Mengenai Peristiwa Ambon | |
|
Bentrok lagi di Ambon, 10 Tewas AMBON -- Kota manise, Ambon, lagi-lagi diwarnai bentrokan berdarah. Kali ini terjadi di depan Masjid Al-Fatah, Ambon, kemarin petang. Akibat bentrok ini, menurut sumber Republika, 10 orang tewas dan sekitar 60 orang luka-luka terkena tembakan. Menurut saksi mata, tembakan itu datangnya dari arah aparat kemanan. Namun, belum jelas apakah pelaku penembakan itu anggota keamanan atau oknum yang 'menyusup' ke tengah satuan yang sedang melaksanakan tugas pengamanan itu. "Kerumuman massa di depan Masjid Al-Fatah menjadi sasaran tembakan yang datangnya dari arah aparat," kata saksi mata. "Tembakan juga mengenai pintu dan menara mesjid," tambahnya. Bentrok yang mengakibatkan jatuhnya korban dari kalangan umat Islam itu terjadi seusai shalat Jumat. Sebelumnya, 26 Agustus 1999, bentrokan serupa juga terjadi dan memakan korban tewas lima orang serta 24 luka-luka. Menurut Ketua Gerakan Ukhuwah Islamiyah Maluku Aliansi Muslim Maluku (GUIM Almuluk) Drs M Faisal Salampessy SH, berondongan tembakan itu terjadi menyusul nyaris bentroknya warga Muslim dengan warga Nasrani. "Dalam dua kerusuhan tersebut, tampaknya kelompok Nasrani sengaja memancing kelompok Muslim agar akhirnya bentrok dengan pihak aparat," katanya. Sebuah dugaan spekulatif menyebutkan kemungkinan penembakan itu merupakan tindakan balas dendam atas peristiwa 26 Agustus lalu. "Saat itu terjadi pelemparan bom ke pihak aparat keamanan dan mengakibatkan seorang anggota keamanan diamputasi kakinya," kata Ketua Badan Koordinasi Umat Islam Maluku (BKUIM) Abdullah Tuasikal. Aparat keamanan, menurut dugaan Abdullah, mengira bom itu dari pihak Muslim. "Padahal, bom tersebut berasal dari pihak Nasrani," katanya. "Tiga orang tergeletak di dalam masjid akibat berondongan senjata dari arah aparat, kemarin. Satu di antaranya tewas," tambahnya. Menurut Faisal Salampessy, ada seorang yang tewas seketika dan seorang nenek luka parah di dalam masjid akibat berondongan peluru itu. Korban yang tewas di dalam masjid adalah Bakri Ingratubun (55). Lima korban lainnya tewas di halaman dan sekitar masjid. Mereka adalah Rahim (19), Jamal Lamanhelu (18), Toton (26), Tahier Warkas (22), dan Sapuan Nur Lette (25). Semua korban dievakuasi ke RS Al-Fatah. Kejadian itu, kata Faisal, bermula ketika kelompok Nasrani 'memancing' kelompok Islam untuk bentrok di perempatan Jalan Ba'bullah dan Jalan AY Patti. "Namun karena sudah menjelang shalat Jumat, kelompok Muslim tidak terlalu meladeni kelompok Nasrani itu," ujarnya. Usai shalat Jumat, sekitar pukul 14.15 WIT, massa sudah saling mendekat di dekat Pos Kota (pos polisi) di perempatan jalan itu. Namun, tidak terjadi bentrok fisik sebelum akhirnya datang sepasukan aparat keamanan. "Aparat yang datang sekitar satu peleton atau sekitar 30 orang. Sementara jumlah massa kelompok Islam dan kelompok Nasrani berimbang, masing-masing sekitar 300-400 orang," katanya. Kelompok Muslim, lanjut Faisal, lalu digiring oleh aparat dari Pos Kota ke Masjid Al-Fatah di Jalan Ba'bullah. Mereka digiring sejauh sekitar 300 meter dengan tembakan gas air mata. Namun, sesampai di masjid, terdengar berondongan tembakan dari arah aparat, sehingga jatuh korban jiwa. Untuk membantu mengatasi konflik berbau SARA di Ambon yang tidak berkesudahan itu, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU) KH Abdurrahman Wahid melakukan pertemuan dengan pimpinan RMS (Republik Maluku Selatan). Dalam pertemuan di Belanda disepakati akan diadakan rapat umum di Ambon guna menyelesaikan konflik itu. "Saya telah bertemu (awal pekan ini) dengan para pimpinan RMS di Belanda dan kita sepakat akan mengadakan rapat umum di Ambon yang melibatkan semua unsur, khususnya pemuka agama di Maluku termasuk pimpinan RMS, guna mengakhiri sengketa antaragama di daerah itu," kata Gus Dur dalam acara temu muka dengan para staf KBRI Kairo di Wisma Dubes RI, Kamis (9/9) malam. Menurut capres Poros Tengah ini, dalam rapat umum yang direncanakan digelar di ibu kota Maluku nanti, akan ditampilkan para tokoh agama untuk menjelaskan kemauan masing-masing guna menetralisir dan menjernihkan kekaucau-balauan di wilayah itu. Namun, Ketua GUIM Almuluk Faisal Salampessy, tidak menyetujui rencana Gus Dur itu. "Sebaiknya Gus Dur urungkan niatnya untuk lakukan perundingan atau pertemuan dengan pihak RMS. Bila itu dilakukan, berarti sama saja Gus Dur mengakui keberadaan RMS," kata Faisal. Menurut Faisal, lebih baik kita menyerahkan masalah Ambon pada pemerintah. "Bila Gus Dur berunding dengan RMS, justru akan memperuncing permasalahan," tambahnya. "Kami tidak menginginkan campur tangan pihak asing khususnya PBB dalam penyelesaian masalah Ambon," tegas Faisal. n osa/ant http://www.republika.co.id/9909/11/24126.htm |
|
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota | Indeks Artikel |