Damai Sekarang atau Perang Berlanjut

Rustam Kastor

Apa Upaya Ummat Islam

Pihak Kristen ternyata akan unggul lagi dalam segenap aspek kehidupan di Maluku, mereka akan mampu mengatur masa depan Maluku sampai terbentuknya RMS. Ummat Islam akan kembali lagi dalam kehidupan yang jauh lebih buruk dan menderita dibandingkan sebelum kerusuhan terjadi, hal seperti itu pasti akan dirasakan Ummat Islam karena watak pihak Kristen yang sejak nenek moyang kita selalu ingin memangsa Ummat Islam. Sekarang keinginan memangsa itu semakin besar karena dendam mereka serta cita-cita mendirikan RMS-nya terus menggebu-gebu.

Bila demikian ancaman yang akan dihadapi Ummat Islam di waktu yang akan datang, maka berpulang kepada Ummat Islam untuk menerima begitu saja nasibnya atau bangkit membangun diri agar keluar dari ancaman pihak Kristen itu. Tantangan berat terhadap masa depan Ummat Islam itu harus dihadapi dengan suatu sikap bersama yang jelas. Bersama dalam pengertian semua tokoh dan elit terlibat melihat permasalahan kedepan kemudian mencarikan pemecahannya. Konsep besar untuk membangun masa depan itu harus dirancang dalam suatu Konsep Pembangunan Umat Islam Jangka Panjang.

Rencana strategi itu akan menuntun dan mengarahkan Ummat Islam untuk harus berbuat apa sejak sekarang. Hal yang amat mendesak adalah menetapkan rencana strategis jangka pendek dengan sasaran merebut posisi tawar menawar yang kuat. Keberhasilan Ummat Islam merebut posisi itu akan menolong Ummat Islam keluar dari tekanan dan hegemoni pihak Kristen. Posisi tawar menawar yang kuat itu mutlak harus disebut dalam periode satu dua tahun kedepan selama perang fisik ini masih berkecamuk. Sebab itulah salah satu kekuatan dan kemampuan Ummat Islam yang masih bisa kita andalkan memperbaiki kehidupan masa depan.

Ummat Islam Berperang untuk Memperbaiki Nasib

Penderitaan Ummat Islam sudah cukup berat tidak mungkin menjadi lebih diperberat lagi kekalahan dalam perang agama ini ataupun dalam posisi menang tidak kalahpun tidak. Posisi menang tidak, kalahpun tidak atau yang lebih kita kenal dengan istilah draw tidak ada bedanya dengan kekalahan karena kita tidak siap dengan SDM untuk saling bersaing merebut peluang. Kita akan merasakan penderitaan baru, yang akhirnya membuat Ummat Islam harus berperang lagi untuk memperbaiki nasib. Berperang memperbaiki nasib seperti itu tidak dapat dihindari, cepat atau lambat pasti akan terjadi lagi, apa yang sudah kita bangun akan hancur lagi berantakan sehingga masa depan Ummat Islam bahkan masyarakat Maluku pada umumnya akan tidak menentu memasuki era millennium 2000 yang akan datang. Masyarakat Maluku akan terus terpuruk dibandingkan dengan saudara-saudaranya di daerah lain di seluruh Indonesia.

Perang berikut sebagai babak perjuangan baru akan menempatkan Ummat Islam pada posisi politik yang sulit, akan menjadi cemoohan dan cercaan bangsa Indonesia sehingga perjuangan itu akan merupakan kesendirian yang memilukan hati karena tidak ada lagi dukungan dan simpati dari Ummat Islam di luar Maluku.

Sekarangpun kita sudah merasakan itu, banyak pihak tidak mengerti apa yang sedang terjadi dengan Ummat Islam di Maluku. Saudara-saudara kita itu seringkali menjatuhkan vonis yang menyakitkan kepada Ummat Islam yang katanya "Brutal, perusuh yang tidak mau damai." Mereka akhirnya tidak mau tahu dengan perjuangan Ummat Islam, dibiarkan berjuang sendiri, menerima akibat sendiri, tidak perlu berteriak minta tolong atau memohon belas kasihan mengulurkan tangan meminta bantuan. Kebrutalan tidak mau berdamai itu harus disertai keberanian menanggung segala akibat perang, tidak boleh mengharapkan bantuan dari pihak lain, bila tangan mencencang maka bahu harus kuat memikul sendiri. Karena itu damai sekarang bagi Ummat Islam tanpa ada jaminan dan kehendak baik dari pihak Kristen untuk memberikan hak-hak Ummat Islam yang adil, sama saja dengan membangun suasana panas baru yang akan memicu perang baru yang amat merugikan Ummat Islam di Maluku.

Karena itu Ummat Islam harus menentukan apa yang harus mereka lakukan sekarang untuk mendapatkan posisi tawar menawar yang kuat dalam perebutan hak yang adil bagi Ummat Islam yang akan memberikan jaminan masa depan yang lebih baik sampai ke anak cucu kita.

Bagi setiap Ummat Islam tentu faham betul atas petunjuk Allah SWT bahwa "Nasib sesuatu kaum tidak akan berubah kecuali kaum itu sendiri yang berusaha melaksanakannya." Mudah-mudahan kesadaran itu dapat menggerakkan semangat, tekad dan gerak langkah bersama kita yang dipelopori oleh para elit di Maluku maupun yang ada di luar Maluku.

Kita masih akan berjuang keras untuk memperbaiki nasib kita terletak pada upaya kita sendiri, tidak dapat mengharap dan menggantungkannya kepada pihak lain. Jangan lagi membuka perang babak baru sebab akan merugikan posisi politik Ummat Islam di Maluku di mata masyarakat bangsa bahkan dunia internasioanal, sekarang inilah kita berjuang terus demi hak-hak sebagai warga terhormat yang bertekad "Hidup mulia atau mati syahid".

Hidup Mulia atau Mati Syahid

Marilah kita simak firman Allah yang satu ini, kita amati pada surat ayat didalam kitab suci Al-Quranul Karim. Tidak ada seorangpun diantara kita yang ragu dan tidak percaya atas firman Allah di dalam kitab suci umat Islam ini.

Hidup mulia atau mati syahid, begitulah tuntutan Allah yang terasa ibarat teguran halus yang amat mengena bagi kita ummat Islam asal Maluku dimanapun kita berada, terkena akibat langsung atau hanya terkena imbasnya atau hanya mendengar dari cerita orang dan media massa. Bila saja masih ada semangat ukhuwah Islamiyah dan rasa orang Maluku, maka betapapun hanya mendengar cerita orang atau kata media massa maka penulis sangat yakin bahwa derita itu sama kita rasakan. Karena itu hidup mulia atau mati syahid kita sama rasakan sebagai perintah Allah untuk memperbaiki nasib kita ummat Islam di Maluku sekarang dan untuk masa depan anak cucu kita untuk selamanya.

Menggunakan istilah ummat Islam di Maluku terasa memisahkan diri dari ikhwannya sesama ummat Islam asal Maluku yang kini tersebar di seluruh Indonesia bahkan di luar negeri. Penulis sama sekali tidak bermaksud demikian tetapi justru ingin menempatkan ummat Islam di Maluku sebagai bagian tak terpisahkan dari ummat Islam seluruh Indonesia bahkan dengan ikhwannya se dunia.

Dengan sebutan ummat Islam Maluku akan memberikan kesan adanya perbedaan dengan ummat Islam Jawa, ummat Islam Sumatra dan sebagainya, begitu juga ingin mengajak semua pihak lebih tajam melihat objek permasalahan ummat Islam di Maluku yang spesifik menderita dari zaman ke zaman yang kini berjuang membela diri dan memperbaiki nasib dan masa depannya.

Kalau tidak hidup mulia, ummat Islam lebih memilih mati tetapi harus secara syahid (insya Allah). Dua kata yang amat berseberangan yaitu antara hidup dan mati menunjukkan tekad untuk berjuang mencapai kemuliaan hidup betapapun akibatnya. Jiwa raga adalah ciptaan Allah yang maha sempurna, bernilai tertinggi dalam kehidupan sebagai Khafillah Allah di muka bumi. Rela dilepaskan demi hidup mulia padahal sebagai pribadi yang telah rela mengorbankan diri tidak akan menikmati kemuliaan hidup di dunia lagi walau andilnya besar. Kita kagumi orientasi berpikir ummat Islam sesuai dengan ajaran Islam yang nyata-nyata kita saksikan aplikasinya di Maluku bumi jazirah Muluku begitu mengagumkan.

Hidup mulia jauh dari pengertian hidup mewah bergelimang harta, hidup mulia seperti itu hanya milik orang-orang tertentu saja. Hidup mulia menurut ajaran Islam adalah milik kita semua ummat Islam, bukan karena kayanya, bukan karena kedudukan jabatannya tetapi mulia masyarakat Islam secara keseluruhannya karena memiliki hak yang sama dengan dengan golongan lain. Mereka yang rela berkorban untuk kemuliaan ummat Islam akan mendapatkan anugerah yang teramat mulia disisi Allah sebagai syahid (insya Allah ). Hidup mulia berartiAgama Islam dimuliakan, tidak ada tangan kotor yang mengusik kebesaran agama Islam dan ajarannya. Ummat Islam bebas melakukan syariat islam di segenap penjuru tanah air.Untuk yang satu ini ummat Kristen tidak perlu kebakaran jenggot karena berlaku di kalangan sendiri. Ummat Islam mendapatkan hak-haknya secara adil tanpa harus merebut dan mengurangi hak-hak orang lain. Ummat Islam dan agama Islam dapat hidup di bumi tercinta tanpa ada ancaman sampai kapanpun.

Kemuliaan yang menjadi hak dan tuntutan ummat Islam tidak mengganggu siapapun karena itu ummat Islam tidak akan pernah mengganggu ketentraman pihak manapun. Ummat Islam cinta damai tetapi lebih cinta hidup mulia, artinya ummat Islam akan mempertahankan hidup damai dengan siapapun sejauh kemuliaan ummat Islam tidak diusik apalagi dilanggar dengan menempatkan umat Islam dibawah tekanan pihak tertentu.

Apabila hidup mulia ummat Islam itu tidak diperoleh karena kerakusan pihak lain maka bagi ummat Islam kemuliaan itu harus ditegakkan apapun resikonya. Kalau kemuliaan itu tidak berhasil ditegakkan secara damai melalui diplomasi maka berperang dengan segala akibatnya adalah cara yang harus ditempuh sebagai paksaan kehendak pihak lawan.

Begitulah ummat Islam di Maluku menangkap dan menterjemahkan perintah Allah dalam surat??? ayat??? dengan cara yang amat bijak dan terpuji yang telah membuktikannya selama dua tahun ini tanpa sedikitpun surut dari tekad dan semangat untuk menegakkan kemuliaan dengan memilih syahid di jalan Allah.

Damaikah atau Hidup Mulia?

Betapa indahnya hidup mulia dalam kedamaian, dua kondisi prima menyatu, bisakah kita temukan di dunia? Jawabnya kita bisa tetapi bukan untuk ummat Islam di Maluku sebab damai saja hampir tidak didapati ummat Islam selama ini, apalagi hidup mulia. Ummat Islam Maluku terutama yang di kota Ambon hidup dalam ancaman fisik dan terror mental sejak dulu, karena itu pula mereka tidak pernah mendapatkan hidup mulia tetapi selalu terjajah baik fisik maupun mental.

Pemberontakan RMS/Kristen yang puncaknya pada tanggal 19 Januari 1999 harus ditanggapi oleh ummat Islam dengan semangat "Hidup mulia atau mati syahid" bukan patah, redup semangat juangnya bersedia menerima nasib.

Ummat Islam dalam perjuangannya sekitar bulan September 2000 keatas terkena aksi pembusukan oleh pihak tertentu yang dilaksanakan oleh para tokoh dan para elit sendiri yang memilih tercapainya kepentingan duniawi seperti yang dijanjikan penguasa, daripada memilih "hidup mulia atau mati syahid". Pembusukan dari dalam itu sangat berbahaya terhadap kelanjutan dan kelangsungan perjuangan ummat Islam yang secara terselubung seperti bersedia "hidup hina asalkan damai" karena damai seperti itu ada sesuatu yang akan mereka dapatkan yang kita namakan kepentingan duniawi itu. Kelompok kepentingan itu sadar atau tidak telah melecehkan kehendak Allah SWT. Mereka yang adalah para tokoh dan elite yang seharusnya menjadi tulang punggung dan otak penggerak perjuangan mencapai kehidupan ummat Islam yang mulia ternyata telah memilih sikap yang bertentangan dengan semangat perjuangan ummat Islam sekaligus melawan kehendak Allah.

Tidak jarang dalam kampanye rekonsiliasi dan perdamaian mereka tampil dengan kalimat-kalimat beracun yang mengungkapkan bahwa: Ummat Islam sudah sangat menderita, tidak mampu lagi melanjutkan perjuangan yang terjadi ini karena pemaksaan orang orang tertentu yang bagaikan provokator terus mengajak ummat berperang. Telah banyak korban, telah banyak janda dan anak yatim. Tidak sepantasnya kita terus berperang tanpa tujuan dengan terus menambah penderitaan ummat Islam. Berdamai adalah cara yang tepat untuk membangun masa depan yang gemilang, karena itu jauhi permusuhan dengan pihak Kristen kita bangun rekonsiliasi dan perdamain sekarang.

Mereka mengajak berdamai untuk mencapai masa depan yang gilang gemilang tetapi mereka tidak mampu menjelaskan apakah pihak Kristen akan memberi kesempatan bagi ummat Islam yang lemah, kekurangan elit untuk ikut mengatur Maluku. Mereka tidak sampai berfikir bahwa setelah berdamai pihak Kristen akan berkuasa lagi dan semakin kejam memperlakukan ummat Islam sehingga ummat Islam tidak akan mendapatkan hak-hak mereka sebagai warga bangsa yang jumlahnya sama dengan pihak Kristen dan sebagai pahlawan dalam memerdekakan Maluku dari RMS dan penjajah Belanda.

Kita harapkan Allah SWT akan mengubah cara berfikir kaum Rekonsilialis untuk berjuang lagi keluar dari "kehinaan" dan mencapai kemuliaan yang diridhoi Allah.


"Damai Sekarang atau Perang Berlanjut"
oleh Rustam Kastor, tebal 82 halaman
Penerbit Forum Pembela Keadilan Maluku, Januari 2001
From: Wisnu Pramudya <birojkt@hidayatullah.com>
To: Mus-lim@isnet.org
 
Indeks artikel kelompok ini | Disclaimer
ISNET Homepage | Pustaka Online Media

Dirancang oleh MEDIA, 1997-2001.
Hak cipta © dicadangkan.