PROGRAM KRISTEN DAN DERITA UMAT ISLAM DI
MALUKU
Konflik Islam-Kristen terdapat di mana-mana di seluruh
dunia, termasuk diseluruh pelosok tanah air yang tentunya di
Maluku juga. Ada alasan lokal tetapi banyak diwarnai
perbedaan kepentingan. Konflik Islam-Kristen ini sering
ditutup-tutupi dengan berbagai alasan atau dijaga agar tidak
muncul ke permukaan.
Di Maluku konflik sepert itu diperparah karena adanya
salah satu pihak yang secara terencana berusaha menguasai
pihak yang lain. Masyarakat Kristen yang sejak penjajahan
Belanda mendapatkan perlakuan sebagai anak mas telah lama
berhasil menguasai berbagai posisi kunci dalam Pemerintahan
maupun instansi lain diluar Pemerintahan. Kesempatan untuk
terus meraih kemajuan dan keunggulan membuat mereka memiliki
sumberdaya manusia (SDM) yang jauh lebih bayak dan unggul
pula dalam kualitas. Peranan Belanda sangat membantu
kemajuan pihak Kristen sebagai balas budi Belanda atas
kesediaan pihak Kristen dijadikan alat memperkukuh
cengkeraman kuku penjajahannya di bumi Maluku melawan
kerajaan kerajaan Islam di Maluku. Dengan begitu umat Islam
di Maluku menghadapi sekaligus dua musuh yaitu penjajah
Belanda dan umat Kristen Maluku.
Dari keberpihakan masyarakat Kristen membantu penjajah
berperang menghancurkan kerajaan-kerajaan Islam di Maluku
inilah maka saling bermusuhan dan saling membenci diantara
masyarakat Maluku yang berbeda agama ini terus berkembang
sampai sekarang. Cerita tentang keakraban Pela-Gandong
adalah rekayasa pihak Kristen untuk menutupi kebusukan
perbuatan mereka.
Kehendak memisahkan diri dari NKRI dengan mendirikan RMS
telah ditumpas habis oleh TNI yang bahu membahu dengan umat
Islam. Dengan demikian kebencian Kristen kepada umat Islam
semakin menjadi-jadi. Pihak Kristen yang unggul dalam SDM
baik jumlah dan mutu segera memperkuat posisi mereka di
Pemerintahan dan sebagainya. Setelah RMS dihancurkan memang
umat Islam berkesempatan untuk membangun diri tetapi
hasilnya terlalu kecil dibandingkan dengan kemajuan yang
berhasil dicapai pihak Kristen Maluku. Keberhasilan umat
Islam yang tidak seberapa itu ternyata dirasakan oleh pihak
Kristen sebagai ancaman, hal seperti itu sangat berkaitan
dengan rasa takut akan dosa-dosa pihak Kristen terhadap umat
Islam selama masa penjajahan Belanda maupun perlakuan mereka
selama RMS sekaligus balas dendam karena umat Islam telah
ikut menghancurkan RMS yang sangat diharap-harap segera bisa
berdiri di Maluku.
Karena itu segera kita saksikan bagaimana GPM
memprogramkan penghancuran umat Islam dengan menutup semua
peluang rapat-rapat untuk mencegah umat Islam mencapai
kemajuan. Program penghancuran umat Islam itu mencakup aspek
yang sangat luas dan meliputi semua strata dalam masyarakat.
GPM memang solid dalam mengendalikan massa umatnya, semua
tokoh mendukung program penghancuran umat Islam itu. GPM
memang menginstruksikan kepada umatnya untuk menutup mulut
rapat-rapat agar tidak dibocorkan kepada pihak Islam, tetapi
ada saja beberapa warga Kristen yang tidak dapat menerima
aksi seperti kemudian secara tidak sadar keluar juga kepada
saudaranya yang Islam.
Umat Islam kemudian merasakannya sebagai suatu aksi yang
simultan, sistematik dan begitu teratur pelaksanaannya.
Perlakuan tidak adil dan diskriminatif terasa dimana-mana
yang akhirnya berhasil menempatkan umat Islam pada posisi
terpuruk yang harus diterima betapapun beratnya. Itulah
kondisi nyata pada waktu lalu yang telah berhasil menjadikan
umat Islam sebagai mangsa yang mudah diterkam pada tanggal
19 Januari 1999 lalu. Terkaman itu harus difahami oleh umat
Islam sebagai bagian dari rencana besar memerdekakan Maluku
dibawah kekuasaan RMS. Untuk jelasnya kepada umat Islam yang
selama ini hidup berdampingan dengan pihak Kristen tanpa
kecurigaan apapun perlu diberitahukan kembali bahwa
perlakuan tidak adil terhadap umat Islam yang dirasakan
selama 50 tahun terakhir sebelum terjadinya perang agama
tidak lain adalah bagian dari program besar mendirikan RMS
melalui langkah melemahkan umat Islam agar mudah dibantai
sehingga jumlahnya begitu kecil dan lemah tidak mampu lagi
melakukan perlawanan ketika RMS berontak untuk yang kedua
kali. Kalau kali ini mereka gagal lagi tidak lain karena
Allah tidak meridhoinya.
Karena itu umat Islam perlu menyadari akan kondisi yang
akan dihadapi diwaktu yang akan datang ketika kedua
masyarakat yang berperang ini telah mencapai kesepakatan
damai. Apakah betul suasana perlakuan tidak adil pada waktu
lalu tidak akan terulang lagi atau justru semakin
menjadi-jadi mengingat dendam akibat perang ini telah
mencapai titik begitu dalam sementara niat mendirikan RMS
masih tetap membara. Dari sana kita dapat melihat bahwa
harapan umat Islam untuk dapat hidup lebih baik terlalu
jauh, kecuali dalam perang ini umat Islam berhasil merebut
posisi tawar menawar yang kuat melalui upaya diplomasi
dibidang Politik dan Hukum atau dimedan perang.
Berpikir Antisipasif
Berpikir antisipatif atau berfikir yang bersifat
antisipasi terhadap berbagai kemungkinan yang akan terjadi
di waktu yang akan datang apa yang akan terjadi biasanya
tidak diketahui sebelumnya, tetapi banyak pula hal yang
terjadi bisa diketahui karena bersifat nyata. Pembicaraan
kita kali ini berkisar pada permasalahan yang akan timbul
dalam jangka waktu beberapa bulan atau beberapa tahun ke
depan yang sesungguhnya dapat diantisipasi/diperkirakan
sebelumnya dengan mengamati berbagai gejala yang diikuti,
dicatat secara kronologis, perkembangan perkembangan situasi
terutama politik dan keamanan di sekitar kita. Dari
catatan-catatan itu kita menemukan satu kecenderungan arah
dari sesuatu yang mungkin akan terjadi. Walau bukan
matematis tetapi dapat diperkirakan beberapa kemungkinan
dari yang sangat mungkin terjadi sampai pada kemungkinan
terjadi. Dan perkembangan berikutnya dapat disimpulkan
beberapa saja kemungkinan yang paling relevan/berkaitan
dengan situasi yang sedang berkembang. Berfikir antisipatif
membuat kita selalu berada di depan situasi yang akan
terjadi, memperhitungkan sejumlah kemungkinan yang akan
terjadi serta bagi para tokoh elit dan para pemimpin
menentukan beberapa cara bertindak yang sesuai untuk
pencegahan maupun penanggulangan. Dari mereka yang terbiasa
mengikuti perkembangan, mencatatnya, melakukan evaluasi akan
sampai pada kesimpulan-kesimpulan yang seringkali cukup
akurat.
Kemampuan seperti itulah yang perlu kita para elit dan
tokoh memiliki dan menguasainya agar kita bisa bersikap
tepat menghadapi apa yang akan terjadi, bukan melihat yang
terjadi sekarang. Sikap semacam itu merupakan ciri
orang-orang bijak atau ada yang mengatakan berfikir
strategis.
Dalam keterbatasan kemampuan penulis telah mencoba
mengantisipasi perkembangan situasi selama tahun 1998
kemudian mengajak ustad Abd Khow dan H. Jusuf Ely
memprakarsai rapat para tokoh di ruang rapat gedung Asari Al
Fatah pada tanggal 8 November 1998 untuk membuat suatu wadah
bagi sekian banyak ormas Islam yang bila diurus merupakan
kekuatan perangkat yang bisa membuat pihak Kristen
membatalkan niatnya (Penulis dan Ustadz A.R. Khow bekerja
sendiri karena Yusuf Ely tak muncul lagi, usul saudara Udin
Umasangadji disimpulkan sebagai bentuk wadah yang paling
tepat yaitu Sekretariat Bersama (Sekber)). Upaya itu
terhenti setelah Gubernur terus menerus memprakarsai
pembentukan satgas dan posko kemudian dilanjutkan dengan
Acara Doa Bersama yang intinya ikrar antar umat beragama di
gedung Olah Raga Karang Panjang.
Setelah upaya menghimpun kekuatan umat gagal di realisir,
penulis masih mencoba lagi mengajak umat Islam mawas diri
sebab gejala ancaman pihak Kristen semakin nyata setelah
peristiwa Wailete dan Air Bak. Penulis mengajak Ketua MUI
Letkol Polisi Rusdi Hassanusi untuk membuat naskah khotbah
bersama yang penulis harapkan terdiri dari Sdr. Udin
Umasangadji dan Sdr. Lutfi Sanali, SH. menangani bidang
Sospol dan permasalahan umat Islam lainnya Ustadz Wahab
Polpoke dan Sdr. Rusdi menangani bidang keagamaan spesifik
kebutuhan Idul Fitri dan penulis akan menulis bidang
keamanan yang khusus akan mengajak masyarakat mewaspadai
hari-hari sesudah Ramadhan sebab gejala ancaman RMS/Umat
Kristen sudah begitu terasa. Begitu juga dengan usaha
penulis dalam Suara Maluku ingin mengajak masyarakat
mewaspadai masuknya sekitar 200 orang Preman asal Jakarta
yang pada umumnya beragama Kristen dengan Kapal Lambelu.
Gambaran diatas sekedar membuktikan bahwa apa yang
terjadi pada tanggal 19 Januari 1999 sesungguhnya sudah bisa
kita amati sebelumnya asalkan kita mau mengikuti dengan
cermat tiap perkembangan yang terjadi.
Atas dasar pelajaran dan teori itulah penulis ingin
mengajak segenap Umat Islam di Maluku terutama di Kota Ambon
khususnya para elite untuk mengantisipasi perkembangan
berikut dari perang yang sudah berlaku 2 tahun ini,
akibatnya bagi masa depan Umat Islam kemudian menentukan
sikap dan berbuat apa sekarang oleh kita para elite sebagai
bukti kecintaan kita kepada umat.
Ketika awal kerusuhan di bulan Januari kita para elite
relatif berkumpul setiap hari membicarakan penyelamatan umat
Islam dari ancaman kaum nasrani tetapi semangat itu akhirnya
surut sedikit demi sedikit yang barangkali disebabkan oleh
pembusukan atau kurang pahamnya kita tentang ancaman Kristen
yang laten dan potensial sehingga mempercayakan
penanganannya oleh orang-orang tertentu saja yang kalau
dihitung saat ini hanya ada beberapa orang saja.
Untuk itu demi pemahaman kita tentang ancaman itu sebagai
antisipasi kedepan maka marilah kita menghimpun lagi
kekuatan untuk berjuang lagi sesuai dengan kemampuan kita
masing-masing kedepan karena periode berikut ini adalah
periode yang memerlukan daya pikir para intelektual
disamping perjuangan fisik bersenjata oleh para mujahiddin
harus tetap dipelihara tidak boleh menurun. Perang di bidang
politik dan hukum menjadi tanggung jawab para tokoh dan
elite dilakukan sebelum perang fisik bersenjata mereda sebab
semangat dan kemampuan pembelaan diri yang dilakukan oleh
para mujahiddin (laskar lokal dan laskar Ahlus Sunnah Wal
Jamaah) adalah alat yang akan menentukan keberhasilan di
bidang politik.
Himbauan untuk mengantisipasi perkembangan yang akan
datang ini perlu mendapatkan perhatian kita bersama sebab
gambaran ancaman masa depan umat Islam sangat serius. Hal
itu hanya bisa diatasi atas usaha bersama. Ada beberapa hal
yang perlu kita pikirkan. Apakah kita Umat Islam akan
mendapatkan hak-hak kehidupannya setelah berdamai? Apakah
pihak Kristen bersedia memberikan hak-hak itu kepada umat
Islam?
Apakah RMS/Kristen diwaktu yang akan datang tidak lagi
membantai Umat Islam untuk yang ketiga kali dalam rangka
memaksakan niatnya untuk mendirikan RMS?
Seberapa jauhkah RMS/Kristen bersedia melepaskan diri
dari keterikatannya dengan kepentingan kekuatan lain diluar
Maluku dan negara-negara besar? Apakah Umat Islam sudah siap
berjuang di bidang politik dan hukum sampai berhasil
memenangkan perang ini dalam artian mendapat jaminan bahwa
keselamatan dan hak-haknya di waktu yang datang didapat
sebagai mana seharusnya?
Apakah umat Islam tetap siap memanfaatkan keberadaan MUI
Maluku sebagai satu-satunya wadah yang memayungi kesamaan
kepentingan umat Islam mencapai masa depan yang lebih baik?
Siapakah diantara tokoh kita yang akan menjadi pengemudi
organisasi besar ini yang bisa bekerja pada lingkup
strategis mengantisipasi tugas-tugasnya yang menjangkau
perencanaan jangka panjang 10-20 tahun kedepan? Kita
mengetahui bahwa peranan MUI bukan pada hal yang kita
bicarakan ini tetapi melalui tuntutan dan inisiatif MUI kita
dapat membangun wadah seperti itu.
Apakah Laskar jihad Ahlus Sunnah Wal Jamaah akan berjuang
terus di Ambon mendampingi dan membantu umat Islam atau
karena sesuatu alasan mereka terpaksa meninggalkan
Ambon/Maluku meninggalkan kita umat Islam dalam kesendirian
berjuang.
Sejumlah pertanyaan diatas hendaklah kita jawab terlebih
dahulu sebelum sampai pada keputusan berdamai sekarang atau
berjuang dahulu untuk menuntaskan tantangan masa depan umat
Islam. Permasalahan itu secara umum dan garis besar sudah
penulis jelaskan dalam naskah ini, kita perlu berdiskusi
untuk menanggapi pendapat itu, yang hasil akhirnya dapat
kita jadikan perdapat bersama untuk disikapi bersama.
Sekarang adalah peluang terbaik untuk mencapai masa depan
Umat Islam yang lebih baik dan lebih terhormat karena
berhasil meraih hak-haknya dan kewajibannya kepada Allah SWT
yang telah memberikan kesempatan emas bagi Umat Islam di
Maluku untuk memperbaiki harkat dan martabatnya serta
kemuliaan agama Islam.
Para elite perlu bersatu melihat masa depan Umat Islam
yang tetap kelabu, mari kita berhimpun untuk melakukan
sesuatu agar ancaman Kristen dan penderitaan masa depan itu
dapat kita merubahnya menjadi lebih baik dan terhormat.
Hidup mulia atau mati syahid adalah petunjuk Allah SWT yang
tidak sedikitpun mengandung kekeliruan. Mari kita susun
barisan/shaf yang rapat untuk memulai lagi berjuang seperti
hari-hari pertama ketika kita dibantai. Mari kita sadari
bahwa berjihad di jalan Allah hukumnya adalah amalan
jama'i.
|