Mengenai Peristiwa Ambon | |
|
From: "Beta Alifuru" <alifuru2000@hotmail.com> Subject: Rusuh Ambon : Latar belakang timbulnya kerusuhan Date: Fri, 22 Jan 1999 12:15:28 PST Seharusnya kerusuhan tersebut dapat dicegah jika, aparat kepolisian bertindak tegas menindaklanjuti kasus-kasus Ketapang. Akibat di bebaskan ratusan preman Ambon yang menyerang Ketapang (kampung dimana Muslimnya minoritas), Provokator Agung kemudian menyusun rencana baru setelah mempelajari reaksi ABRI yang terkagok-kagok dengan issu HAM. Selain Provokator Agung, saya mendapat informasi bahwa sekelompok orang di negeri Belanda (belum jelas apakah mereka ini adalah sisa-sisa RMS atau tidak) membiayai kepulangan hampir 1500 preman ini ke Ambon untuk membuat kekacauan di sana pada saat Hari Raya Idul Fitri. Sasaran ini dimaksudkan untuk memberi malu kepada kaum Muslim, agar jangan terlalu merasa besar dalam jumlah, karena meskipun minoritas tetapi dapat berbuat sesuatu yang sifatnya besar. Apalagi didukung oleh media massa yang cenderung anti Islam. Pada tanggal 14 Desember 1998, berangkatlah kurang lebih 1000 orang ke Ambon dengan masing-masing diberi sangu sebesar Rp 1000.000,- yang konon katanya diterima dari negeri Belanda. Sementara ongkos kapalnya dibayar oleh Boss-boss kasino yang kegiatan judinya ditutup dan merupakan kaki tangan Provokator Agung. SEbenarnya kepulangan preman-preman Ambon ini ke Ambon dimaksudkan untuk istirahat saja sambil menunggu panggilan kembali jika kasino-kasino atau perjudian telah diijinkan oleh gubernur DKI. Saat ini mereka sedang melakukan pendekatan dengan Sutiyoso. Makanya tidak aneh jika Sutiyoso mulai mengintrodusir beberapa hal yang baru yang ujung-ujungnya mencari pembenaran untuk dibukanya perjudian secara terbatas di lingkungan DKI. Tetapi kepulangan mereka ini dimanfaatkan juga oleh PRovokator Agung dan sebagian oleh sisa-sisa RMS di negeri Belanda. Kepulangan preman-preman ini juga disertai dengan senjata-senjata tajam, berupa parang panjang yang dibeli di Jakarta, sebagai persiapan untuk melakukan pembantaian di Ambon. Pada tanggal 14 Desember 1998, Pelabuhan Tj Priok ini penuh dengan preman-preman Ambon yang masing-masing selain menjinjing tas pakaian juga menjinjing bungkusan panjang berupa parang panjang yang memang susah diperoleh di Ambon. Jadi tampaknya persiapan untuk melakukan perang besar di kampung sendiri telah dipersiapkan jauh-jauh hari. Gelombang kedua menyusul kira-kira akhir Desember 1998 hingga pertengahan Januari 1999 sebelum lebaran tiba. Beberap kali penulis memergoki preman-preman ini sedang menunjukkan parang panjangnya yang dibeli kepada kawan-kawannya, sebelum naik ke kapal. Sayang sekali karean banyaknya penumpang pada saat itu sehingga hampir seluruh parang-parang panjang tersebut lolos naik ke kapal tanpa diperiksa oleh Petugas Keamanan PElabuhan Tj Priok. SEtibanya di Ambon, yang pertama kali dilakukan adalah menggalang massa pemuda ingusan (ABG) dengan menceritakan kejadian-kejadian di Ketapang. Sehingga praktis timbul rasa dendam dan benci kepada orang-orang Islam, terutama yang berasal dari luar Maluku. Beberapa kali terjadi upaya pembakaran rumah-rumah orang Muslim selama bulan puasa, tetapi berhasil di gagalkan di daerah Tanah Lapang Kecil, Skip, Batu Gantung, Batu Meja. Batu Gajah, dan Kawasan Mardika. Sementara pemalakan-pemalakan terhadap pedagang-pedagang di kota Ambon, terutama yang berasal dari Bugis dan Makasar dilakukan secara sistematis. Sebenarnya sejak pertengahan Desember 1998, sejak kedatangan preman-preman ini telah timbul keresahan yang sangat di lingkungan warga Muslim. Tetapi mengingat bahwa selama ini hampir tidak pernah ada kerusuhan yang disebabkan karena masalah agama, maka keresahan ini ditahan dalam-dalam oleh kaum Muslim di kota Ambon. Tapi rupanya dugaan tersebut ternyata telah menjadi kenyataan. Tampaknya Provokator Agung yang selalu berpikir strategis dan mengerti betul psikologi kaum Muslim, sengaja menetapkan hari kekacauan itu pada Hari Kemenangan kaum Muslim yaitu Idul Fitri. Karena provokator Agung ini sangat mengerti dengan strategi ABRI dan mengetahui dengan jelas kapasitas dan kemampuan junior-juniornya, apalagi setelah dilakukan analisis atas reaksi ABRI atas hasil uji coba di Ketapang dan Kupang, maka diputuskan kerusuhan akan dilakukan pada Idul Fitri ini, dengan memanfaatkan rasa dendam preman Ambon akibat peristiwa Ketapang. Untuk itu PRovokator Agung menyusun rencana untuk melakukan sedikit kerusuhan di Kota Dobo yang terletak di Maluku Tenggara dan membutuhkan waktu beberapa satu malam untuk mencapainya jika menggunakan kapal laut. Kapolda Maluku yang tampaknya sangat tidak menyadari adanya perubahan komposisi dan dinamika perubahan komposisi penduduk kota Ambon, terlanjur mengirimkan sebagian besar pasukan Brimobnya ke kota Dobo. Pengiriman dilakukan pada Senin malam tanggal 18 Januari 1998. SEsuai dengan perhitungan yang cermat, setelah kekuatan pasukan pemukul di kota Ambon berkurang secara drastis, akibat keteledoran Kapolda dan optimisme yang berlebihan, maka pecahlah kerusuhan yang dimulai dengan penyebab yang sangat tidak masuk akal, yaitu ketersiggungan akibat diperas. PAdahal kejadian model begini hampir terjadi setiap hari di terminal dimana saja. Sangat aneh sekali bahwa, kejadian awal terjadi di Batu Merah, tetapi serentak hampir seluruh pelosok kota dimana kampung-kampung yang penduduknya mayoritas kristen, keluar dan mengejar warga Muslim yang saat itu sedang melakukan silahturahmi. Bahkan beberapa warga Kristen yang juga sedang melakukan silahturahmi sempat kaget dan tidak percaya dengan kejadian ini. Kerusuhan tiba-tiba serentak pecah di Batu Merah, Tanah Lapang Kecil, Batu Gantung, Batu Gajah, Dipanegoro, Waihaong, Silale, Batu Meja dan Skip. Pada saat bersamaan beberapa kampung diluar kota Ambon yang oenduduknya mayoritas non muslim tiba-tiba juga melakukan penyerangan kepada saudara-saudaranya yang beragama Islam dan sedang merayakan Iedul Fitri. SEkarang kondisi agak terkendali, tetapi besar kemungkinan setelah berhasil di kota Ambon, dalam beberapa hari ini boleh jadi Provokator Agung akan memerintahkan pasukan pembantai ini untuk menuju ke daerah Sorong, Biak dan Jayapura. Situasi di sana juga cukup panas dan merupakan lahan yang bagus untuk memancing dan membuat kerusuhan. Atau berbelok ke utara ke daerah Sulawesi Utara dan Maluku Utara. Sasaran strategis berikutnya adalah selain kota Menado, juga Gorontalo yang merupakan kampung halaman orang Tua Presiden RI saat ini. Dengan melakukan kerusuhan di kota asal Habibie diharapkan akan terjadi proses kemunduran mental baik di Habibie maupun Wiranto sebagai penanggung jawab keamanan yang tidak becus. Untuk itu hati-hatilah Pak Polisi, jaga benar lalu lintas bepergian penduduk antar daerah. Periksa setiap bawaan mereka. Jangan sampai kecolongan lagi. Pemeriksaan di pelabuhan harus diperketat, bila perlu surat jalan seperti jaman belanda dihidupkan lagi untuk setiap siapa saja yang hendak melakukan perjalanan ke laur daerah. PErlu dijaga adalah daerah-daerah di Irian jika mendapat kunjungan sekelompok orang secara besar-besar yang bukan merupakkan penduduk asli setempat. Bravo Selamat Bertugas semoga berhasil... Alifuru2000 |
|
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota | Indeks Artikel |