Damai Sekarang atau Perang Berlanjut

Rustam Kastor

VII SEMANGAT JIHAD FI SABILILLAH

Di Indonesia barangkali di Malukulah aplikasi semangat jihad fii sabilillah dalam arti sesungguhnya kita rasakan. Semangat jihad memang bukan dalam bentuk menghunus pedang di medan tempur menghadapi musuh Islam saja, banyak bentuk lain yang diklasifikasi sebagai jihad fii sabilillah tetapi keseluruhannya bermuara pada memenangkan perjuangan Ummat Islam melawan kaum kuffar. Keseluruhan bentuk aplikasi jihad fii sabilillah yang kita maksudkan dapat disaksikan di kota Ambon dan daerah-daerah sekitarnya karena disana Ummat Islam sedang berjuang hidup mati melawan kaum nasrani.

Dari pengamatan selama perang agama dua tahun ini, kita harus menggeleng-gelengkan kepala tanda terheran-heran menyaksikan begitu banyak Ummat Islam yang turun untuk mengambil bagian dalam setiap pertempuran. Medan laga menjadi lebar dan mendalam berlapis-lapis karena semua mujahidin tumpah ruah ingin membunuh kaum kuffar nasrani Ambon/Maluku yang sudah akrab dengan sebutan Obet yang berasal dari nama Robert sedangkan yang Islam disebut Acang yang berasal dari nama Hasan.

Para mujahidin ini juga harus kita acungkan jempol karena keberanian, semangat tidak kenal menyerah bahkan sifat-sifat ksatrianya. Laskar Jihad lokal dan Laskar Jihad Ahlus Sunnah Wal Jamaah menyatu di medan tempur memperagakan semangat bela Islam yang betul-betul dikagumi. Barangkali inilah perang frontal semi modern yang melibatkan ribuan orang yang secara terus menerus mengumandangkan kalimat suci "Allahu Akbar." Kalimat itulah yang membuat semangat jihad ulet dan tangguh. Semakin besar ancaman nasrani, semakin meningkat semangat melawan, tidak ada keluhan sekalipun banyak jatuh korban bahkan korban korban itu ibarat patah satu tumbuh seribu.

Peristiwa yang paling akhir yaitu 2 hari berturut-turut kasus Kapaha pada awal bulan Ramadhan 1421 H atau di pertengahan bulan November 2000, Ummat Islam di kota Ambon yang belum jelas duduk persoalannya, hanya karena mendengar bunyi rentetan tembakan senapan aparat keamanan, bom rakitan, suara tiang listrik yang dipukul bertalu-talu terus merambat keseluruh sektor Islam di dalam kota serta suara azan dan takbir di masjid, mengalirlah mujahidin dalam jumlah ribuan orang memenuhi kampung Kapaha. Mereka menuju medan tempur dengan menyandang senapan organik, senapan dan bom rakitan, pedang bahkan hanya dengan tangan kosong berbekal batu saja. Tidak ada komando, tidak ada pengendali kecuali ketua ketua posko yang bertebaran dalam jumlah sekitar 80 posko di dalam kota. Kaum wanitapun keluar rumah berhimpun memberikan support moril ditengah malam itu.

Itulah gambaran semangat jihad fii sabilillah yang tetap menggelora tidak menampakkan kepudaran sedikitpun, gambaran kehendak berperang terus seperti itu sulit dipadamkan. Karena itu para elite dan tokoh harus berpikir keras menyaksikan gelora semangat tempur ini untuk mencarikan bentuk pemecahan terbaik dalam rangka mencapai perdamaian terhormat.

Semangat Jihad fii sabilillah memang kokoh ulet dan tangguh tidak akan patah di tengah jalan.


"Damai Sekarang atau Perang Berlanjut"
oleh Rustam Kastor, tebal 82 halaman
Penerbit Forum Pembela Keadilan Maluku, Januari 2001
From: Wisnu Pramudya <birojkt@hidayatullah.com>
To: Mus-lim@isnet.org
 
Indeks artikel kelompok ini | Disclaimer
ISNET Homepage | Pustaka Online Media

Dirancang oleh MEDIA, 1997-2001.
Hak cipta © dicadangkan.