Damai Sekarang atau Perang Berlanjut

Rustam Kastor

IX RMS MENUNJUKKAN JATI DIRI MELALUI FKM

 

Pada tanggal 18 Desember 2001 telah terjadi peristiwa penting di kota Ambon yaitu dideklarasikannya sikap umat Kristen di Ambon sekaligus mewakili mereka yang ada di luar Ambon bahkan sampai yang ada di mancanegara. Deklarasi itu disampaikan di dalam suatu konferensi pers yang mengambil tempat di hotel Amboina oleh organisasi yang tampaknya telah lama dibentuk yaitu Front Kedaulatan Maluku dengan ketua Dr. Alex Manuputty dan sekretaris Henky Manuhuttu, SH. Deklarasi itu berisi tuntutan kepada pemerintah Indonesia untuk mengembalikan hak kedaulatan RMS di Maluku yang katanya telah direbut dengan paksa melalui kekuatan Angkatan perang Indonesia pada tahun 1950. Melalui Konferensi pers itu mereka meminta agar berbagai pihak terutama pers internasional untuk mnyebarluaskan keseluruh dunia yang naskahnya dapat dipelajari terlampir.

Bila selama ini umat Islam di Ambon telah melihat adanya aktivitas RMS yang dilakukan oleh sejumlah tokoh Kristen di kota Ambon dan negeri Belanda secara tersembunyi maka kali ini mereka telah berani tampil secara terang-terangan mengancam pemerintah RI untuk menyerahkan kedaulatan RMS yang bersama masyarakat Kristen Maluku akan mendirikan negara mereka sendiri terlepas dari NKRI. Keberanian menuntut pemerintah untuk melepaskan Maluku dari wilayah RI tentu telah diperhitungkan matang. Dari sekian perhitungan matang tadi elemen-elemen pokok yang menjadi landasan keberanian mereka diantaranya adalah:

  • Adanya dukungan kuat internasional yang punya kepentingan dengan berdirinya RMS. Dukungan ini selain dibidang politik diplomasi juga dalam pembangunan kekuatan bersenjata RMS sebab tekanan sayap politik harus disukseskan dengan sayap militer/bersenjata. Hal yang telah terakhiri ini telah nyata-nyata disaksikan di lapangan.
  • Keberhasilan lobi kristen internasional yang telah memberikan tekanan kepada pemerintah Gus Dur melalui pengendalian jalur nafas bangsa Indonesia, yaitu pinjaman berikut dan hutang-hutang Indonesia terhadap negara-negara zionis Kristen dan Yahudi serta lembaga-lembaganya.
  • Kondisi pemerintahan Gus Dur yang semakin terpuruk akibat operasi Klandestine kekuatan zionis Kristen dan Yahudi yang terus semakin parah dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh RMS dengan memunculkan organisasi terbaru sebagai pelaku terdepan yaitu Front Kedaulatan Maluku (FKM)
  • Kekuatan bersenjata yang berhasil dibentuk di Maluku melalui penyelundupan senjata dan bantuan kekuatan zionis di atas telah meyakinkan mereka bahwa kekuatan yang terbentuk telah mampu mengimbangi kemampuan TNI dan POLRI. Jumlah umat Islam yang terusir dari Maluku begitu banyak sehingga Kristen telah menduduki posisis mayoritas akan memungkinkan pelaksanaan referendum yang menguntungkan pihak RMS. Referendum seperti ini akan sama betul dengan yang dilakukan di Timtim yang akhirnya melepaskan Timtim dari Republik Indonesia. Kita lihat dengan jelas betapa keberhasilan peranan diplomasi tokoh-tokoh Timtim yang didukung negara tertentu terutama Australia. Rencana pengerahan kekuatan besar-besaran mahasiswa yang anti pemerintahan Gus Dur yang direncanakan pada tanggal 15 Januari 2001 kemudian aksi tandingan oleh massa Banser telah memberikan gambaran kepada pihak RMS bahwa akan terjadi kekacauan yang besar di dalam negara ini, sehingga terjadilah kondisi chaos.
  • Kondisi umat Islam yang tidak lagi memilik pimpinan yang dapat menyatukan kekuatan akibat aksi pembusukan merupakan peluang yang tepat untuk melakukan bagi RMS untuk melakukan pembantaian berikut.

Dalam perhitungan RMS/FKM pertumpahan darah yang akan terjadi secara besar-besaran di sebagian kota besar Indonesia akan melumpuhkan dan menjatuhkan pemerintahan Gus Dur. Pada saat itulah secepatnya RMS dikumandangkan berdiri lagi seperti yang mereka ancam dalam deklarasi bahwa apabila pemerintah tidak menyerahkan kedaulatan kepada RMS maka mereka akan mengibarkan bendera "benang raja" (pelangi) di seluruh Maluku. Belasan batalyon TNI/Brimob yang ditugaskan saat ini di Ambon terpaksa harus ditarik mengamankan kota-kota besar terutama yang berada di Jawa (khususnya Jakarta) untuk mengatasi keadaan chaos tersebut sehingga Maluku menjadi kosong aparat keamanan. Saat inilah Kristen akan keluar dengan semua kekuatan yang telah dibangun selama ini untuk membantai ketiga kali umat Islam di Maluku termasuk aparat keamanan yang beroperasi menghadapi RMS. Keberadaan Laskar Jihad Ahlussunnah Wal Jama'ah tidak memiliki arti apa-apa bila dibandingkan dengan aksi kekuatan RMS yang menggunakan massa Kristen dan persenjataan yang begitu banyak. Karena itu kesiagaan umat Islam dan Laskar Jihad Ahlussunnah Wal Jama'ah yang sekitar 3000 orang itu harus dipersiapkan sebaik-baiknya menghadapi keadaan yang tidak diperkirakan itu. Itulah sebabnya aksi-aksi pihak tertentu termasuk pemerintah yang memaksakan Laskar Jihad Ahlus Sunnah wal Jamaah agar meninggalkan Maluku supaya dikaitkan dengan kemungkinan berkembangnya situasi buruk diatas.

Kalau Aksi demonstrasi untuk menurunkan presiden Gus Dur pada tanggal 15 Januari 2001 karena berbagai pertimbangan keamanan, tidak jadi dilakukan oleh mahasiswa maka kita tidak dapat berkesimpulan bahwa niat untuk menurunkan presiden Gus Dur itu sudah tidak ada lagi. Berikut ini sangat mungkin terjadi aksi yang demikian sehingga situasi chaos bisa terjadi seperti yang diperkirakan.

Strategi Perjuangan RMS

Dukungan internasional melalui kekuatan zionis Kristen dan Yahudi dalam konflik Maluku telah kita rasakan secara jelas, kini kita dihadapkan pada kenyataan baru bahwa Gus Dur, Presiden R.I. lebih banyak berkiblat kepada Yahudi/Israel sehingga kepentingan zionis Kristen dan Yahudi mewarnai kebijaksanaan pemerintahan presiden Gus Dur.

Dalam konteks seperti ini perjuangan umat Islam menghadapi aksi RMS berikut akan semakin kewalahan. Berikut ini kita melihat bahwa pihak RMS/Kristen dalam melancarkan aksi penghancuran terhadap umat Islam untuk mendirikan RMS telah memiliki suatu strategi yang jelas untuk menunjukkan kepada dunia internasional bahwa di Maluku sedang terjadi genocide terhadap umat Kristen sehingga mereka akan mendapatkan dukungan kekuatan internasional (zionis Kristen/Yahudi) yang diperankan oleh negara-negara tertentu di dalam DK PBB maupun Sidang Umum PBB. RMS dalam strategi itu akan memutarbalikkan fakta bahwa peristiwa awal yang terjadi pada tgl 19 Januari 1999 adalah aksi Islamisasi terhadap masyarakat kristen yang dilakukan dengan kekuatan angkatan bersenjata yang dalam hal ini TNI ditunjuk sebagai pelaku utama yang didukung Laskar Jihad Ahlussunnah Wal Jama'ah. Pemutarbalikan fakta ini untuk mempermudah pihak Kristen mempengaruhi opini dunia internasional yang mendapat dukungan kekuatan zionis tersebut di atas. Untuk mendapatkan pembenaran atas tuduhan genocide itu maka mereka mengangkat beberapa bukti sebagai berikut:

  • Konflik Islam Kristen ini tidak pernah bisa diselesaikan walaupun berbagai usaha rekonsiliasi telah dilakukan karena TNI adalah perancang dengan menggunakan kekuatan bersenjata termasuk yang dimiliki Laskar Jihad Ahlussunnah Wal Jama'ah. Sehingga pembantaian terhadap umat Kristen masih terus berkelanjutan sampai sekarang. Pemerintahan Gus Dur tidak mampu mengendalikan TNI karena tuduhan mereka diatas bahkan dalam bahasa yang putus asa FKM mengatakan TNI adalah Jihad dan Jihad adalah TNI.
  • Daerah-daerah yang diamankan TNI ternyata dihancurkan oleh Laskar Jihad dengan perlindungan TNI seperti yang terjadi selama bulan Juni, Juli dan Agustus 2000 di kota Ambon dan beberapa desa-desa Kristen di luar pulau Ambon.
  • Islamisasi telah terjadi di sejumlah desa Kristen dengan cara paksa terutama di Seram Timur seperti di P. Kesui dan lain-lain. Umat Kristen merasa terancam keselamatan jiwa harta dan bendanya serta agama.

Karena itu untuk penyelamatan umat Kristen di Maluku mereka meminta keterlibatan dunia internasional khususnya DK PBB dengan menurunkan Peace Keeping Force ke Maluku. Aksi-aksi FKM di bidang diplomasi/politik di dunia Barat, Amerika dan negara- negara PBB tertentu mendapatkan dukungan yang kuat sehingga kemajuan ini dijadikan dasar untuk mendeklarasikan kedaulatan RMS pada tanggal 25 April 2001 yang akan datang. Karena itu pemerintah harus melihat permasalahan ini dari sisi yang tepat sebelum berkembang menjadi Aceh Kedua.

Berkaitan dengan strategi RMS ini dapat juga kita kaji pernyataan/pemaksaan yang dilakukan oleh Pdt. Semmy Titaley Sth, ketua Sinode GPM setelah bersama tokoh agama Islam dan Katolik menghadap Wapres. Pada kesempatan itu dihadapan media massa salah satu TV swasta, ketua GPM ini menuntut dilakukannya referendum di Maluku. Bila pada harian Republika tgl 19 Januari 2001 ketua Sinode GPM ini menyatakan akan menindak FKM maka umat Islam terpaksa tertawa geli karena selama ini peranan GPM dalam upaya mendirikan RMS begitu jelas bahkan menjadi ujung tombak. Aksi FKM yang kita lihat sekarang ini bukan ibarat orang yang terbangun dari mimpi tetapi telah dirancang beramai-ramai dimana GPM sebagai penentu.

Dengan mengangkat fakta-fakta dan analisa di atas penulis mengharapkan agar umat Islam Maluku baik yang telah menyatakan diri untuk tetap bertahan di Ambon berperang melawan RMS maupun yang di perantauan agar menyatukan diri dalam satu barisan perjuangan mewaspadai dan mengikuti perkembangan aktifitas FKM serta melakukan tuntutan kepada pemerintah agar dijadikan titik awal pemerintah untuk menuntut/membongkar keberadaan RMS sebagai otak pelaku pembantaian umat Islam pada tgl 19 Januari 1999 yang dikenal secara luas sebagai peristiwa Idul Fitri berdarah. Karena itu upaya-upaya rekonsiliasi dan perdamaian yang dilakukan pihak-pihak tertentu di Ambon, Jakarta, dan kota-kota besar lainnya dihentikan karena arah perjuangan kita sekarang adalah membongkar RMS sebagai pemberontak sehingga ancaman terhadap umat Islam bisa ditiadakan. Bila komponen-komponen umat Islam Maluku bertekad untuk mencapai perdamaian maka langkah awal yang harus kita lakukan adalah menuntut pemerintah untuk menangani tuntas deklarasi FKM yang harus berkelanjutan dengan membongkar tuntas kasus 19 Januari 1999.

Karena itu usaha-usaha rekonsiliasi agar melihat kenyataan keberadaan FKM sebagai bagian dari perjuangan RMS untuk merdeka yang kini mencapai kemajuan pesat karena kegagalan mengejar FKM dapat berakibat jauh lebih buruk dari apa yang kita alami sampai saat ini. Umat Islam harus waspada jangan sampai terjadi pemutarbalikan fakta ini justru menghasilkan kemenangan politis dan hukum bagi pihak Kristen yang didukung kepentingan zionis Kristen dan Yahudi sehingga TNI dan umat Islam Indonesia dinyatakan sebagai pihak yang bersalah telah melakukan kejahatan genocide yang pada akhirinya kekuatan besar zionis itu berhasil memerdekakan Maluku terlepas dari pangkuan ibu pertiwi, pada saat itulah umat Islam di Maluku akan mulai menerima penderitaan baru yang tiada taranya.


"Damai Sekarang atau Perang Berlanjut"
oleh Rustam Kastor, tebal 82 halaman
Penerbit Forum Pembela Keadilan Maluku, Januari 2001
From: Wisnu Pramudya <birojkt@hidayatullah.com>
To: Mus-lim@isnet.org
 
Indeks artikel kelompok ini | Disclaimer
ISNET Homepage | Pustaka Online Media

Dirancang oleh MEDIA, 1997-2001.
Hak cipta © dicadangkan.