Mengenai Peristiwa Ambon | |
|
Date: Mon, 09 Aug 1999 18:34:17 +0900 From: Yayasan Salawaku <salawaku@ambon.wasantara.net.id> Subject: [SEMBAKO] Informasi Terakhir Tentang Ambon AMBON KEMBALI TEGANG Setelah agak redah situasi kerusuhan Ambon pada tanggal 6 Agustus 1999, maka sejak hari Sabtu tanggal 7 s/d 9 Agustus 1999, kondisi kota Ambon kembali tegang. Menurut hasi investigasi dan pemantauan Tim Investigasi di lapangan, jalan raya arah Ambon-Amahusu , Latuhalat diblokir dan ditutupi oleh warga muslim disekitar Pohon Mangga (Air Salobar - Depan Pengadilan Tinggi Maluku). Demikian juga jalan raya disekitar Batu Merah dan Galunggung. Akibatnya transportasi melalui kedua jalur tersebut macet total. Sementara itu sejak hari Sabtu malam hingga Minggu, bunyi bom dan senjata rakitan terjadi disekitar Perumnas Poka, yang diledakan oleh kedua kubu yang bertikai (muslim dan kristen). Malah pada hari Minggu malam sekitar jam 21.35 WIT terjadi percobaan penyerangan oleh warga Muslim terhadap warga Kristen di lokasi ini. Selain itu pagi ini kira-kira jam 10.30 WIT telah terjadi penembakan oleh aparat keamanan disekitar jalan raya Galala. Tim Investigasi kami yang berada di lapangan melaporkan penembakan tersebut dilakukan atas reaksi masyarakat Galala yang mencoba menutup jalan masuk kota Ambon melalui Desa Galala setelah sebelumnya terlihat 1 (satu) truck yang dicurigai berisi penumpang dan amunisi melewati jalan raya di Desa Galala menuju Ambon dimanan penumpang di dalamnya terlihat melempar, dan ketika masyarakat hendak menahan truck tersebut, truck dimaksud tancap gas dan melaju ke arah Galunggung. Pengumpulan masa juga terjadi dari kedua belah kubu di sekitar jalan A.J. PATTY, peledakan bom di samping Gereja Silo dan salaing baku lempar di belakang RST. Sore ini dikabarkan daerah Batu Merah mulai tegang karena terlihat tanda-tanda akan ada penyerangan dari golongan tertentu. Masyarakat juga menjadi tegang karena berkembang isu akan terjadi penyerangan besar-besaran dari kelompok muslim pada lokasi-lokasi tertentu termasuk kompleks Universitas Pattimura dan Universitas Kristen Maluku (UKIM). Kelihatannya kerusuhan Ambon akan menjadi berkembang jika aparat keamanan dan Pemerintah Daerah tidak bisa melakukan langkah-langkah untuk mengendalikan keamanan. Janji KAPOLDA Maluku dan PANGDAM XVI Pattimura untuk melakukan swiping guna mengembalikan warga muslim jasirah Leihitu yang kini berkeliaran disekitar belakang Desa Poka, Perumnas Poka, Rumahtiga, Kota Djawa dan Batu Koneng yang diduga sebagai sumber kerawanan hanyalah sebagai isapan jempol saja. Sementara aparat keamanan di lapangan sudah tidak dipercaya oleh rakyat karena tindakannya yang selalu memihak kepada golongan tertentu saja dan sering terlibat dalam kerusuhan. Ancaman kedua kubu apabila aparat tidak mampu mengendalikan keamanan supaya aparat ditarik dari lapangan dan memberi kesempatan untuk kedua kubu bertanding secara terbuka membuktikan ketidakmampuan pimpinan TNI dan POLRI di Maluku tidak mampu menangani kerusuhan di daerah ini. Karena itu daripada rakyat Maluku mati terbunuh di ujung laras senjata tentara dan polisi serta kemungkinan rakyat Maluku akan menjadi miskin sebaiknya para petinggi pemerintahan dan keamanan yang ada jangan malu-malu untuk mengundurkan diri dan menyerahkan saja kerusuhan di Maluku untuk diselesaikan dengan cara orang Maluku sendiri. Ambon (Maluku) bukan Aceh dan bukan juga Timor Timur atau Papua tetapi kerusuhan Ambon (Maluku) sekarang ini sudah hampir menyamai rekor pelanggaran HAM seperti yang terjadi di Aceh, Timor Timur dan Papua. Masihkah ada setitik perhatian dari Presiden Habibie dan dunia internasional terhadap Maluku seperti yang diberikan kepada Aceh, Timor Timur dan Papua?. Jawabannya tergantung pada sejauh mana kita semua ikut prihatin dengan kondisi (Maluku) saat ini, ikut mendorong agar adanya perhatian ke arah ini. YAYASAN SALA WAKU MALUKU |
|
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota | Indeks Artikel |