resmi dari strategi untuk 1980-an ditulis oleh mantan
pejabat Kementerian Luar Negeri Israel Oded Yinon pada 1982
dengan judul berbahasa Inggris "A Strategy for Israel in the
Nineteen Eighties." Esai itu mendapat komentar secara luas,
sebab dalam kata-kata ilmuwan antikemapanan Israel, Israel
Shahak, itu "menggambarkan, menurut pendapat saya, rencana
akurat dan rinci dari rezim Zionis yang sekarang (Sharon dan
Eitan) untuk Timur Tengah yang didasarkan atas pembagian
keseluruhan daerah tersebut menjadi negara-negara kecil, dan
pembubaran dari semua negara Arab yang ada;" dikutip dalam
Nakhleh, Encyclopedia of Palestine Problem, 892-95.
Perdana Menteri David Ben-Gurion menjelaskannya dalam sebuah
surat untuk Presiden Eisenhower pada 1958: "Dengan maksud
mendirikan sebuah bendungan tinggi untuk menghadapi pasang
naik gelombang Nasser-Soviet, kami telah mulai mempererat
ikatan kami dengan beberapa negara yang berada di luar garis
keliling Timur Tengah... Tujuan kami adalah mengorganisasi
sekelompok negara, tidak harus dalam bentuk persekutuan
resmi, yang akan mampu menghadapi ekspansi Soviet melalui
wakilnya Nasser;" dikutip dalam Segev, The Iranian
Triangle, 35.
7 Donald Neff, "The U.S.,
Iraq, Israel and Iran: Backdrop to War;" Journal of
Palestine Studies, Musim Panas 1991.
8 Dikutip dalam
Beit-Hallahmi, The Israeli Connection, 15.
9 Bard dan Himelfarb,
Myths and Facts, 265.
10 Tamir, A Soldier
in Search of Peace, 209.
11 Beit-Hallahmi,
The Israeli Connection, 14; Cockburn, Dangerous
Liaison, 344.
12 Glenn Frankel,
Washington Post, 28 Oktober 1987.
13 Seale, Asad of
Syria, 360, 362; Neff, "The U.S., Iraq, Israel and
Iran."
14 Bard dan Himelfarb,
Myths and Facts, 218.
15 Beit-Hallahrni,
The Israeli Connection, 40-41; Cockburn, Dangerous
Liaison, 109-10.
16 Beit-Hallahrni,
The Israeli Connection, 41.
17 Ali A. Mazrui,
"Black Africa and the Arabs;" Foreign Affairs, Juli
1975.
18 Neff, Warriors
against Israel, 131-32.
19 Terence Smith,
New York Times, 12 Januari 1973.
20 Beit-Hallahmi,
The Israeli Connection, 43- 44.
21 Chomsky, The
Fateful Triangle, 21. Juga lihat Ball, The Passionate
Attachment, 284-94.
22 Bard dan Himelfarb,
Myths and Facts, 218.
23 Beit-Hallahmi, The
Israeli Connection, 11; Chomsky, The Fateful
Triangle, 23-26.
24 David K. Shipler,
New York Times, 19 Mei 1982.
25 Cockburn,
Dangerous Liaison, 327-28.
26 Beit-Hallahmi,
The Israeli Connection, 58.
27 Chomsky, The
Fateful Triangle, 23.
28 Jack Anderson dan
Dale Van Atta, Washington Post, 20 Oktober 1991.
29 Ibid. Juga lihat
Sachar, A History of Israel, 516, yang melaporkan
terjadinya gelombang dadakan emigrasi Yahudi dari Rumania
sejak 1958.
30 Al Hamishmar, 29
Desember 1981, dikutip dalam Chomsky, The Fateful
Triangle, 23.
31 Beit-Hallahmi,
The Israeli Connection, xii.
32 Ibid., 11; Chomsky,
The Fateful Triangle, 23- 26; Cockburn, Dangerous
Liaison, 218.
33 Woodward, Veil,
355-57; Beit-Hallahmi, The Israeli Connection,
78.
34 Cockburn,
Dangerous Liaison, 218.
35 Edward Cody,
Washington Post, 17 Agustus 1983.
36 Cockburn,
Dangerous Liaison, 230.
37 Washington
Post, 26 November 1986.
38 John Tower, "Report
on the President's Special Review Board," 26 Februari 1987,
IV-12.
39 Klieman, Israel's
Global Reach, 133- 34. Juga lihat Ball, The
Passionate Attachment, 285-89.
40 David Halevy dan
Neil C. Livingstone, Washington Post, rubrik Outlook,
7 Januari 1990. Juga lihat Raviv dan Melman, Every Spy a
Prince, 350-54. Ada berbagai acuan negatif bagi Harari
dalam Ostrovsky, By Way of Deception.
41 Douglas Farah,
Washington Post, 17 Juli 1990. Juga lihat Cockburn,
Dangerous Liaison, 212-13; Raviv dan Melman, Every
Spy a Prince, 355.
42 Associated Press,
New York Times, 30 November 1990.
43 Israeli Foreign
Affairs, Januari 1991. Juga lihat Cockburn, Dangerous
Liaison, 290.
44 Beit-Hallahmi,
The Israeli Connection, 78.
|