Gambar 1. 1771: Pemandangan kraton di
Djocjakarta (dibangun pada tahun 1760), area
bertembok dengan berbagai struktur dan pagar. Di
latar depan dua pagar kayu berurutan, di sebelah
kiri terdapat vas batu di atas alas. Di antara
pagar ada penjaga dengan tombak. Pelukis A. de
Nelly. (sumber
foto)
|
Gambar 2. 1779-1785: Kraton di Yogyakarta.
Halaman luas yang dikelilingi pagar, untuk penjaga
dengan sarung, keris, tombak dan topi. Di bagian
belakang tengah terdapat lapangan upacara dan
bangunan panggung. Pelukis A. de
Nelly. (sumber
foto)
|
Gambar 3. 1857: Prajurit Keraton Ngayogyakart Hadiningrat.
(sumber
foto)
Gambar 4. 1883-1889: Rumah Residen Yogyakarta (sumber
foto)
Gambar 5. 1912: Pohon Beringin di Alun-alun utara dan
selatan Kraton Yogyakarta,
pelukis Max Fleischer 1861-1930. (sumber
foto)
Gambar 6. 1876: Tarian Bedaya Keraton Ngayogyakarta
Hadiningrat (lukisan F.C. Wilsen) (sumber
foto)
Foto 7. Tari Srimpi Renggawati karya
Hamengkubuwana V (24 Januari 1820 5 Juni
1855). Kisah Dewi Renggawati (Ambarawati) yang
menemukan burung Mliwis penyamaran Prabu Angling
Darma raja Malawapati yang sedang mencari pengganti
almarhumah istrinya Dewi Setyawati. Biasanya Tari
Srimpi dibawakan oleh 4 putri, namun Srimpi
Renggowati ditarikan oleh 5 orang: 4 penari Srimpi
dan 1 penari Renggowati yang biasanya adalah gadis
yang belum menstruasi. Cerita ini sering
ditampilkan dalam pementasan kethoprak tradisional.
Penjelasan dari ahli tari gaya Yogyakarta,
Susetyo
Hario Putero. (sumber
foto)
|
Foto 8. 1900-1940: Pertunjukan wayang kulit di nDalem
Sompilan 12, Ngasem, Yogyakarta.
Peringatan 15 tahun naik tahta Hamengku Buwono VIII.
(sumber
foto)