Damai Sekarang atau Perang Berlanjut

Rustam Kastor

PROGRAM KRISTEN DAN DERITA UMAT ISLAM DI MALUKU

 

Konflik Islam-Kristen terdapat di mana-mana di seluruh dunia, termasuk diseluruh pelosok tanah air yang tentunya di Maluku juga. Ada alasan lokal tetapi banyak diwarnai perbedaan kepentingan. Konflik Islam-Kristen ini sering ditutup-tutupi dengan berbagai alasan atau dijaga agar tidak muncul ke permukaan.

Di Maluku konflik sepert itu diperparah karena adanya salah satu pihak yang secara terencana berusaha menguasai pihak yang lain. Masyarakat Kristen yang sejak penjajahan Belanda mendapatkan perlakuan sebagai anak mas telah lama berhasil menguasai berbagai posisi kunci dalam Pemerintahan maupun instansi lain diluar Pemerintahan. Kesempatan untuk terus meraih kemajuan dan keunggulan membuat mereka memiliki sumberdaya manusia (SDM) yang jauh lebih bayak dan unggul pula dalam kualitas. Peranan Belanda sangat membantu kemajuan pihak Kristen sebagai balas budi Belanda atas kesediaan pihak Kristen dijadikan alat memperkukuh cengkeraman kuku penjajahannya di bumi Maluku melawan kerajaan kerajaan Islam di Maluku. Dengan begitu umat Islam di Maluku menghadapi sekaligus dua musuh yaitu penjajah Belanda dan umat Kristen Maluku.

Dari keberpihakan masyarakat Kristen membantu penjajah berperang menghancurkan kerajaan-kerajaan Islam di Maluku inilah maka saling bermusuhan dan saling membenci diantara masyarakat Maluku yang berbeda agama ini terus berkembang sampai sekarang. Cerita tentang keakraban Pela-Gandong adalah rekayasa pihak Kristen untuk menutupi kebusukan perbuatan mereka.

Kehendak memisahkan diri dari NKRI dengan mendirikan RMS telah ditumpas habis oleh TNI yang bahu membahu dengan umat Islam. Dengan demikian kebencian Kristen kepada umat Islam semakin menjadi-jadi. Pihak Kristen yang unggul dalam SDM baik jumlah dan mutu segera memperkuat posisi mereka di Pemerintahan dan sebagainya. Setelah RMS dihancurkan memang umat Islam berkesempatan untuk membangun diri tetapi hasilnya terlalu kecil dibandingkan dengan kemajuan yang berhasil dicapai pihak Kristen Maluku. Keberhasilan umat Islam yang tidak seberapa itu ternyata dirasakan oleh pihak Kristen sebagai ancaman, hal seperti itu sangat berkaitan dengan rasa takut akan dosa-dosa pihak Kristen terhadap umat Islam selama masa penjajahan Belanda maupun perlakuan mereka selama RMS sekaligus balas dendam karena umat Islam telah ikut menghancurkan RMS yang sangat diharap-harap segera bisa berdiri di Maluku.

Karena itu segera kita saksikan bagaimana GPM memprogramkan penghancuran umat Islam dengan menutup semua peluang rapat-rapat untuk mencegah umat Islam mencapai kemajuan. Program penghancuran umat Islam itu mencakup aspek yang sangat luas dan meliputi semua strata dalam masyarakat. GPM memang solid dalam mengendalikan massa umatnya, semua tokoh mendukung program penghancuran umat Islam itu. GPM memang menginstruksikan kepada umatnya untuk menutup mulut rapat-rapat agar tidak dibocorkan kepada pihak Islam, tetapi ada saja beberapa warga Kristen yang tidak dapat menerima aksi seperti kemudian secara tidak sadar keluar juga kepada saudaranya yang Islam.

Umat Islam kemudian merasakannya sebagai suatu aksi yang simultan, sistematik dan begitu teratur pelaksanaannya. Perlakuan tidak adil dan diskriminatif terasa dimana-mana yang akhirnya berhasil menempatkan umat Islam pada posisi terpuruk yang harus diterima betapapun beratnya. Itulah kondisi nyata pada waktu lalu yang telah berhasil menjadikan umat Islam sebagai mangsa yang mudah diterkam pada tanggal 19 Januari 1999 lalu. Terkaman itu harus difahami oleh umat Islam sebagai bagian dari rencana besar memerdekakan Maluku dibawah kekuasaan RMS. Untuk jelasnya kepada umat Islam yang selama ini hidup berdampingan dengan pihak Kristen tanpa kecurigaan apapun perlu diberitahukan kembali bahwa perlakuan tidak adil terhadap umat Islam yang dirasakan selama 50 tahun terakhir sebelum terjadinya perang agama tidak lain adalah bagian dari program besar mendirikan RMS melalui langkah melemahkan umat Islam agar mudah dibantai sehingga jumlahnya begitu kecil dan lemah tidak mampu lagi melakukan perlawanan ketika RMS berontak untuk yang kedua kali. Kalau kali ini mereka gagal lagi tidak lain karena Allah tidak meridhoinya.

Karena itu umat Islam perlu menyadari akan kondisi yang akan dihadapi diwaktu yang akan datang ketika kedua masyarakat yang berperang ini telah mencapai kesepakatan damai. Apakah betul suasana perlakuan tidak adil pada waktu lalu tidak akan terulang lagi atau justru semakin menjadi-jadi mengingat dendam akibat perang ini telah mencapai titik begitu dalam sementara niat mendirikan RMS masih tetap membara. Dari sana kita dapat melihat bahwa harapan umat Islam untuk dapat hidup lebih baik terlalu jauh, kecuali dalam perang ini umat Islam berhasil merebut posisi tawar menawar yang kuat melalui upaya diplomasi dibidang Politik dan Hukum atau dimedan perang.

Berpikir Antisipasif

Berpikir antisipatif atau berfikir yang bersifat antisipasi terhadap berbagai kemungkinan yang akan terjadi di waktu yang akan datang apa yang akan terjadi biasanya tidak diketahui sebelumnya, tetapi banyak pula hal yang terjadi bisa diketahui karena bersifat nyata. Pembicaraan kita kali ini berkisar pada permasalahan yang akan timbul dalam jangka waktu beberapa bulan atau beberapa tahun ke depan yang sesungguhnya dapat diantisipasi/diperkirakan sebelumnya dengan mengamati berbagai gejala yang diikuti, dicatat secara kronologis, perkembangan perkembangan situasi terutama politik dan keamanan di sekitar kita. Dari catatan-catatan itu kita menemukan satu kecenderungan arah dari sesuatu yang mungkin akan terjadi. Walau bukan matematis tetapi dapat diperkirakan beberapa kemungkinan dari yang sangat mungkin terjadi sampai pada kemungkinan terjadi. Dan perkembangan berikutnya dapat disimpulkan beberapa saja kemungkinan yang paling relevan/berkaitan dengan situasi yang sedang berkembang. Berfikir antisipatif membuat kita selalu berada di depan situasi yang akan terjadi, memperhitungkan sejumlah kemungkinan yang akan terjadi serta bagi para tokoh elit dan para pemimpin menentukan beberapa cara bertindak yang sesuai untuk pencegahan maupun penanggulangan. Dari mereka yang terbiasa mengikuti perkembangan, mencatatnya, melakukan evaluasi akan sampai pada kesimpulan-kesimpulan yang seringkali cukup akurat.

Kemampuan seperti itulah yang perlu kita para elit dan tokoh memiliki dan menguasainya agar kita bisa bersikap tepat menghadapi apa yang akan terjadi, bukan melihat yang terjadi sekarang. Sikap semacam itu merupakan ciri orang-orang bijak atau ada yang mengatakan berfikir strategis.

Dalam keterbatasan kemampuan penulis telah mencoba mengantisipasi perkembangan situasi selama tahun 1998 kemudian mengajak ustad Abd Khow dan H. Jusuf Ely memprakarsai rapat para tokoh di ruang rapat gedung Asari Al Fatah pada tanggal 8 November 1998 untuk membuat suatu wadah bagi sekian banyak ormas Islam yang bila diurus merupakan kekuatan perangkat yang bisa membuat pihak Kristen membatalkan niatnya (Penulis dan Ustadz A.R. Khow bekerja sendiri karena Yusuf Ely tak muncul lagi, usul saudara Udin Umasangadji disimpulkan sebagai bentuk wadah yang paling tepat yaitu Sekretariat Bersama (Sekber)). Upaya itu terhenti setelah Gubernur terus menerus memprakarsai pembentukan satgas dan posko kemudian dilanjutkan dengan Acara Doa Bersama yang intinya ikrar antar umat beragama di gedung Olah Raga Karang Panjang.

Setelah upaya menghimpun kekuatan umat gagal di realisir, penulis masih mencoba lagi mengajak umat Islam mawas diri sebab gejala ancaman pihak Kristen semakin nyata setelah peristiwa Wailete dan Air Bak. Penulis mengajak Ketua MUI Letkol Polisi Rusdi Hassanusi untuk membuat naskah khotbah bersama yang penulis harapkan terdiri dari Sdr. Udin Umasangadji dan Sdr. Lutfi Sanali, SH. menangani bidang Sospol dan permasalahan umat Islam lainnya Ustadz Wahab Polpoke dan Sdr. Rusdi menangani bidang keagamaan spesifik kebutuhan Idul Fitri dan penulis akan menulis bidang keamanan yang khusus akan mengajak masyarakat mewaspadai hari-hari sesudah Ramadhan sebab gejala ancaman RMS/Umat Kristen sudah begitu terasa. Begitu juga dengan usaha penulis dalam Suara Maluku ingin mengajak masyarakat mewaspadai masuknya sekitar 200 orang Preman asal Jakarta yang pada umumnya beragama Kristen dengan Kapal Lambelu.

Gambaran diatas sekedar membuktikan bahwa apa yang terjadi pada tanggal 19 Januari 1999 sesungguhnya sudah bisa kita amati sebelumnya asalkan kita mau mengikuti dengan cermat tiap perkembangan yang terjadi.

Atas dasar pelajaran dan teori itulah penulis ingin mengajak segenap Umat Islam di Maluku terutama di Kota Ambon khususnya para elite untuk mengantisipasi perkembangan berikut dari perang yang sudah berlaku 2 tahun ini, akibatnya bagi masa depan Umat Islam kemudian menentukan sikap dan berbuat apa sekarang oleh kita para elite sebagai bukti kecintaan kita kepada umat.

Ketika awal kerusuhan di bulan Januari kita para elite relatif berkumpul setiap hari membicarakan penyelamatan umat Islam dari ancaman kaum nasrani tetapi semangat itu akhirnya surut sedikit demi sedikit yang barangkali disebabkan oleh pembusukan atau kurang pahamnya kita tentang ancaman Kristen yang laten dan potensial sehingga mempercayakan penanganannya oleh orang-orang tertentu saja yang kalau dihitung saat ini hanya ada beberapa orang saja.

Untuk itu demi pemahaman kita tentang ancaman itu sebagai antisipasi kedepan maka marilah kita menghimpun lagi kekuatan untuk berjuang lagi sesuai dengan kemampuan kita masing-masing kedepan karena periode berikut ini adalah periode yang memerlukan daya pikir para intelektual disamping perjuangan fisik bersenjata oleh para mujahiddin harus tetap dipelihara tidak boleh menurun. Perang di bidang politik dan hukum menjadi tanggung jawab para tokoh dan elite dilakukan sebelum perang fisik bersenjata mereda sebab semangat dan kemampuan pembelaan diri yang dilakukan oleh para mujahiddin (laskar lokal dan laskar Ahlus Sunnah Wal Jamaah) adalah alat yang akan menentukan keberhasilan di bidang politik.

Himbauan untuk mengantisipasi perkembangan yang akan datang ini perlu mendapatkan perhatian kita bersama sebab gambaran ancaman masa depan umat Islam sangat serius. Hal itu hanya bisa diatasi atas usaha bersama. Ada beberapa hal yang perlu kita pikirkan. Apakah kita Umat Islam akan mendapatkan hak-hak kehidupannya setelah berdamai? Apakah pihak Kristen bersedia memberikan hak-hak itu kepada umat Islam?

Apakah RMS/Kristen diwaktu yang akan datang tidak lagi membantai Umat Islam untuk yang ketiga kali dalam rangka memaksakan niatnya untuk mendirikan RMS?

Seberapa jauhkah RMS/Kristen bersedia melepaskan diri dari keterikatannya dengan kepentingan kekuatan lain diluar Maluku dan negara-negara besar? Apakah Umat Islam sudah siap berjuang di bidang politik dan hukum sampai berhasil memenangkan perang ini dalam artian mendapat jaminan bahwa keselamatan dan hak-haknya di waktu yang datang didapat sebagai mana seharusnya?

Apakah umat Islam tetap siap memanfaatkan keberadaan MUI Maluku sebagai satu-satunya wadah yang memayungi kesamaan kepentingan umat Islam mencapai masa depan yang lebih baik? Siapakah diantara tokoh kita yang akan menjadi pengemudi organisasi besar ini yang bisa bekerja pada lingkup strategis mengantisipasi tugas-tugasnya yang menjangkau perencanaan jangka panjang 10-20 tahun kedepan? Kita mengetahui bahwa peranan MUI bukan pada hal yang kita bicarakan ini tetapi melalui tuntutan dan inisiatif MUI kita dapat membangun wadah seperti itu.

Apakah Laskar jihad Ahlus Sunnah Wal Jamaah akan berjuang terus di Ambon mendampingi dan membantu umat Islam atau karena sesuatu alasan mereka terpaksa meninggalkan Ambon/Maluku meninggalkan kita umat Islam dalam kesendirian berjuang.

Sejumlah pertanyaan diatas hendaklah kita jawab terlebih dahulu sebelum sampai pada keputusan berdamai sekarang atau berjuang dahulu untuk menuntaskan tantangan masa depan umat Islam. Permasalahan itu secara umum dan garis besar sudah penulis jelaskan dalam naskah ini, kita perlu berdiskusi untuk menanggapi pendapat itu, yang hasil akhirnya dapat kita jadikan perdapat bersama untuk disikapi bersama. Sekarang adalah peluang terbaik untuk mencapai masa depan Umat Islam yang lebih baik dan lebih terhormat karena berhasil meraih hak-haknya dan kewajibannya kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan emas bagi Umat Islam di Maluku untuk memperbaiki harkat dan martabatnya serta kemuliaan agama Islam.

Para elite perlu bersatu melihat masa depan Umat Islam yang tetap kelabu, mari kita berhimpun untuk melakukan sesuatu agar ancaman Kristen dan penderitaan masa depan itu dapat kita merubahnya menjadi lebih baik dan terhormat. Hidup mulia atau mati syahid adalah petunjuk Allah SWT yang tidak sedikitpun mengandung kekeliruan. Mari kita susun barisan/shaf yang rapat untuk memulai lagi berjuang seperti hari-hari pertama ketika kita dibantai. Mari kita sadari bahwa berjihad di jalan Allah hukumnya adalah amalan jama'i.


"Damai Sekarang atau Perang Berlanjut"
oleh Rustam Kastor, tebal 82 halaman
Penerbit Forum Pembela Keadilan Maluku, Januari 2001
From: Wisnu Pramudya <birojkt@hidayatullah.com>
To: Mus-lim@isnet.org
 
Indeks artikel kelompok ini | Disclaimer
ISNET Homepage | Pustaka Online Media

Dirancang oleh MEDIA, 1997-2001.
Hak cipta © dicadangkan.